Polisi Paling Banyak Diadukan ke Komnas HAM

Reporter

Selasa, 11 Desember 2012 06:51 WIB

ANTARA/Dhoni Setiawan

TEMPO.CO, Jakarta-- Polisi paling sering diadukan ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia selama tahun ini. Menurut Ketua Komisi Otto Nur Abdullah, jumlah berkas yang mengadukan polisi tahun ini naik dibanding jumlah pada tahun lalu. "Data ini menunjukkan bahwa reformasi polisi hanya di atas kertas," katanya dalam diskusi memperingati Hari Hak Asasi Sedunia Senin 10 Desember 2012.

Dari 5.422 berkas pengaduan masyarakat soal polisi ke Komnas HAM, 1.635 berkas berisi laporan dugaan pelanggaran hak asasi oleh polisi. Sebanyak 893 berkas diskriminasi saat penyidikan, 134 berkas laporan penahanan dan penangkapan, 104 berkas soal penembakan dan kekerasan, serta 39 berkas penyiksaan dalam pemeriksaan.

Otto menilai penyiksaan oleh polisi merupakan kejahatan serius yang sudah terstruktur, terpola, bahkan sistematis di tubuh kepolisian. Masalahnya, kejahatan itu tak bisa diajukan ke muka hukum karena tak ada aturan yang menaunginya. Karena itu, Komisi mengusulkan agar pemerintah menyusun Undang-Undang Antipenyiksaan. Apalagi, kata Otto, Indonesia sudah meratifikasi Konvensi Antipenyiksaan melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998.

Juru bicara Markas Besar Polisi, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, mengatakan polisi sebenarnya sudah memasukkan kurikulum hak asasi dalam setiap jenjang pendidikan. Karena itu, Boy meminta Komisi memverifikasi laporan itu lebih dulu. "Jangan-jangan cuma karena tak suka polisi lalu melapor," katanya.

Setelah polisi, perusahaan adalah yang paling banyak diadukan, dengan 1.009 berkas. Pengaduan yang paling banyak adalah soal sengketa lahan, lalu ketenagakerjaan dan lingkungan. Menurut Otto, perusahaan adalah aktor non-negara yang berpotensi sebagai pelanggar hak asasi.

Aduan soal sengketa lahan juga paling banyak diterima Komisi dengan 1.064 berkas. Perusahaan perkebunan, pertambangan—baik perusahaan negara maupun swasta—paling banyak dilaporkan berkonflik dengan masyarakat di sekitar kawasan konsesi. "Konflik ini penting ditangani segera karena bisa merembet pada soal toleransi," kata Otto.

Problem tanah tak hanya diadukan ke Komnas HAM. Kelompok Kerja Tanah di DPR juga menerima 187 laporan sengketa lahan yang belum selesai. "Masalahnya karena pemerintah tak menjalankan Undang-Undang Pokok Agraria," kata Budiman Sudjatmiko, anggota Kelompok Kerja Tanah dari Fraksi PDI Perjuangan.

Menurut dia, pendudukan Indonesia hanya menguasai 2 persen dari 56 persen aset tanah nasional, dan hanya 40 persen petani yang punya lahan sendiri. Adapun janji pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono, yang akan membagikan 8 juta hektare lahan kepada petani, belum terlaksana.

ARIS ANDRIANTO

Berita terpopuler:

Gaya Mewah Djoko Susilo, Nunun, dan Miranda

Di Malaysia, Habibie Dianggap Pengkhianat Bangsa

Pengacara Nazaruddin: Anas Jelas Terlibat

Disebut Pengkhianat Bangsa, Habibie Center Santai

Partai Demokrat Digerogoti Anak Kos

Berita terkait

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

20 jam lalu

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

Bos Polus Tech mengakui kesulitan untuk mengawasi penggunaan alat sadap oleh pembeli.

Baca Selengkapnya

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

21 jam lalu

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

Menurut Sebby Sambom, penambahan pasukan itu tak memengaruhi sikap TPNPB-OPM.

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

1 hari lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

1 hari lalu

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.

Baca Selengkapnya

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

2 hari lalu

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

Berikut ini syarat penerimaan SIPSS, Taruna Akpol, Bintara, dan Tamtama Polri 2024 serta tata cara pendaftarannya yang perlu diketahui.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

2 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

2 hari lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

2 hari lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

3 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

3 hari lalu

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

Korlantas Polri memastikan pelat nomor khusus kendaraan dinas berkode 'ZZ' harus tetap mematuhi aturan ganjil genap.

Baca Selengkapnya