TEMPO.CO, Kupang - Sedikitnya 5.881 warga empat desa di sekitar Gunung Rokatenda, Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, diminta mengungsi ke tempat yang lebih aman setelah gunung tersebut menyemburkan abu vulkanik.
"Kami sudah minta warga di sekitar gunung itu untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sikka, Silvanus Tibo, kepada Tempo, Kamis, 11 Oktober 2012.
Warga yang diminta mengungsi sebanyak 421 keluarga atau 1.590 jiwa yang bermukim di Desa Nitunglea, 374 keluarga atau 1.553 jiwa di Desa Rokirole, 346 keluarga atau 1.305 jiwa dari Desa Kesokoja, dan dari Desa Lidi sebanyak 358 keluarga atau 1.433 jiwa.
Letak empat desa itu hanya sekitar satu kilometer dari Gunung Rokatenda sehingga dampak dari semburan abu vulkanik langsung dirasakan warga. Itu sebabnya BPBD berharap anak-anak, lansia, dan perempuan segera diungsikan terlebih dahulu untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.
Silvanus menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Sikka telah mengimbau warga agar tetap waspada dengan adanya peningkatan aktivitas Gunung Rokatenda. "Warga dilarang mendekati gunung di radius 1,5 kilometer," ujarnya.
Menurut Silvanus, saat ini baru warga dari Dusun Awa, yang terletak cukup dekat dengan Gunung Rokatenda, yang diungsikan.
Gunung Rokatenda atau disebut juga Gunung Paluweh adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Palu'e, sebelah utara Pulau Flores, NTT. Gunung ini bertipe strato dengan tinggi 875 meter dari permukaan laut.
Letusan terhebat pernah terjadi pada 4 Agustus hingga 25 September 1928. Saat itu, terjadi gempa vulkanik yang juga menimbulkan gelombang tsunami. Adapun letusan terakhir terjadi pada 23 Maret 1985, dengan embusan abu mencapai dua kilometer dan lontaran material kurang-lebih 300 meter di atas puncak.