Saat Korban Bom Marriot Sambangi Pelaku Bom Bali 1  

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Sabtu, 13 Oktober 2012 10:05 WIB

Seorang pria meletakan bunga di kolam yang didedikasikan untuk para korban Bom Bali, pada acara peringatan 10 tahun peristiwa tersebut di Garuda Wisnu Kencana (GWK), Jimbaran, Bali (12/10). REUTERS/Beawiharta

TEMPO.CO, Denpasar - Ini kisah sisi lain peringatan Satu Dekade Bom Bali I, Jumat, 12 Oktober 2012, tentang seorang korban terluka bom JW Marriot yang mencoba memaafkan musibah yang menimpanya dengan menemui sejumlah pelaku Bom Bali I.



Memaafkan adalah kuncinya. Bila masih banyak keluarga korban maupun korban itu sendiri terlampau sulit untuk memberi maaf pada pelaku teroris, berbeda dengan Tony Soemarno. Dia begitu mudahnya mengampuni pihak-pihak yang telah membuatnya cacat seumur hidup.

"Kalau masih dendam, luka itu akan terasa dua kali lebih besar. Luka secara fisik dan hati," tuturnya kepada Tempo, Jumat, 12 Oktober 2012. Namun, sekarang perasaannya sudah plong, tidak ada beban. Sama sekali tidak ada dendam dalam hatinya.

Metode yang terbilang tidak umum ini cukup ampuh. Meski tidak bisa menghilangkan seluruhnya, keadaan Tony saat ini sudah jauh lebih baik ketimbang ketika beberapa saat dia terkena ledakan yang terjadi pada 5 Agustus 2003 itu.

Ternyata, cara penyembuhan ini sudah dilakukannya sejak 2004 lalu. Saat itu, hanya beberapa bulan setelah dia keluar dari rumah sakit dan kembali bekerja. Perusahaannya berada di gedung Menara Rajawali, tepat di sebelah Hotel JW Marriot.

"Saat itu saya di lantai 20. Saat melihat ke luar dari jendela, saya tiba-tiba melihat ke bawah," ujarnya. Tepat saat itu, polisi sedang melakukan rekonstruksi peledakan.

Entah mengapa, Tony langsung turun. Dalang pengeboman, Masrizal alias Tohir ada di situ.

Tanpa komando, Tony kontan mengajaknya berbicara. Kaget juga dengan aksi Tony, polisi yang berjaga saat itu menahannya. "Kata polisi, saya lebih baik ke kantor saja kalau mau mengobrol-ngobrol. Saya juga heran, mengapa polisi bisa mengajak begitu," ucapnya.

Saat itu juga, Tony yang kelahiran Malang, Jawa Timur ini berangkat ke Mabes Polri. Rencananya hanya bertemu 10 menit, namun pada kenyataannya Tony bercakap-cakap hingga 2 jam.

"Sampai saya sempat salat bareng dengan dia (Tohir)," kata Tony, sambil kembali mengisap cerutunya di restoran salah satu hotel di bilangan Kuta, Bali.

Namun, sebelum salat itu, Tony mampu memasukkan doktrinnya kepada Tohir. Menurut pengakuan Tony, Tohir seketika sadar dan meminta maaf atas perbuatannya.

Tony cukup percaya dengan Tohir saat itu. "Kepuasannya luar biasa, kalau bisa membuat orang sedikit kembali ke jalan yang semestinya," ucapnya dengan tatapan menerawang.

Sayang, bukan itu kebanggaan terbesarnya, melainkan pada Ali Imron. Terpidana hukuman mati kasus Bom Bali I ini sangat sulit didekati. Dia begitu dingin saat diajak bicara.

"Awalnya hanya satu arah. Hanya saya saja yang tanya. Saya tanyakan keluarga, hobinya apa, dan lain-lain. Pokoknya asal nyambung saja," ia menambahkan. Komunikasi satu arah ini berlangsung hingga beberapa pertemuan setelahnya.

Baru pada sekitar pertemuan ketujuh, benteng pertahanan Ali mulai runtuh. Dia mulai meminta Tony untuk membawakannya makanan ringan sejenis keripik.

