Ratusan Warga PDIP Solo Peringati Kasus 27 Juli

Reporter

Editor

Selasa, 27 Juli 2004 12:12 WIB

TEMPO Interaktif, Solo: Ratusan warga PDI Perjuangan Kota Solo, Selasa (27/7), memperingati peristiwa 27 Juli di berbagai ruas jalan. Tidak kurang dari lima buah keranda yang biasa digunakan mengusung jenazah diarak keliling kota. Mereka menuntut agar pemerintah segera merampungkan pengusutan kasus yang telah terjadi delapan tahun silam tersebut. Pengadilan ad hoc menjadi alternaltif untuk mengadili para jendral yang terlibat dalam kasus yang dinilai sebagai pelanggaran berat HAM itu. Aksi yang digelar oleh Forum 628 berlangsung di depan Gedung Balaikota Solo. Mereka menuntut agar mantan Pangdam Jaya yang sekarang menjadi Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso segera diadili. Menurut mereka, peristiwa 27 Juli 1996 harus dipertanggungjawabkan secara perorangan, bukan individu. "Sutiyoso sudah jadi tersangka, kapan vonisnya," demikian bunyi salah satu poster yang ditempelkan di salah satu kereta jenazah yang mereka bawa.Dyah Sipon, isteri penyair Wiji Thukul yang hilang semenjak peristiwa tersebut ikut membacakan dua buah puisi karya suaminya tersebut. Sipon nampak tidak kuasa menahan tangisnya ketika berorasi. "Sampai kapanpun saya menuntut suami saya dikembalikan. Pelaku 27 Juli harus diseret ke pengadilan HAM," tukasnya dengan suara bergetar. Sebelumnya, sebuah kelompok yang berisikan massa beratribut PDI Perjuangan juga melakukan peringatan serupa. Massa yang menamakan dirinya Gerakan Rakyat Anti-Kekerasan (Gerak) memulai aksinya dari Pasarkliwon menuju balaikota. Di sepanjang jalan mereka melakukan tabur bunga dan dibarisan paling depan terlihat tiga buah keranda berisi sebentuk benda mirip manusia yang diberi kain kafan. Mereka menyebutkan sebagai simbol korban 27 Juli. Sirine tidak henti-hentinya dibunyikan.Berbeda dengan Forum 268 yang melakukan orasi dan menyerahkan petisi ke Walikota Solo, Slamet Suryanto, Gerak memilih terus berjalan keliling kota Solo. Salah seorang peserta aksi Gerak mengatakan bahwa arak-rakan massa itu bermaksud untuk melarung tiga keranda yang mereka bawa ke sungai Bengawan Solo.Kelompok ketiga yang ikut memperingati peristiwa 27 Juli menamakan kelompok mereka Gerakan Rakyat Merdeka (Geram). Kelompok ini berangkat dari Posko Mega Hasyim Kecamatan Laweyan, selanjutnya menyusuri Jalan Slamet Riyadi dan kemudian menuju Balaikota. Di dalam perjalanannya sekitar tujuh kilometer, mereka sempat menggelar orasi di depan pintu gerbang Makorem 074 Warastratama. Di pintu gerbang markas tentara tersebut mereka mendesak TNI sebagai institusi pertahanan negara tidak berpolitik praktis. Mereka membentangkan spanduk panjang bertuliskan desakan penuntasan kasus 27 Juli dengan menindak para pelakunya, baik yang sipil maupun militer. Sejumlah poster juga mereka bawa. Di antaranya ada tiga poster yang berbunyi, "Pangdam Jaya '86 Sudah Tersangka, Kasdamnya Gimana Tuh...", "Bang Yos Udah Kena Tuh, Cak Bambang Jangan Hanya Nyanyi Dong. Ingat Dosamu 27 Juli 1996", "Si Suti Sudah Tersangka, Si Susi Ikutan Juga. Adili Dong", dan sejumlah poster lainnya. Sepanjang PDI Perjuangan menjadi partai yang berkuasa, baru tahun ini warga PDI Perjuangan turun ke jalan melakukan aksi peringatan peristiwa berdarah tersebut. Pada tahun-tahun sebelumnya, peringatan 27 Juli hanya dilakukan dengan renungan malam atau doa bersama. Imron Rosyid - Tempo News Room

