Ratusan mobil angkutan kota (angkot) trayek 23 jurusan Ciroyom Cikudapateuh melakukan aksi mogok jalan di Balaikota, Bandung, Jawa Barat. Kamis (11/11). TEMPO/Aditya Herlambang Putra
TEMPO.CO, Medan - Ribuan angkutan kota (angkot) berbagai jurusan dalam Kota Medan berhenti beroperasi pada Senin, 22 Oktober 2012. Akibatnya, sebagian warga kota ini menjadi telantar. Padahal, hari ini adalah pekan permulaan aktivitas pelajar, mahasiswa, dan pekerja dimulai.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Medan Mont Gomery Munthe menjelaskan alasan pemogokan para sopir dan pemilik angkot itu. Yakni maraknya kendaraan pelat hitam yang dijadikan angkutan umum dalam kota dan antarkota, serta terminal liar yang tidak kunjung ditertibkan. "Organda juga menolak rencana busway Trans Medan," kata Munthe.
Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Medan Komisaris Risya Mustario memastikan polisi akan membantu agar pemogokan itu tidak merugikan masyarakat. "Calon penumpang yang tidak kebagian angkutan akan kami bantu. Saat ini sedang rapat dengan Organda dan Pemerintah Kota Medan membahas aksi mogok pagi ini," kata Risya kepada Tempo.
Pantauan Tempo di beberapa ruas jalan, seperti di Jalan Sisingamangaraja, Perintis Kemerdekaan, Jalan Pemuda, Jalan Jamin Ginting, serta sejumlah ruas jalan lainnya, terlihat pelajar, mahasiswa, maupun pekerja berdiri di pinggir jalan menunggu angkot.
Sebagian kecil angkot yang beroperasi, seperti angkot Medan Bus 21 jurusan Helvetia-Sambu, Rahayu 53 jurusan Amplas-Belawan, serta angkot lainnya, tidak mampu mengangkut banyaknya masyarakat yang akan melaksanakan aktivitasnya.
Untuk mencegah penumpukan calon penumpang, puluhan personel Polresta Medan mengambil inisiatif mengangkut penumpang memakai mobil patroli milik polisi, Satuan Polisi Pamong Praja, dan mobil Brigade Mobil.