TEMPO.CO, Bandung - Pertemuan Wali Kota Bandung Dada Rosada bersama pejabat dan kelompok Forum Warga Peduli Babakan Siliwangi di rumah dinas wali kota sempat tegang. Persoalannya tentang rencana peresmian proyek pembangkit listrik tenaga sampah yang ditentang aktivis lingkungan.
Pertemuan yang tadinya tentang pencabutan izin mendirikan bangunan (IMB) rumah makan di area hutan kota Babakan Siliwangi oleh pemerintah Kota Bandung, berbelok menjadi paparan Dada Rosada soal visi misi di ujung akhir jabatannya.
Sampai di topik tentang sampah yang jadi salah satu dari 5 sisa pekerjaannya, Dada menyatakan akan meresmikan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa). "Saya akan resmikan walau ada yang tidak setuju. Kalau tidak ada PLTSa, Bandung terancam banjir sampah lagi," ujar Dada, Jumat, 28 Juni 2013.
Menurut dia, masalah sampah kota harus segera ditangani dengan PLTSa. Alasannya, daerah seputar Kota Bandung sudah menolak kerjasama pembuangan sampah warga kota. "Sudah tidak ada lagi yang mau menampung," ujarnya.
Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat Dadan Ramdan spontan bereaksi. Ia menginterupsi paparan Dada dan menyatakan penolakan rencana PLTSa. Sikap itu didukung aktivis lainnya, Reggy Kayong Munggaran dan Taufan Suratno dengan menyatakan langsung sikapnya.
Dada Rosada yang semula tenang menjadi emosi. Walau wajahnya tersenyum, nada suaranya tinggi saat beradu argumentasi. "Silakan kalau menolak, nanti itu jadi wewenang wali kota yang baru," ujar Dada.
Perdebatan memanas itu dilerai seniman Tisna Sanjaya. Ia menghampiri Dada dan meminta untuk duduk kembali. Ajakan Tisna untuk kembali ke topik pencabutan IMB restoran Babakan Siliwangi akhirnya ditutup dengan dakwah dan pembacaan doa.
Masalah PLTSa merupakan kasus lain dari kebijakan pemerintah Kota Bandung yang ditentang warga. Khususnya oleh warga sebuah perumahan di Bandung timur karena rencana lokasi PLTSa dekat dengan hunian warga. Salah satu kecemasan warga selama ini, mereka bakal terkena polusi air limbah dan debu pembakaran dari pabrik pengolahan sampah.
