Calon Gebernur Jawa Barat Rieke Diah Pitaloka. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur Jawa Barat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Rieke Diah Pitaloka menyatakan, Pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat bukan sekadar menang atau kalah, tetapi pertarungan ideologi.
Atas dasar ini, Rieke mengklaim tidak akan berhenti dengan memperjuangkan kebenaran melalui pelaporan sejumlah kecurangan dalam pemilihan pada 24 Februari lalu. "Gusti ora sare, tinggal masyarakatnya saja mau bangun atau tidak. Saya tidak akan berhenti berjuang," kata Rieke saat ditemui di Kantor Dewan Pimpinan Pusat PDIP, Jumat, 1 Maret 2013.
Ia juga menyatakan, dirinya akan melakukan langkah politik dan langkah hukum jika sebanyak 1.808 pelanggaran pilkada tidak ditanggapi serius Komisi Pemilihan Umum Jawa Barat. Perjuangan akan terus dilakukan oleh seluruh tim sukses, tim hukum, dewan pimpinan cabang, dan relawan. "Seluruh ketua DPC tidak akan tanda tangan rekapitulasi KPU jika indikasi kecurangan tidak ditangani serius," kata dia.
Dia juga menyatakan, seluruh pengurus nasional akan memberikan dukungan jika dirinya dan Teten maju ke putaran kedua. Menurut mereka, Rieke dan Teten menjadi tanda perubahan pemerintahan daerah Jawa Barat. "Kita menang tanpa ada kecurangan transaksional dan intimidasi."
Meski KPU belum mengumumkan secara resmi rekapitulasi tersebut, Rieke menilai secara sistematis hasil pemilu jelas tidak bersih, jujur dan adil karena berpihak pada partai tertentu. "Yang melakukan kecurangan ada ancaman pidana maksimal 1 tahun dan denda Rp 10 juta," kata dia.