TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi punya julukan sendiri untuk Partai Golkar. "Golkar itu ibarat perusahaan, mirip Tbk," kata Burhanuddin di Hotel Gren Alia, Cikini, Jakarta, Sabtu, 29 Desember 2012.
Bukan tanpa alasan dia melontarkan julukan itu. Menurut Burhanuddin, banyak "pemegang saham" di partai berlambang pohon beringin, tapi tidak ada "pemegang saham" mayoritas tunggal. "Itu yang menyebabkan Golkar mengalami dilema setiap kali pemilihan presiden," ujarnya.
Ia mengatakan, saat ini ada empat faksi di internal Golkar, yakni faksi Agung Laksono, Aburizal Bakrie, Akbar Tandjung, dan Jusuf Kalla. Adanya faksi ini mengulang kondisi Golkar di masa sebelumnya dan berpotensi menimbulkan perpecahan. "Golkar tidak pernah memenangkan pilpres karena tokoh-tokohnya tidak ada yang dominan," kata Burhanuddin.
Tidak solidnya Golkar dalam pemilihan presiden digambarkan Burhanuddin dalam dua kali pengusungan capres Golkar. Pada 2004, Golkar memilih Wiranto sebagai capres melalui mekanisme konvensi partai. Namun, Wiranto gagal melaju menjadi RI-1.
Adapun pada 2009 Golkar memilih Jusuf Kalla melalui mekanisme Rapat Pimpinan Nasional khusus untuk berjuang menjadi presiden. Namun, Kalla gagal mengharumkan nama Golkar. "Ini penyakit lama. Dosa warisan Golkar," ucap Burhanuddin.
PRIHANDOKO
Berita terkait
Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum
1 hari lalu
Warga Panama pada Minggu, 5 Mei 2024, berbondong-bondong memberikan hak suaranya dalam pemilihan umum untuk memilih presiden
Baca SelengkapnyaVonis 7 Anggota Nonaktif PPLN Kuala Lumpur Lebih Rendah daripada Tuntutan Jaksa, Ini Hal-hal yang Meringankan
46 hari lalu
Hakim juga menjatuhkan pidana denda kepada seluruh terdakwa PPLN Kuala Lumpur itu masing-masing sebesar Rp 5 juta.
Baca SelengkapnyaRicuh di Bawaslu Papua Karena Dugaan Kecurangan Suara, Wakapolres Yalimo Terkena Lemparan Batu
1 Maret 2024
Sekelompok massa menyerang Kantor Bawaslu Papua karena mereka menduga ada kecurangan suara saat rapat pleno di Distrik Abenaho.
Baca SelengkapnyaTim Advokasi Peduli Pemilu: Pemilu 2024 Jadi Pementasan Nepotisme di Panggung Demokrasi Indonesia
1 Maret 2024
Tim Advokasi Peduli Pemilu melakukan uji materi terhadap UU Pemilu agar penguasa tidak lagi sewenang-wenang saat pemilu.
Baca SelengkapnyaPemilu 2024 Tingkatkan Kecemasan dan Depresi, Begini Rinciannya
28 Februari 2024
Penelitian menemukan Pemilu 2024 berpengaruh terhadap meningkatnya risiko gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi pada masyarakat.
Baca SelengkapnyaBukan Hanya Komeng, Perolehan Suara Sejumlah Artis Kalahkan Politisi Berpengalaman. Siapa Saja Mereka?
20 Februari 2024
Sejumlah artis pendatang baru di politik ungguli politisi pengalaman. Ada Komeng, Verrell Bramasta dan lainnya.
Baca SelengkapnyaTugas dan Wewenang Komeng Jika jadi Anggota DPD
16 Februari 2024
Perolehan suara Komeng melesat di pemilihan DPD. Apa saja tugas dan fungsinya jika terpilih?
Baca SelengkapnyaTren Mantan Atlet Jadi Caleg di Pemilu 2024, Ini Kata Menpora Dito Ariotedjo
14 Februari 2024
Apa kata Menpora Dito Ariotedjo soal kehadiran sejumlah mantan atlet Tanah Air sebagai calon anggota legislatif di Pemilu 2024?
Baca SelengkapnyaJika Pemilih Sakit di Rumah dan Tak Bisa ke TPS Apakah Hak Suaranya Gugur? Ini Jawabnya
12 Februari 2024
Jika calon pemilih tiba-tiba sakit, yang tidak memungkinnya menuju TPS. Apakah hak pilihnya hangus? Tidak
Baca SelengkapnyaTerpopuler: Dirty Vote Bongkar Politik Gentong Babi Jokowi, TKN Prabowo-Gibran Tantang Pembuktian Pelanggaran Pemilu
12 Februari 2024
Film Dirty Vote membongkar politik gentong babi Presiden Jokowi, TKN Prabowo-Gibran menantang pembuktian pelanggaran Pemilu.
Baca Selengkapnya