Koalisi Pecah Bikin Yunus Husein Tersingkir  

Reporter

Editor

Sabtu, 3 Desember 2011 06:45 WIB

Penghitungan suara dalam pemilihan dan penetapan calon pimpinan KPK di Komisi III, Gedung MPR/DPR, Jakarta. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kegagalan Yunus Husein masuk jajaran pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dipicu oleh "perpecahan" koalisi partai-partai pendukung pemerintah yang tergabung dalam Sekretariat Gabungan.

Ketua Partai Demokrat Benny Kabur Harman mengatakan Sekretariat Gabungan gagal menyatukan suara dalam pemilihan pemimpin dan Ketua KPK di Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat kemarin. Ia juga mengakui lemahnya komunikasi di lingkup internal Setgab. "Setgab sangat tak efektif dalam pemilihan pemimpin KPK ini," kata Benny, yang juga Ketua Komisi Hukum DPR, di gedung MPR/DPR, Jakarta. "Saya rasa Setgab perlu dievaluasi dan ditinjau lagi."

Menurut Benny, berdasarkan hasil pemungutan suara, jelas sikap sejumlah anggota Setgab mendua. Bahkan ia melontarkan sindiran di ruang sidang seusai pemilihan. "Beginilah kalau anggota Komisi suka melompat. Semoga melompat ke tempat yang basah," ujarnya. Perkataannya membuat suasana sidang riuh.

Sekretaris Fraksi Demokrat Saan Mustopa mengakui itu bukti kegagalan fraksinya. Dengan 14 kadernya di Komisi Hukum, fraksinya tak mampu mendongkrak perolehan suara Yunus.

Yunus Husein, mantan Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang dijagokan Demokrat, terdepak. Lantas, dalam pemilihan Ketua KPK, calon unggulan Demokrat, yakni Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto, pun kalah.

Dalam pemilihan empat pemimpin KPK, Abraham Samad dan Bambang memperoleh 55 suara, Adnan Pandupraja 51 suara, Zulkarnaen 37 suara, dan Yunus 20 suara. Berikutnya, Aryanto Sutadi 3 suara, Abdullah Hehamahua 2 suara, dan Handoyo tanpa suara. Adapun dalam voting untuk Ketua KPK, Abraham meraih 43 suara, Busyro 5 suara, Bambang 4 suara, Zulkarnaen 3 suara, dan Adnan 1 suara.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Trimedya Panjaitan, mengatakan enam fraksi sepakat tak memilih Yunus dan Aryanto, yang dijagokan Demokrat bersama Zulkarnaen. "Mereka PDIP, Golkar, PKS, PPP, Gerindra, dan Hanura," katanya. Enam fraksi itu memiliki 35 dari total 54 anggota Komisi Hukum. Trimedya menyatakan kubunya intensif menjalin kebersamaan sejak sebulan lalu. Soal penambahan suara dari Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Amanat Nasional, ia menganggapnya cuma bonus.

Enam fraksi itu adalah pendukung opsi C dalam rapat paripurna mengenai hak angket kasus Bank Century pada 2010. Opsi C adalah merekomendasikan kasus Century diusut secara hukum. Sementara itu, Demokrat, PKB, dan PAN ketika itu memilih opsi A, yakni menganggap tak ada pelanggaran hukum dalam pengurusan uang jaminan Rp 6,7 triliun kepada Century.

Wakil Ketua Komisi Hukum dari Partai Keadilan Sejahtera, Natsir Djamil, mengakui kegagalan Setgab. "Setgab tak punya satu kesimpulan yang konkret," ucapnya. Menurut dia, sejak rapat pada Kamis malam lalu hingga dilanjutkan di Hotel Crowne Plaza kemarin pagi, Setgab gagal memutuskan suara bulat.

