Patrice Rio Capella (kiri) dan Armyn Gultom. ANTARA/ Dhoni Setiawan
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Ahmad Rofiq menyatakan dana yang akan diberikan kepada calon legislator mereka pada pemilihan umum 2014 mendatang tidak dalam bentuk uang tunai atau fresh money. "Kami berikan berupa alat," kata dia dalam diskusi "Jika Caleg Didanai Parpol" di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu, 23 Juni 2012.
Menurut dia, dana itu diberikan dalam bentuk bantuan bendera, stiker, atau keperluan lain untuk konsolidasi massa dalam proses kampanye. "Tidak ada satu caleg pun yang memegang uang kas. Tidak ada fresh money," ujarnya. Dalam pengelolaan dana alat ini, tambahnya, caleg akan didampingi seorang manajer kampanye yang berasal dari luar partai.
Partai Nasdem berencana memberikan dana kepada calegnya sekitar Rp 5-10 miliar per calon di setiap daerah pemilihan pada pemilu mendatang. Rofiq mengatakan tidak ada kewajiban bagi caleg untuk mengembalikan dana yang diberikan partai itu. "Partai hanya ingin anggota Dewan konsentrasi 100 persen untuk rakyat, tidak boleh main anggaran."
Rofiq menambahkan, besaran Rp 5-10 miliar itu berdasarkan perhitungan partai setelah melihat biaya yang diperlukan seorang caleg dalam berkampanye. "Anggota legislatif di DPR itu habis Rp 5-7 miliar," ucap dia.
Dana sebesar Rp 5-10 miliar pun dianggap biaya yang sangat tinggi bagi seorang caleg. Jika tidak ada bantuan dari partai, Rofiq khawatir, para caleg akan memperoleh dana kampanye dari pihak lain, misalnya dari pengusaha atau pemodal. Cara ini dinilai berpotensi memunculkan korupsi saat caleg tersebut berhasil duduk di bangku legislatif. "Mereka akan melakukan kongkalikong dengan pemerintah dalam sebuah proyek untuk mengembalikan dana (pengusaha) itu," katanya.