Tony yang hingga kini menjadi pengurus Yayasan Asosiasi Korban Bom Indonesia (ASKOBI) ini menjalin hubungan yang cukup dekat dengan Ali. Paling tidak, Tony berkunjung satu kali dalam dua bulan untuk menemui pelaku pengeboman.

Selain Tohir, Tony juga kerap menemui kawan-kawan Toni dalam aksi yang sama. Total, dia sudah bertemu tujuh orang yang berbeda.

Kini, Tony berada di Bali khusus untuk turut memeringati 10 tahun Bom Bali I. "Saya pengennya juga mengunjungi pelaku bom di LP Kerobokan. Mudah-mudahan bisa," ia berharap.

Ini karena, untuk bertemu dengan pelaku itu, ia harus membuat pendekatan dulu dengan aparat setempat.

Tentu sudah banyak kebanggaan yang dikantongi Tony. Sayang lagi sayang, dia masih punya satu angan-angan. "Saya masih pengen ketemu Umar Patek. Pengennya tahun ini," katanya optimistis.

Cara-cara pendekatan persuasif ini memberinya banyak keuntungan dan kepuasan batin. Dia merasa nyaris pulih total.

Namun, ada tiga hal yang masih ditakutinya hingga detik ini. "Pertama, saya masih enggak berani parkir di basement atau tempat gelap. Lebih baik parkir agak jauh daripada harus ke basement. Saya masih ngeri saja," katanya.

Kemudian, hal lain yang membuat jantungnya berdetak sangat kencang adalah suara bantingan pintu.

Terakhir, dia kerap merasa kecewa jika ada orang-orang yang masih memandangnya sebelah mata. "Misalnya, kalau ada orang yang masuk dalam lift, lalu matanya sepintas menoleh tangan saya, ia lalu bergerak menjauh," ujarnya, sambil memeragakan.

Ayah tiga anak ini merasa tidak nyaman dengan perlakuan tersebut. "Biasanya orang Indonesia yang lebih sering memandang jijik seperti itu. Kalau bule, mereka biasanya langsung tanya kenapa tangan saya. Itu lebih saya hargai," ujar dia.

Sepintas, bentuk tangan kanan dan kiri Tony memang sedikit berbeda. Sekat antarjarinya tidak lagi sempurna. Sel-sel koloidnya melebur sehingga membuat gerak jarinya makin sulit.

Meski sudah 99 persen sembuh, ingatannya masih segar. Kala itu, Tony bersama tujuh orang lainnya sedang berada di Coffee Station Syailendra. Dua orang di antaranya merupakan klien Tony. Jarum jam saat itu mengunjukkan pukul 12.55 WIB.

Saat ledakan, Tony melihat langsung api menyambar ke arah wajahnya. Ia bergerak cepat menutupi wajah dengan kedua tangannya. Wajahnya terselamatkan. Sayang, ia harus mengorbankan kedua tangan dan kepala atasnya.

Luka bakar masih terlihat jelas di bagian itu.

KETUT EFRATA



Berita Terpopuler Lainnya:

Saat Diperiksa, Model Penabrak 7 Orang Malah Joget


Alamat Model yang Tabrak Tujuh Korban Ternyata Palsu


Tabrak 7 Orang, Model Berbikini Dengar Bisikan Gaib


Astronom Temukan Planet Berlapis Berlian


Anak Qadhafi Ingin Digantung di Libya

Advertising
Advertising

Berita terkait

Catatan Jamaah Islamiyah Dinyatakan Sebagai Dalang di Balik Bom Natal 2000 dan Bom Bali

24 Desember 2023

Catatan Jamaah Islamiyah Dinyatakan Sebagai Dalang di Balik Bom Natal 2000 dan Bom Bali

Kelompok ini diduga membentuk organisasi resmi pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an dan lalu disebut dalang peristiwa Bom Natal 2000 dan Bom Bali.