Namun Ketua Fraksi PKB Marwan Jafar membantah tudingan Setgab telah gagal. Adapun Sekretaris Fraksi PAN Teguh Juwarno menyayangkan kekalahan Yunus dan Abdullah. "Keduanya selama ini bersentuhan dengan antikorupsi," katanya.

l IRA G | MAHARDIKA SH | JOBPIE S

Berita terkait

Sebab Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Dilaporkan ke KPK

20 jam lalu

Sebab Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Dilaporkan ke KPK

Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy dilaporkan ke KPK atas tuduhan tidak benar saat melaporkan harta kekayaannya

Baca Selengkapnya

5 Hal Menjelang Pansel KPK Diumumkan, Ujian Jokowi hingga Seleksi Anggota Panitia

20 jam lalu

5 Hal Menjelang Pansel KPK Diumumkan, Ujian Jokowi hingga Seleksi Anggota Panitia

Jokowi mulai menyusun panitia seleksi atau pansel KPK untuk menyaring pimpinan periode berikutnya

Baca Selengkapnya

Bentuk Pansel Berkualitas Ujian Terakhir Jokowi Perbaiki KPK di Ujung Jabatannya

1 hari lalu

Bentuk Pansel Berkualitas Ujian Terakhir Jokowi Perbaiki KPK di Ujung Jabatannya

Presiden Jokowi diharapkan serius membentuk panitia seleksi calon pimpinan KPK.

Baca Selengkapnya

Kepala Bea Cukai Purwakarta Dilaporkan ke KPK, Pengacara Singgung Ada Rekan Bisnis Bermasalah

1 hari lalu

Kepala Bea Cukai Purwakarta Dilaporkan ke KPK, Pengacara Singgung Ada Rekan Bisnis Bermasalah

Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean dilaporkan ke KPK, diduga ada kaitan dengan duaan penggelapan uang rekan bisnisnya

Baca Selengkapnya

Kepala Bea Cukai Purwakarta Sebut Ada Pemutarbalikan Fakta di Balik Pelaporan Dirinya ke KPK

1 hari lalu

Kepala Bea Cukai Purwakarta Sebut Ada Pemutarbalikan Fakta di Balik Pelaporan Dirinya ke KPK

Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy menyatakan istrinya telah melaporkan Wijanto ke Polda Metro Jaya atas dugaan TPPU.

Baca Selengkapnya

Pembentukan Pansel Pimpinan dan Dewas KPK, Novel Baswedan Sebut Ujian Terakhir Bagi Jokowi Berantas Korupsi

1 hari lalu

Pembentukan Pansel Pimpinan dan Dewas KPK, Novel Baswedan Sebut Ujian Terakhir Bagi Jokowi Berantas Korupsi

Mantan penyidik senior KPK Novel Baswedan mengatakan pembentukan panitia seleksi ini merupakan ujian terakhir bagi pemerintahan Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Dilaporkan ke KPK Atas Dugaan Aset Rp 60 Miliar, Kepala Bea Cukai Purwakarta: Saya Sudah Pensiun kalau Punya Harta Segitu

1 hari lalu

Dilaporkan ke KPK Atas Dugaan Aset Rp 60 Miliar, Kepala Bea Cukai Purwakarta: Saya Sudah Pensiun kalau Punya Harta Segitu

Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean dilaporkan ke KPK oleh seorang pengacara atas dugaan tidak lapor LHKPN dengan benar.

Baca Selengkapnya

IM57+ Institute Berharap Pansel Perhatikan Rekam Jejak Calon Pimpinan dan Dewas KPK

1 hari lalu

IM57+ Institute Berharap Pansel Perhatikan Rekam Jejak Calon Pimpinan dan Dewas KPK

Ketua IM57+ Institute Praswad Nugraha mengatakan sikap Presiden Jokowi terhadap KPK akan ditentukan dalam proses penunjukan panitia seleksi.

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Diumumkan Bulan Ini, Akademisi Bilang Harus Diisi Orang-orang Kredibel

2 hari lalu

Pansel KPK Diumumkan Bulan Ini, Akademisi Bilang Harus Diisi Orang-orang Kredibel

Akademisi menyarankan proses seleksi calon pimpinan KPK diperketat menyusul kasus yang menjerat mantan Ketua KPK Firli Bahuri.

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Bentukan Jokowi Diragukan karena Pernah Loloskan Firli Bahuri dan Lili Pintauli

2 hari lalu

Pansel KPK Bentukan Jokowi Diragukan karena Pernah Loloskan Firli Bahuri dan Lili Pintauli

Mantan Komisioner KPK Busyro Muqoddas mendesak Pansel KPK tahun ini tidak sepenuhnya ditunjuk Jokowi

Baca Selengkapnya