Berita terkait

Kenang Peristiwa Kudatuli, PDIP Surabaya Gelar Peringatan Dua Hari

27 Juli 2022

Kenang Peristiwa Kudatuli, PDIP Surabaya Gelar Peringatan Dua Hari

Pada 28 Juli 1996 kerusuhan Kudatuli merembet ke Surabaya. Terjadi unjuk rasa besar di area Kebun Binatang dan berlanjut ke Jalan Diponegoro.

Baca Selengkapnya

PDIP Gelar Tabur Bunga Kenang Peristiwa Kudatuli

27 Juli 2022

PDIP Gelar Tabur Bunga Kenang Peristiwa Kudatuli

Acara itu dipimpin Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bersama beberapa politikus PDIP lainnya.

Baca Selengkapnya

PDIP Diminta Dorong Penuntasan Kasus 27 Juli, Korban: Jangan Cuma Jadikan Komoditas Politik

22 Juli 2022

PDIP Diminta Dorong Penuntasan Kasus 27 Juli, Korban: Jangan Cuma Jadikan Komoditas Politik

Iwan menyebut, PDIP sebagai partai berkuasa mestinya bisa mendorong penuntasan kasus 27 Juli 1996.

Baca Selengkapnya

Hasto PDIP: Kudatuli Menjadi Benih Perjalanan Reformasi

27 Juli 2020

Hasto PDIP: Kudatuli Menjadi Benih Perjalanan Reformasi

Peristiwa Kudatuli bermula dari dualisme di tubuh Partai Demokrasi Indonesia atau PDI.

Baca Selengkapnya

Ribka Melihat PDIP Tak Serius Selesaikan Kasus Kudatuli

28 Juli 2019

Ribka Melihat PDIP Tak Serius Selesaikan Kasus Kudatuli

Ribka Tjiptaning blak-blakan mengungkap bahwa sebetulnya Kudatuli, bisa diselesaikan jika ada keseriusan dari petinggi-petinggi PDIP.

Baca Selengkapnya

Mengenang Kudatuli : Mimbar Bebas, Setan Gundul dan Bentrokan

27 Juli 2019

Mengenang Kudatuli : Mimbar Bebas, Setan Gundul dan Bentrokan

Korban kerusuhan 27 Juli 1996 atau peristiwa Kudatuli terus menagih hak mereka.

Baca Selengkapnya

Tangis Ribka Tjiptaning Pecah di Tengah Sepi Peringatan Kudatuli

27 Juli 2019

Tangis Ribka Tjiptaning Pecah di Tengah Sepi Peringatan Kudatuli

Tangis Ribka Tjiptaning pecah ketika memperingati peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang lebih dikenal Kudatuli di kantor DPP PDIP hari ini.

Baca Selengkapnya

Ribka Tjiptaning: Kami Dorong Jokowi Selesaikan Kasus Kudatuli

27 Juli 2019

Ribka Tjiptaning: Kami Dorong Jokowi Selesaikan Kasus Kudatuli

Politikus PDIP Ribka Tjiptaning meminta Presiden Jokowi segera menuntaskan kasus 27 Juli atau Kudatuli.

Baca Selengkapnya

Sudah 23 Tahun, Nasib Korban Kasus Kudatuli Tak Kunjung Jelas

27 Juli 2019

Sudah 23 Tahun, Nasib Korban Kasus Kudatuli Tak Kunjung Jelas

Korban kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang lebih dikenal dengan Kudatuli tak berhenti menuntut penuntasan kasus yang mereka alami.

Baca Selengkapnya

Cerita Kudatuli, Sabtu Kelabu 23 Tahun Silam

27 Juli 2019

Cerita Kudatuli, Sabtu Kelabu 23 Tahun Silam

Peristiwa kerusuhan dua puluh tujuh juli atau Kudatuli hingga saat ini masih tak jelas ujung pangkalnya. Korban meminta namanya direhabilitasi.

Baca Selengkapnya