TEMPO.CO, Jakarta - Usulan pemberhentian Novel Baswedan sebagai penyidik kasus korupsi pengadaan alat simulator SIM dinilai mengada-ada. Pasalnya, kontribusi Novel begitu besar, apalagi penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi itu merupakan koordinator satgas dari kasus tersebut.
"Siapa pun yang mengusulkan Novel harus diberhentikan berarti ia tidak melihat kontribusi Novel. Peran Novel itu sungguh besar di pengungkapan kasus tersebut," kata kuasa hukum Novel Baswedan, Haris Azhar, Sabtu, 13 Oktober 2012.
Desakan agar Novel tak menangani perkara disampaikan Ketua Komisi Hukum DPR I Gede Pasek Suardika. Pasek meminta komisi antirasuah menghormati proses hukum yang sedang dijalani Novel.
Menurut Haris, tak seharusnya Pasek mengeluarkan pernyataan demikian. Pasalnya, proses hukum yang disebut-sebut Pasek itu tidak jelas, bagaikan ada dan tiada, karena hingga kini status Novel itu belum terang. Surat penangkapannya pun belum pernah diperlihatkan kepada Novel.
"Sebagai DPR, tak seharusnya Pasek berkata demikian. Presiden pun tidak menyentil Novel. Dari empat hal yang direspons Presiden, yang tidak ia intervensi adalah soal Novel," tutur Haris. "Bukankah Presiden sudah bilang, kasus ini ditangani KPK?"
Menurut Haris, akan beda halnya jika Pasek melontarkan pernyataan hasil pertimbangan dari tim independen. "Jadi menarik kalau seperti itu, tapi kenyataannya kan tidak. Justru kami meminta Presiden supaya membentuk tim independen untuk Novel," katanya.
Haris mengingatkan isi pidato Presiden yang menyatakan niat kepolisian mengungkap peristiwa penembakan di Bengkulu pada 2004 sebagai hal yang "tidak tepat dari sisi timing maupun tempat".
MUHAMAD RIZKI | WAYAN AGUS PURNOMO
Berita Menarik Lainnya
Skuadron F-16 Disiapkan di Pekan Baru
Ruhut Yakin Kasus Novel Akan Dihentikan
Polisi Uji Akurasi Barang Bukti Penjerat Novel
Polisi Tetapkan Penyidik KPK Lain Jadi Tersangka
Berita terkait
Polri Akui Ada Kendala Identifikasi Teror Bom Pimpinan KPK
14 Januari 2019
Polisi mengakui menemukan kendala dalam mengidentifikasi bom molotov dan bom palsu di rumah pimpinan KPK Agus Rahardjo dan Laode M Syarif.
Baca SelengkapnyaIdul Fitri, Novel Baswedan Salat Id di Masjid Dekat Rumah Sakit
25 Juni 2017
Karena kondisi matanya belum pulih, Novel Baswedan hanya bisa merayakan Idul Fitri di rumah sakit di Singapura.
Baca SelengkapnyaAlasan Polisi Belum Bisa Mengungkap Penyerang Novel Baswedan
19 Mei 2017
Polda Metro Jaya membantah bekerja lambat dalam mengungkap kasus serangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
Baca SelengkapnyaKapolda Metro: Serangan ke Novel Sangat Terencana, Digambar Dulu
26 April 2017
Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan mengatakan serangan kepada Novel Baswedan sangat terencana dengan baik.
Baca Selengkapnya2 Orang yang Difoto Dekat Rumah Novel Ternyata Informan Polisi
24 April 2017
Dua orang yang difoto dekat rumah Novel Baswedan berprofesi sebagai debt collector sekaligus jadi informan polisi untuk kasus pencurian motor.
Baca SelengkapnyaPolisi Periksa Terduga Pelaku Serangan ke Novel Baswedan
21 April 2017
Polisi tengah memeriksa seorang yang diduga pelaku penyiram air keras pada Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
Baca SelengkapnyaTiga Regu Khusus Ini Selidiki Teror Air Keras terhadap Novel Baswedan
13 April 2017
Polda Metro Jaya membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan.
Baca SelengkapnyaTeror Tak Lumpuhkan Novel dan KPK
13 April 2017
Air keras disiramkan ke wajah Novel Baswedan. Patut diduga, otak pelakunya berkeinginan agar Novel roboh dan KPK rapuh. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Novel Baswedan adalah ikon di KPK. Karena itu, menyerang Novel berarti pula menggempur KPK.
Baca SelengkapnyaKapolda: Jangan Blunder Lama Ungkap Serangan ke Novel Baswedan
12 April 2017
Kapolda Metro Jaya Irjen Mochammad Iriawan meminta seluruh jajarannya untuk bekerja maksimal mengungkap kasus serangan terhadap Novel Baswedan.
Baca SelengkapnyaSerangan ke Novel Baswedan, Kapolda Metro: Ada yang Menyuruh
12 April 2017
"Tentu ada motif. Ada pelaku di lapangan yang menyiram tentu ada yang menyuruh. Tidak mungkin berdiri sendiri," ucap Iriawan.
Baca Selengkapnya