Aktivis Pendidikan: MOS Harus Dihapus

Reporter

Editor

Nur Haryanto

Minggu, 21 Juli 2013 19:11 WIB

TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis dari Koalisi Pendidikan Jimmy Paat menegaskan masa orientasi siswa pada tahun ajaran baru harus dihapuskan. Menurut Jimmy, pelaksanaan MOS tidak ada gunanya sama sekali untuk para siswa baru. Bukan hanya karena ada korban yang jatuh, menurut Jimmy, masa orientasi ini sudah berlangsung tiga dekade sejak 1970-an dan terbukti tidak ada pengaruhnya untuk wawasan siswa baru. "Apa mau tunggu anak pejabat yang jadi korban?" kata Jimmy saat dihubungi, Minggu, 21 Juli 2013.

Pemerintah, kata Jimmy, harus tegas menghapuskan pelaksanaan MOS,
tanpa ada kegiatan pengganti yang hanya berganti nama. Repotnya, kata Jimmy, sebagian besar guru-guru yang kini mengajar juga mengalami MOS, "Jadi dianggap bagus, padahal enggak," kata Jimmy.

Jimmy mempertanyakan apa yang harus diperkenalkan kepada siswa baru. Jika yang diperkenalkan adalah lingkungan sekolah dan sistem belajar yang berbeda dari jenjang sebelumnya, maka perkenalan tersebut tidak perlu dilakukan dengan jangka waktu tertentu. "Cukup guru saja yang kenalkan sebelum belajar, setengah sampai satu jam juga cukup," kata dia.

Selain itu, MOS juga menyebabkan siswa senior merasa punya ruang untuk memiliki kekuasaan lebih. "Padahal kekuasaan itu enggak mereka miliki," kata jimmy. Efeknya, kata Jimmy, siswa senior jadi sewenang-wenang terhadap siswa-siswa baru.

Jika ingin memperkenalkan lingkungan sekolah kepada siswa baru, menurut Jimmy, hal tersebut bisa berlangsung secara alamiah. "Sambil jalan saja, pasti akan saling mengenal, ngobrol di kantin misalnya," kata Jimmy. Selain itu, perkenalan bisa dilakukan setelah satu atau tiga bulan masa belajar, sekolah dapat melakukan perlombaan olah raga atau kesenian.

Sebelumnya, siswi baru SMKN 1 Pandak Bantul, Anindya Ayu Puspita, dikabarkan meninggal saat mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) pada Jumat, 19 Juli 2013. Menurut salah satu kakak kelasnya yang menjadi panitia MOS, Dion, hari itu merupakan penutupan kegiatan MOS. "Ada latihan baris berbaris pada Jumat sore," ujar dia.

Kata Dion, pada Jumat sore, ketika menjelang latihan baris-berbaris, ada 20 siswa baru SMKN 1 Pandak yang tidak memakai kaos olah raga sebagai seragam wajib. Anindya dan teman-temannya itu dihukum melakukan squat jump sepuluh kali. Anindya, kata dia, tidak kuat menjalani hukuman itu sampai sepuluh kali karena kelelahan.

Setelah itu, Anindya diperintah kembali masuk barisan. Akan tetapi, tiba-tiba remaja 16 tahun asal Dusun Daleman, Desa Gadingharjo, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, itu pingsan.

Panitia MOS dan guru olah raga membawa Anindya ke Puskesman Pandak, Bantul. Namun, dokter puskesmas meminta Anindya dirujuk ke RS PKU Muhammadiyah Bantul saja. Malang, begitu sampai ke RS PKU Muhammadiyah Bantul dan menjalani pemeriksaan beberapa menit, nyawa Anindya tidak tertolong.

