TEMPO.CO, Yogyakarta - Warga Yogyakarta, kemarin, mengadu ke Dewan Perwakilan Rakyat DIY mengenai pembagian beras miskin yang tidak tepat sasaran. Mereka rata-rata adalah anggota Gabungan Kelompok Tani.
Direktur lembaga swadaya masyarakat Institute for Promoting Sustainable Livehood Aproach (Improsula), Sarijo, mengatakan distribusi beras miskin di lapangan menimbulkan berbagai persoalan. Beberapa di antaranya tidak tepat sasaran karena data tidak diperbarui.
Selain itu, jumlah beras miskin yang diterima rumah tangga sasaran tidak sesuai. Beras berwarna kuning dan berkutu. Waktu pembagiannya pun kerap terlambat dari jadwal sehingga warga kesulitan mengatur keuangan. Sebab, tidak semua rumah tangga sasaran siap dengan uang tebusan beras miskin itu.
Dia menyayangkan pemerintah pusat mendistribusikan raskin itu dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur. Padahal, DIY tergolong surplus beras, mencapai 85.135 ton per tahun. Dia mengusulkan agar daerah mengelola sendiri pengadaan raskin supaya bisa langsung mengawasi distribusi. “Kami minta raskin dikelola sendiri di daerah. Bantuan itu mestinya dalam bentuk anggaran saja,” kata dia, Selasa, 23 Juli 2013.
Menurut Sarijo, jumlah penerima raskin di DIY pada 2012 mencapai 282.270 rumah tangga sasaran, tersebar di semua desa dan kelurahan di DIY. Anggaran pengadaan dan distribusi raskin di DIY selama satu tahun mencapai Rp 424,7 miliar.
Ketua Komisi B DPRD DIY, Gatot Setyo Susilo, mengatakan hasil tinjauan di lapangan menunjukkan banyak persoalan saat raskin didistribusikan. Komisi B menemukan kualitas beras yang tak layak konsumsi, misalnya berkutu.
Anggota Dewan juga menemukan kelompok masyarakat tertentu yang menampung raskin untuk dijual. Padahal, distribusi raskin bertujuan untuk membantu warga yang tidak mampu. “Raskin kebanyakan dijual, bukan untuk dikonsumsi,” katanya.
Menurut Gatot, raskin tergolong program pemerintah pusat, sehingga Dewan tidak bisa mengawasi anggaran melalui mekanisme APBD.
Dewan akan berkomunikasi dengan Kementerian Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat tentang usulan pengelolaan raskin di daerah. Dewan juga akan menyampaikan saran warga agar raskin didatangkan dari lokal atau daerah tempat distribusi. “Program bantuan dari pusat mestinya menyesuaikan kebutuhan daerah,” katanya.
SHINTA MAHARANI
Berita terkait
Buwas: Jutaan Ton Beras Bulog Terancam Membusuk
21 Juni 2019
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, jutaan ton beras yang tersimpan di gudang Bulog tinggal menunggu waktu untuk membusuk.
Baca SelengkapnyaJokowi Minta Pembagian Rastra Dipercepat, Bulog Akan Kalang Kabut
2 Maret 2018
Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta distribusi bantuan beras sejahtera (rastra) pada Maret 2018 dilakukan di awal bulan.
Baca SelengkapnyaJokowi Minta Beras untuk 15 Juta Warga Tak Telat walau Sehari
5 Desember 2017
Presiden Jokowi meminta penyaluran program bantuan beras untuk 15 juta warga masyarakat tak telat walau hanya sehari.
Baca SelengkapnyaRaskin Bau dan Berkutu? Ini Solusi Wakil Bupati Banjarnegara
6 Juli 2015
Bila sampai menemukan beras dengan yang tak layak makan, apalagi berkutu dan bau, masyarakat harus berani menolak.
Baca SelengkapnyaJelang Ramadan, Penyaluran Raskin Dikebut
13 Mei 2015
Saat ini Bulog masih terus menyerap beras petani.
Baca SelengkapnyaBeras Miskin Tidak Layak Konsumsi Ditolak Warga
11 Mei 2015
Kualitas beras ebanyak 3 toj itu buruk, karena berbau dan berwarna kuning.
Baca SelengkapnyaBau Apek, Sumenep Tolak Beras Miskin dari Bulog Jatim
16 April 2015
Sesuai surat edaran Gubernur Jawa Timur beras jatah warga
miskin Sumenep sebanyak 1.745 ton per bulan. Jatah itu untuk
116.378 rumah tangga sasaran.
JK Jamin Subsidi Raskin Berlanjut
7 Maret 2015
Harga beras diklaim berangsur turun sebagai dampak operasi pasar beras dan beras murah untuk rakyat miskin.
Baca SelengkapnyaHarga Beras Melonjak, Pemerintah Parepare Bagikan Raskin
25 Februari 2015
Harga beras akan normal kembali pada Maret mendatang.
Cek Mutu Raskin, Rini Blusukan ke Gudang Bulog
10 Januari 2015
Menurut Rini, mutu raskin dipengaruhi juga oleh cara penyimpanannya di gudang.
Baca Selengkapnya