TEMPO.CO, Jakarta - Satu lagi seorang penyidik yang berasal dari Markas Besar Kepolisian mengundurkan diri dari Komisi Pemberantasan Korupsi. Juru bicara KPK Johan Budi membenarkan kabar mundurnya seorang penyidik itu. Menurut Johan, penyidik tersebut mundur pekan lalu bersama seorang pengawal tahanan KPK yang juga berasal dari Kepolisian.
Johan menambahkan, Alasan dia mengundurkan diri adalah untuk engembangkan karier di Markas Besar Polri."Atas nama pimpinan KPK, kami memberi penghargaan atas jasa-jasa mereka selama bekerja di KPK," ujar Johan di kantornya, Selasa, 22 Januari 2013.
Menurut Johan penyidik tersebut bernama Syamsul Huda yang telah bertugas di KPK selama empat tahun. Adapun pengawal tahanan bernama I Nengah Suparta. "Mereka mundur atas inisiatif pribadi," kata dia.
Pengunduran diri seorang penyidik KPK itu menambah panjang daftar penyidik yang telah hengkang dari lembaga antikorupsi tersebut. Setidaknya sudah sembilan penyidik KPK yang memilih kembali ke Mabes Polri. Pada Desember 2012, sebanyak dua orang dan pada bulan sebelumnya, enam orang.
Pengunduran diri penyidik ini ditengarai buntut perseteruan antara KPK dan Polri. Perseteruan terjadi saat KPK mengusut kasus korupsi proyek simulator kemudi di Korps Lalulintas. Kasus ini diwarnai penarikan 20 penyidik serta upaya kriminalisasi penyidik Novel Baswedan.
Johan membantah kabar bahwa pengunduran diri mereka karena tekanan dari Kepolisian. Ia juga menampik kabar mereka tidak betah lagi di komisinya. "Merujuk dari surat pengunduran diri itu, yang bersangkutan ingin mengembangkan karier," ujar Johan.
Namun, ia membenarkan ada penyidik yang keluar dari lembaganya karena tidak betah. "Ada dua alasan orang mundur di sini, apakah karena karier atau tidak betah," kata Johan menolak menjelaskan alasan ketidakbetahan itu.
Ia mengatakan pengunduran diri Syamsul membuat jumlah penyidik polisi di institusinya kini berjumlah 49 orang. Namun, sebanyak 26 orang penyidik internal yang direkrut sebelumnya, sudah mulai bekerja. "Mudah-mudahan beban kerja bisa sedikit ringan dengan keberadaan penyidik internal," ujarnya.
TRI SUHARMAN
Berita terkait
Polri Akui Ada Kendala Identifikasi Teror Bom Pimpinan KPK
14 Januari 2019
Polisi mengakui menemukan kendala dalam mengidentifikasi bom molotov dan bom palsu di rumah pimpinan KPK Agus Rahardjo dan Laode M Syarif.
Baca SelengkapnyaIdul Fitri, Novel Baswedan Salat Id di Masjid Dekat Rumah Sakit
25 Juni 2017
Karena kondisi matanya belum pulih, Novel Baswedan hanya bisa merayakan Idul Fitri di rumah sakit di Singapura.
Baca SelengkapnyaAlasan Polisi Belum Bisa Mengungkap Penyerang Novel Baswedan
19 Mei 2017
Polda Metro Jaya membantah bekerja lambat dalam mengungkap kasus serangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
Baca SelengkapnyaKapolda Metro: Serangan ke Novel Sangat Terencana, Digambar Dulu
26 April 2017
Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan mengatakan serangan kepada Novel Baswedan sangat terencana dengan baik.
Baca Selengkapnya2 Orang yang Difoto Dekat Rumah Novel Ternyata Informan Polisi
24 April 2017
Dua orang yang difoto dekat rumah Novel Baswedan berprofesi sebagai debt collector sekaligus jadi informan polisi untuk kasus pencurian motor.
Baca SelengkapnyaPolisi Periksa Terduga Pelaku Serangan ke Novel Baswedan
21 April 2017
Polisi tengah memeriksa seorang yang diduga pelaku penyiram air keras pada Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
Baca SelengkapnyaTiga Regu Khusus Ini Selidiki Teror Air Keras terhadap Novel Baswedan
13 April 2017
Polda Metro Jaya membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan.
Baca SelengkapnyaTeror Tak Lumpuhkan Novel dan KPK
13 April 2017
Air keras disiramkan ke wajah Novel Baswedan. Patut diduga, otak pelakunya berkeinginan agar Novel roboh dan KPK rapuh. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Novel Baswedan adalah ikon di KPK. Karena itu, menyerang Novel berarti pula menggempur KPK.
Baca SelengkapnyaKapolda: Jangan Blunder Lama Ungkap Serangan ke Novel Baswedan
12 April 2017
Kapolda Metro Jaya Irjen Mochammad Iriawan meminta seluruh jajarannya untuk bekerja maksimal mengungkap kasus serangan terhadap Novel Baswedan.
Baca SelengkapnyaSerangan ke Novel Baswedan, Kapolda Metro: Ada yang Menyuruh
12 April 2017
"Tentu ada motif. Ada pelaku di lapangan yang menyiram tentu ada yang menyuruh. Tidak mungkin berdiri sendiri," ucap Iriawan.
Baca Selengkapnya