TRI ARTINING PUTRI


Topik Terhangat:
Pemilu Malaysia | Harga BBM | Susno Duadji | Ustad Jefry | Caleg

Baca juga:

Saling Pecat Di Tubuh Kadin Indonesia

Ekspor Gas Rugikan Negara

Bank BUMN Perlu Dimerger

Bakrie Telecom Merugi Rp 97,47 Miliar

Berita terkait

Apa Saja Sisi Positif RUU Sisdiknas?

15 Maret 2022

Apa Saja Sisi Positif RUU Sisdiknas?

RUU Sisdiknas, menurut Kemendikbud, menawarkan sejumlah perubahan untuk memperkuat dan mempertegas definisi prinsip penyelengaraan pendidikan.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Jangan Sampai karena Pilpres Kita Jadi Retak

18 September 2018

Jokowi: Jangan Sampai karena Pilpres Kita Jadi Retak

Jokowi mengingatkan soal pentingnya menjaga persatuan, kerukunan, dan persaudaraan dalam pembukaan musyawarah nasional pertama Persatuan Umat Buddha I

Baca Selengkapnya

Berikut 15 Kepala Daerah yang Menerima Penghargaan di HUT PGRI

3 Desember 2017

Berikut 15 Kepala Daerah yang Menerima Penghargaan di HUT PGRI

Sebanyak 15 kepala daerah ini mendapat penghargaan dari PGRI karena dinilai memiliki dedikasi tinggi dan perhatian besar kepada dunia pendidikan.

Baca Selengkapnya

Di HUT PGRI, Jokowi Sebut Guru adalah Warga Negara Terhormat

2 Desember 2017

Di HUT PGRI, Jokowi Sebut Guru adalah Warga Negara Terhormat

Ribuan guru tak henti-hentinya bertepuk tangan saat Presiden Jokowi memberikan sambutan di acara puncak HUT PGRI di Bekasi.

Baca Selengkapnya

HUT PGRI, Guru Minta Tunjangan Profesi Dibayar Tepat Waktu

2 Desember 2017

HUT PGRI, Guru Minta Tunjangan Profesi Dibayar Tepat Waktu

Rangkaian kegiatan peringatan HUT ke-72 PGRI dan Hari Guru Nasional 2017 dimulai sejak September sampai Desember 2017.

Baca Selengkapnya

Dana Hibah PGRI Rp 367 Miliar, Dinas Pendidikan Tak Tahu-menahu

27 November 2017

Dana Hibah PGRI Rp 367 Miliar, Dinas Pendidikan Tak Tahu-menahu

Dinas Pendidikan tidak memberikan rekomendasi kepada PGRI yang menerima dana hibah dalam RAPBD Jakarta 2018.

Baca Selengkapnya

Hindari Pelonco, Pengenalan Siswa Baru di Tegal Diisi Permainan Tradisional  

19 Juli 2017

Hindari Pelonco, Pengenalan Siswa Baru di Tegal Diisi Permainan Tradisional  

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di Kota Tegal dilakukan dengan cara yang tak biasa.

Baca Selengkapnya

Para Guru Minta Peralihan SMA/SMK Tidak Ganggu Penggajian

12 Januari 2017

Para Guru Minta Peralihan SMA/SMK Tidak Ganggu Penggajian

Peralihan pengelolaan tidak boleh mengganggu proses belajar-
mengajar maupun mutasi karir.

Baca Selengkapnya

PGRI Minta Polisi Tidak Masuk Kelas Saat Ujian Nasional  

12 Januari 2017

PGRI Minta Polisi Tidak Masuk Kelas Saat Ujian Nasional  

Kepada JK, PGRI menyampaikan aspirasi para guru. Di antaranya persoalan-persoalan pembayaran tunjangan profesi yang sulit dan guru honorer.

Baca Selengkapnya

Hari Guru Nasional, Ini Pesan untuk Agus dari Gurunya  

26 November 2016

Hari Guru Nasional, Ini Pesan untuk Agus dari Gurunya  

Agus dinilai memiliki jiwa kepemimpinan sejak kecil.

Baca Selengkapnya