Baca Selengkapnya

Marthinus Hukom Kepala BNN, Ini Rekam Jejaknya di Densus 88 Antiteror Polri

6 Desember 2023

Marthinus Hukom Kepala BNN, Ini Rekam Jejaknya di Densus 88 Antiteror Polri

Kepala Densus 88 Antiteror Polri Irjen Marthinus Hukom ditunjuk sebagai Kepala BNN menggantikan Petrus Golose. Ini rekam jejaknya saat di Densus 88.

Baca Selengkapnya

Kelompok Teroris JI di Lampung Pernah Sembunyikan Pelaku Bom Bali I dan Bom Poso

13 April 2023

Kelompok Teroris JI di Lampung Pernah Sembunyikan Pelaku Bom Bali I dan Bom Poso

Kelompok teroris Jamaah Islamiyah yang digerebek oleh Densus 88 di Lampung, pernah menyembunyikan pelaku Bom Bali I dan Teror Bom Poso

Baca Selengkapnya

Eks Napi Terorisme Ali Fauzi Manzi: Merakit Bom Jauh Lebih Mudah Dibanding Membuat Karya Ilmiah

21 Februari 2023

Eks Napi Terorisme Ali Fauzi Manzi: Merakit Bom Jauh Lebih Mudah Dibanding Membuat Karya Ilmiah

Bekas napi terorisme Ali Fauzi Manzi bercerita tentang sulitnya meraih gelar doktor. Dia ingin eks napi terorisme lain mengikuti jejaknya.

Baca Selengkapnya

4 Aksi Bom yang Melibatkan Noordin M. Top Selain Mendalangi Bom Natal 2000

25 Desember 2022

4 Aksi Bom yang Melibatkan Noordin M. Top Selain Mendalangi Bom Natal 2000

Setelah aksi Bom Natal 2000, dalam setiap aksinya, Noordin M Top diduga lebih menargetkan korban asing untuk menarik perhatian dunia internasional.

Baca Selengkapnya

Pembuat Bom Bali Umar Patek Minta Maaf, Australia Tetap Marah

14 Desember 2022

Pembuat Bom Bali Umar Patek Minta Maaf, Australia Tetap Marah

Umar Patek minta maaf pada keluarga korban bom Bali di Australia, yang tetap merasa kecewa atas pembebasan bersyaratnya.

Baca Selengkapnya

6 Fakta soal Umar Patek, Terpidana Kasus Bom Bali I yang Baru Saja Dinyatakan Bebas Bersyarat

9 Desember 2022

6 Fakta soal Umar Patek, Terpidana Kasus Bom Bali I yang Baru Saja Dinyatakan Bebas Bersyarat

Walaupun terkait dengan organisasi Jamaah Islamiyah, tetapi Umar Patek tetap bersikukuh bahwa ia bukan termasuk anggotanya.

Baca Selengkapnya

Dinyatakan Bebas Bersyarat, Begini Kisah Pelarian Terpidana Terorisme Bom Bali I Umar Patek

9 Desember 2022

Dinyatakan Bebas Bersyarat, Begini Kisah Pelarian Terpidana Terorisme Bom Bali I Umar Patek

Awal perjalanan Umar Patek dimulai pada 1995 saat ia terlibat dalam perjuangan Moro Islamic Liberation Front di Minanao, Filipina.

Baca Selengkapnya

Terpidana Terorisme Umar Patek Bebas Bersyarat, Ini Perannya dalam Serangan Bom Bali I

9 Desember 2022

Terpidana Terorisme Umar Patek Bebas Bersyarat, Ini Perannya dalam Serangan Bom Bali I

Meskipun bukan sebagai pelaku utama Bom Bali I, tetapi Umar Patek memiliki peran yang cukup vital, yakni sebagai perancang eksekusi.

Baca Selengkapnya

Terpidana Kasus Bom Bali Umar Patek Bebas Bersyarat

7 Desember 2022

Terpidana Kasus Bom Bali Umar Patek Bebas Bersyarat

Umar Patek dianggap telah memenuhi syarat administratif dan substantif untuk mendapatkan hak pembebasan bersyarat.

Baca Selengkapnya