37 Negara Bahas Kota Pusaka di Yogyakarta
Selasa, 18 September 2012 14:14 WIB
TEMPO.CO, Sleman - Perwakilan Kementerian Kebudayaan dari 37 negara di Asia dan Eropa menggelar pertemuan di Yogyakarta selama tiga hari sejak kemarin hingga Rabu besok, 19 September 2012. Acara yang membicarakan strategi revitalisasi kota-kota budaya di dunia itu merupakan pertemuan kelima dan baru pertama kali diselenggarakan di Indonesia.
“Yogyakarta menjadi tuan rumah karena termasuk kota pusaka spesial. Tak hanya sukses merawat heritage, tapi juga dekat dengan tiga situs dunia, seperti Borobudur, Prambanan, dan Sangiran, kata Wiendu Nuryanti, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan, di sela-sela acara, kemarin.
Kepada media, Wiendu mengatakan, acara bertajuk "The Fifth ASEM Ministers Meeting, Managing, Heritage Cities for a Sustainable Future” tersebut merupakan bentuk komitmen negara-negara Asia dan Eropa dalam mendorong gerakan penyelamatan heritage di berbagai kota di dunia. Peserta yang terdiri dari sembilan menteri dan 28 pejabat setingkat wakil menteri dan direktur jenderal itu membicarakan empat agenda internasional penting untuk revitalisasi ini. “Kami akan bahas konsep strategi kerja sama kota-kota budaya di Asia dan Eropa, pembangunan ekonomi kreatif untuk mendukung revitalisasi, penguatan institusi pelestari heritage, dan peningkatan peran pemerintah,” kata Wiendu.
Menurut Wiendu, pertemuan ini menargetkan munculnya rumusan tentang panduan pengelolaan kota-kota budaya yang berlaku secara internasional. Model manajerial kota-kota pemilik heritage itu, kata dia, berkaitan dengan promosi wisatanya, strategi jangka panjang pelestariannya, hingga penguatan ekonominya yang selaras dengan kebutuhan revitalisasi. “Kita saling tukar pengalaman, misalnya meniru pengalaman Spanyol yang menghidupkan kota tua Bilbao dengan membangun museum seni modern di sana,” ujar dia.
Indonesia juga memanfaatkan forum ini untuk membicarakan kelanjutan kerja sama bilateral dalam hal pelestarian heritage dengan empat negara, yakni Estonia, India, Bangladesh, dan Cina. Rencananya, bentuk kerja sama dengan Estonia dalam hal pertukaran seniman antarkota budaya, sementara dengan India berkaitan dengan perawatan situs-situs yang mengandung unsur budaya negara itu. Adapun kerja sama dengan Bangladesh akan dilakukan dalam hal pertukaran produk kerajinan. “Paling penting dengan Cina, kita mau belajar strategi revitalisasi heritage pasca-bencana. Di Cina, revitalisasi sebuah kota tua pasca-bencana hanya butuh dua tahun,” Wiendu menjelaskan.
Menteri Kebudayaan Estonia, Rein Lang, yang mendampingi Wiendu, mengatakan, forum ini penting mengingat banyak kota-kota budaya di dunia menghadapi tantangan yang sama dalam upaya penyelamatan heritage. Pertumbuhan ekonomi kota yang pesat dan memunculkan industrialisasi, urbanisasi, serta lonjakan populasi disebutnya akan mengancam gerakan revitalisasi heritage di hampir semua negara. “Forum ini harus bisa menyusun strategi solutif menjawab tantangan revitalisasi heritage tadi,” ujar dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Berita lain:
Pilkada DKI: Agama Yes, Prabowo No
50 Foto Topless Kate Middleton Ada di Majalah Chi
Selingkuhan Rooney dan Balotelli Hamil
Survei: Foke Versus Jokowi, Kalah Tipis
Di Hotel Ini, Pengguna Toilet Diintip Pejalan Kaki
Polisi Anggap 20 Penyidik di KPK Ilegal