TEMPO.CO , Manado: Pemadaman aliran listrik yang dilakukan Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Kota Manado, Sulawesi Utara, mirip dengan minum obat yakni sehari tiga kali yakni pagi, siang, dan malam. Warga pun mengeluhkan pemadaman listrik itu.
Pada Senin, 15 Oktober 2012, listrik di Manado pertama kali mati pada pukul 08.00 sampai pukul 09.30. Pada siang hari, listrik kembali byar pet pada pukul 13.00 sampai 14.00. Terakhir, listrik padam pukul 17.30 sampai 18.30. Pada Ahad lalu, kondisinya hampir sama dengan waktu yang berbeda.
Menurut Ivan Wakkary, warga Mapanget, akibat pemadaman yang dilakukan tiba-tiba dan kemudian aliran listrik yang dinyalakan dengan voltase tegangan yang tinggi, banyak alat elektronik yang ada di rumahnya rusak. "Televisi dan kulkas saya sudah rusak akibat aliran listrik yang tidak stabil. Harusnya PLN bisa tanggung jawab dengan hal ini," kata Wakkary.
Kondisi ini sudah terjadi hampir sebulan lamanya semenjak September kemarin. Namun, PLN bersikeras pasokan listrik mereka masih surplus untuk wilayah Sulawesi Utara. "Untuk sistem kelistrikan di Minahasa, Kotamobagu dan Gorontalo itu memang masih surplus," kata Kepala Divisi Humas PLN Wilayah Suluttenggo Lefrand Maleke kepada Tempo, Senin sore, 15 Oktober 2012.
Menurut Maleke, pemadaman listrik yang terjadi akhir-akhir ini terjadi karena banyak alat-alat PLN di wilayah Suluttenggo rusak. Akibatnya, pelayanan kepada para pelanggan PLN terganggu.
"Alat kita sudah banyak yang tua. Jadi ada beberapa yang rusak sehingga perlu perbaikan yang ujung-ujungnya harus ada pemadaman aliran listrik," kata Maleke.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, melalui Dinas Lingkungan Hidup, kembali menggelar aksi hemat energi dan pengurangan emisi karbon dengan memadamkan lampu di sejumlah titik dan gedung di wilayah Jakarta.