TEMPO Interaktif, Jakarta: Kepala Bea Cukai Entikong Gusli Tambunan menyatakan, warga Entikong merasa resah sejak adanya larangan masuknya gula dari Malaysia. "Larangan ini dari Deperindag sejak seminggu lalu," ujar Tambunan saat dihubungi Tempo News Room melalui telepon genggamnya, Jumat (6/8). Akibat larangan ini, harga gula di daerah perbatasan melonjak naik. Menurut dia, selama ini masyarakat di daerah perbatasan sudah terbiasa menggunakan gula dari Malaysia.Lebih lanjut Tambunan mengungkapkan, perdagangan gula di daerah perbatasan, legal. Dia menegaskan, berdasarkan perjanjian sosial ekonomi antara Indonesia dan Malaysia, 1970, masyarakat di daerah perbatasan diperbolehkan melakukan lintas batas memperdagangkan gula. "Perbulannya sekitar 250 ton (per orang sekitar 3 karung)," jelas dia.Dia menambahkan, sejak dua tahun lalu, kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat telah mengeluarkan surat bernomor 513/2003 yang melarang lintas batas dengan membawa gula. Namun Bupati Sanggau mengeluarkan keputusan yang memperbolehkan masyarakat melakukan lintas batas dengan membawa gula. Oleh karena itu, pihaknya meminta pemerintah pusat memasok gula ke daerah perbatasan atau memperbolehkan kembali masuknya gula dari Malaysia. "Kami tidak tahu sampai kapan bisa bertahan, takut terjadi gejolak," katanya dengan nada kuatir. Tambunan menegaskan, selama warga di daerah perbatasan biasa membeli gula murah dari Malaysia. Dia sendiri sudah diperintahkan oleh Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai Pontianak Teguh Indrayana untuk melarang perlintasan gula di daerah perbatasan. Faisal - Tempo News Room