TEMPO.CO, Depok -- Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie marah karena pernyataannya tidak dapat dialihbahasakan oleh seorang penerjemah bahasa kepada para tamu asing. Kejadian ini berlangsung ketika Marzuki menjadi pembicara dalam acara diskusi Konflik, Etnis, Agama, dan Separatisme di Perpustakaan Terapung Universitas Indonesia, Depok, 28 Februari 2013. Sebagian peserta diskusi adalah orang asing. "Kamu bisa translate, enggak?" kata Marzuki, Kamis, 28 Februari 2013.
Saat itu, Marzuki sedang memaparkan sikap Indonesia dalam konflik antara Armenia dan Azerbaijan kepada Duta Besar Azerbaijan Tamerlan Elmar Oglu Karayev dan rombongannya. Dia menilai penerjemah justru memberikan makna yang berbeda dari pernyataannya. "Mohon maaf. Tadi tidak tepat translate-nya," katanya.
Peristiwa itu disambut riuh oleh peserta diskusi yang kebanyakan mahasiswa. Ada yang saling pandang dan tertawa dan ada juga yang merasa kasihan pada translator perempuan itu.
Setelah itu, penerjemah perempuan langsung digantikan oleh seorang penerjemah pria. Sedangkan penerjemah yang salah itu langsung terduduk bungkam di belakang translator pengganti dirinya. Marzuki pun melanjutkan pidatonya.
Selain tamu dari Azerbaijan, diskusi dihadiri oleh pemerintah Turki dan ketua Pimpinan Besar Nahdatul Ulama Said Aqil Siradj. Diskusi berlangsung mulai pukul 11.00 sampai 13.00 WIB.