TEMPO.CO, Yogyakarta - Selepas meninggalnya Gun Jack, tak ada figur gali "hulig-huligan"--yang paling berkuasa--yang mampu meneruskan dan menggantikannya. Yang terjadi adalah perebutan lahan-lahan bekas kekuasaan Gun Jack oleh preman-preman yang keberadaannya tenggelam semasa Gun Jack hidup.
Pria yang akrab dipanggil dengan sebutan Gun Jack sebelumnya dikenal sebagai Gali--sebutan preman di Yogyakarta--berasal kampung Badran, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Bromocorah yang sudah malang melintang di dunia kelam di kota pelajar ini telah makan asam-garam kekerasaan jalanan.
Tak heran, sepeninggal Gun Jack banyak konflik jalanan bermunculan. Termasuk di kawasan Pasar Kembang. Zaman Gun Jack, satu orang perempuan pekerja seks akan menyetor Rp 150 ribu per bulan. Begitu juga pemilik rumah bordil atau penginapan tempat peempuan pekerja seks beroperasi. Nilai nominalnya sama.
“Sekarang jadi rebutan. Baik preman maupun aparat. Solusinya, semua dapat jatah biar tak ribut,” kata teman Gun Jack, Rudi Tri Purnama, Komandan Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK) Kota Yogyakarta.
Selanjutnya: Keributan itu tak hanya di Pasar Kembang.
<!--more-->
Keributan itu tak hanya di Pasar Kembang
Melainkan juga di tempat-tempat hiburan malam, seperti di Hugos Café, yang kasus besarnya mencuat saat terjadi dua kali pembunuhan pada Desember 2012 dan Maret 2013. “Zamannya Gun Jack tak ada keributan seperti itu. Bisa diselesaikan. Paling hanya kecil-kecil,” kata Rudi.
Sementara itu, preman-preman di titik-titik kekuasaannya di berbagai sudut Kota Yogya mulai memperlihatkan eksistensinya. Seperti Santo dan Harno di Godean, Sotong di hotel-hotel di kawasan Jogokaryan, Marcelinus Bhigu di Lempuyangan, juga Yono sebagai penguasa keamanan perjudian di pasar Terban. “Perjudian di Terban juga melibatkan aparat,” kata Rudi.
Saat Tempo mencari sosok yang bernama Yono di Pasar Terban, banyak orang yang menggelengkan kepala. “Ada penjaga keamanan di sini. Bukan Yono, tapi Pak Giyono. Kalau ada apa-apa, kami minta bantuan kepadanya. Mungkin dia maksudnya,” kata seseorang di pasar tersebut, Selasa 16 April 2013.
Rumah Giyono berada di perkampungan padat di sisi utara pasar. Tempo hanya bertemu dengan anak Giyono saat menyambangi rumahnya yang tanpa halaman itu. Giyono dikabarkan belum pulang. “Bapak sudah lama tinggal di sini. Tapi kalau dulu pindah-pindah tugasnya, karena prajurit TNI. Sekarang sudah purnawirawan karena usianya sudah 80-an tahun,” kata anaknya.
Dari anaknya pula, nama Giyono diketahui bukan nama aslinya. Melainkan nama beken yang dikenal publik di sana.
Bukan tak ingin ada saingan, Gun Jack juga melakukan pengkaderan terhadap preman-preman yang menjadi anak buahnya. Hanya saja, tetap saja ada rasa tidak percaya dan was-was pada diri Gun Jack terhadap mereka. Sepeninggal Gun Jack, orang-orang yang menjadi anak buahnya mulai meninggalkan nama besarnya. Menurut Rudy, berbeda dengan sebelumnya, saat orang bangga menyebut dirinya sebagai anak buah Gun Jack. “Sekarang seperti lampu teplok. Apinya meredup,” kata Rudi.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Topik Hangat:
EDSUS: PREMAN JOGJA | Ujian Nasional | Bom Boston | Lion Air Jatuh | Serangan Penjara Sleman | Harta Djoko Susilo
Berita Terpopuler:
Kena Gusur, Warga Waduk Pluit Marah kepada Jokowi
Begini Tampang Tersangka Bom Boston Sesuai CCTV
Lion Air Jatuh, Boeing Beri Penghargaan Pilot
Jokowi Dilarang 'Nyapres'
Jokowi Tak Suka Ujian Nasional