Adegan film Penumpasan Penghianatan G30S/PKI. indonesianfilmcenter.com
TEMPO.CO, Jakarta - TNI menggelar tahlilan dan doa bersama untuk mengenang gugurnya tujuh pahlawan revolusi 47 tahun lalu. Sekitar 500 orang berkumpul di Lapangan Peringatan Lubang Buaya, Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur.
Mereka kompak mengenakan pakaian serba putih. "Ini syukuran, doa untuk para pahlawan revolusi yang telah meninggal dunia," kata Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Letnan Jenderal TNI Budiman, Ahad malam, 30 September 2012.
Acara ini rutin digelar TNI setiap tahunnya. Selain jajaran pimpinan dan anggota TNI, keluarga dan kerabat para jenderal turut hadir. Sebelum tahlilan, sejarawan TNI, Kolonel (Purn) TNI AD Saleh As'ad Djamhari sempat mengungkit kilas balik sejarah G30S.
Putra jenderal revolusi Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo yaitu Letnan Jenderal TNI (Purn) Agus Widjojo mengajak bangsa Indonesia mengenang jasa pahlawan dengan menghargai persatuan. "Mengapa bangsa Indonesia tidak bisa mencari jalan keluar dari perbedaan melalui cara-cara damai," ujarnya menyoroti perilaku kekinian.
Ia menyayangkan cara-cara kekerasan yang dilakukan sesama putra bangsa. "Sampai harus tega terhadap saudara sendiri yang sadar atau tidak sadar memerosotkan bangsa ini pada tingkat peradaban yang lebih rendah dari bangsa lain," kata dia.
Menurut Agus, semua pihak perlu mengoreksi diri agar perjuangan pendahulu bangsa atas Pancasila tidak sia-sia. "Apa yang salah dengan bangsa ini sehingga terjadi saling bunuh di antara saudara sebangsa. Kita cari kesalahan itu dan kita perbaiki," ujarnya.
Peristiwa Gerakan 30 September menewaskan enam petinggi militer yaitu, Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI Raden Suprapto, Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono, Mayjen TNI Siswondo Parman, Brigjen TNI D.I. Panjaitan, Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo. Selain mereka, putri Jenderal TNI A.H Nasution, Ade Irma Suryani dan ajudan Lettu Pierre Tendean juga terbunuh dalam upaya kudeta tersebut.