TEMPO.CO, Gwangju - "Demokrasi kami dibajak oleh sekelompok elite politik," kata Poengky Indarti dari Imparsial--meminjam istilah dari Demos--saat menjadi moderator dalam pembukaan Gwangju Asia Forum, Rabu 16 Mei 2012 pagi di Daedong Hall 5.18 Memorial, Gwangju, Korea Selatan.
Setelah Soeharto tumbang pada Mei 1998, Poengky mengakui sampai 2012 ini impiannya dan juga orang Indonesia tentang Indonesia yang lebih baik di masa mendatang telah hancur. "Empat belas tahun reformasi, situasi Indonesia tak banyak berubah," katanya.
Kami, kata Poengky, masih menemui ketidakadilan di berbagai tempat. Contohnya, korupsi yang massif, anti keberagaman (pluralisme), masyarakat prokapitalis, kekerasan oleh pihak keamanan dan preman, tekanan pemerintah atas nama demokrasi dan kelompok konservatif prokekerasan.
Peristiwa Mei ternyata bukan hanya milik Indonesia. Kejadian serupa juga terjadi di Korea Selatan, Thailand, dan Filipina. Oleh karena itu, pertemuan yang berlangsung sampai 18 Mei itu mengambil tema "Mewujudkan Keadilan dan Perubahan di Asia" (Toward Jutice and Change in Asia).
Di Gwangju, pembataian rezim militer pimpinan Chun Do Hwan kepada rakyat terjadi pada 18 Mei 1980. Forum Asia di Gwangju 2012 diikuti 41 peserta dari beberapa negara Asia, empat di antaranya dari Indonesia.
Pada sesi pertama yang dipandu Poengky, guru besar dari Sungkonghoe University, Seungwon Lee menyoroti soal perkembangan demokratisasi dan neoliberalisme. "Harus seiring antara perkembangan demokrasi dan ekonomi. Jika tidak rakyat bakal kehilangan kepercayaan terhadap lembaga dan proses demokrasi," ujarnya.
Tak heran jika kegalauan Poengky, menurut Profeor Lee, juga kekawatiran orang-orang di Asia, yang keadaan demokrasinya tengah berkembang. "Karena itu, perlu restorasi para pelaku perubahan itu dengan konsep pemberdayaan dan kemampuan mereka," katanya.
Di tempat terpisah Ketua The May 18 Memorial Foundation, Kim Juntae, kepada Ahmad Taufik dari Tempo dan wartawan The Nation Bangkok, Pravit, menyatakan politik dan ekonomi bagaikan dua sisi mata uang. "Tak bisa dipisahkan dan dua-duanya harus berkembang jika ingin negara-negara di Asia disegani negara maju lainnya, Eropa, dan Amerika serikat," ujarnya.
Ini juga yang mendasari 5.18 Foundation memperingati peristiwa 18 Mei 1980. "Sejarah tak boleh dilupakan dan haru menjadi semangat ke arah yang lebih baik," kata Juntae. Tentu saja agar yang dikawatirkan Poengky bahwa demokrasi tak kembali dibajak para pelaku yang pada masa lalu justru antidemokrasi.
AT
Berita terkait
Menteri Yasonna Laoly Minta Masyarakat untuk Terus Mendesak Penuntasan Kasus Kerusuhan Mei 1998
1 Februari 2024
Menteri Hukum dan HAM menerima sejumlah advokat dari TPDI yang meminta penuntasan kasus Kerusuhan Mei 1998.
Baca SelengkapnyaAmnesty Minta Negara Tak Lupa Usut Kekerasan Seksual dalam Kerusuhan Mei 1998
15 Mei 2023
Amnesty International Indonesia meminta pemerintahan mengusut kekerasan seksual dalam Tragedi Kerusuhan Mei 1998.
Baca SelengkapnyaJejak Samar Kekerasan Seksual Mei 98 di Surabaya
7 April 2023
Komnas Perempuan sedang menelusuri jejak kekerasan seksual Mei 1998 di Surabaya.
Baca SelengkapnyaDipicu Kekerasan Seksual 1998, Inilah Sejarah Berdirinya Komnas Perempuan
20 Agustus 2022
Komnas Perempuan dibentuk sebagai buntut tindak kekerasan terhadap perempuan dalam kerusuhan Mei 1998.
Baca Selengkapnya12 Kasus Pelanggaran HAM Berat yang Pernah Ditangani Komnas HAM
27 Juli 2022
Selain kasus kematian Brigadir J, Komnas HAM banyak terlibat menangani kasus pelanggaran HAM berat lainnya. Apa saja kasus tersebut?
Baca SelengkapnyaCatatan 5 Peristiwa Sebelum Soeharto Lengser sebagai Presiden RI
14 Mei 2022
Peristiwa 12 sampai 15 Mei 1998 di Jakarta dikenal sebagai Kerusuhan Mei 1998 menjadi satu penyebab Soeharto lengser sebagai Presiden pada 21 Mei 1998
Baca SelengkapnyaKronologi Tragedi Kerusuhan 12 - 15 Mei 1998, Gugur 4 Mahasiswa Trisakti
13 Mei 2022
Peristiwa 12 sampai 15 Mei 1998 di Jakarta dikenal sebagai Tragedi Mei 1998. Empat mahasiswa Trisakti tewas ditembak dan timbulnya kerusuhan massa.
Baca SelengkapnyaDunia Kecam Kerusuhan Mei 1998, Indonesia Dianggap Gagal Lindungi Warga Negara
14 Mei 2021
Pemerintahan Indonesia mendapat kecaman keras dari Singapura, Taiwan, Malaysia, Thailand dan Amerika Serikat saat terjadi kerusuhan Mei 1998.
Baca SelengkapnyaKerusuhan Mei 1998, Sejarah Kelam Pelanggaran HAM di Indonesia
14 Mei 2021
Kerusuhan Mei 1998 jadi sejarah kelam bagi bangsa Indonesia, pelanggaran HAM terjadi secara masif kala itu.
Baca SelengkapnyaHujan di Balik Jendela, Kisahkan Pengorbanan dan Ketulusan Cinta
8 Februari 2021
Selain ceritanya yang bagus, Bio One merasa setiap karakter di film Hujan di Balik Jendela ini punya kerumitan masing-masing yang beragam.
Baca Selengkapnya