Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono melakukan inspeksi pasukan pada upacara peringatan HUT TNI ke 67 di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jumat (5/10). TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berpesan kepada Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia agar prosedur pembelian alat utama sistem pertahanan (alutsista) tak menyimpang. SBY pun menegaskan agar anggaran pengadaan persenjataan militer tersebut tidak dikorupsi.
“Setiap rupiah yang dikeluarkan harus bisa dipertanggungjawabkan kepada rakyat,” kata SBY saat memimpin upacara HUT TNI ke-67 di apron Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat, 5 Oktober 2012.
Menurut SBY, setiap alutsista yang dibeli dapat berguna hingga 25 tahun ke depan. SBY juga mengingatkan akan adanya pengembangan industri pertahanan dalam negeri yang juga harus dilakukan untuk memperkuat bangsa. Karena itu, SBY melanjutkan, pemerintah akan meningkatkan kerja sama luar negeri dengan industri pertahanan negara sahabat dengan skema yang saling menguntungkan.
Sejumlah alutsista baru sudah dirampungkan kontrak pembeliannya. Sebagian bahkan siap untuk dikirim. Main Battle Tank (MBT) TNI AD Leopard asal Jerman, misalnya, dijadwalkan tiba di Indonesia pada November mendatang. Selain itu, TNI Angkatan Darat juga sudah menandatangani kontrak untuk pembelian helikopter serbu dan serang dengan PT Dirgantara Indonesia.
Untuk heli jenis serbu, PT Dirgantara rencananya memproduksi helikopter Bell 412 EP bekerja sama dengan produsen asal Amerika Serikat. Sedangkan untuk heli serang, PT Dirgantara akan bekerja sama untuk memproduksi heli Fennec AS 550 asal Eurocopter yang bermarkas di Prancis.
Sedangkan untuk TNI Angkatan Laut, SBY menyebutkan adanya pembelian kapal Corvette kelas Sigma asal Inggris beserta helikopter kapal selam Seasprite yang akan dibeli dari Amerika Serikat. Untuk matra angkasa, Presiden antara lain menyebutkan hibah Hercules C130 asal Australia, pesawat Super Tucano asal Brasil, Sukhoi asal Rusia, dan 24 unit F-16 asal Amerika Serikat.
Kendati demikian, SBY tak ingin menyebut pembelian beragam alutsista itu sebagai upaya untuk mendorong perlombaan senjata. “Sebagai bagian dari dunia, kita perlu mengambil prakarsa bagi pencapaian perdamaian dunia,” katanya. Menurut SBY, Indonesia sebagai bangsa akan memprioritaskan jalan diplomasi dan menghindari penggunaan kekuatan militer.