Pengakuan Wartawan Korban Pemukulan Bupati Sorong Selatan
Jumat, 9 September 2011 13:13 WIB
TEMPO Interaktif, Jayapura - Mufriali, wartawan TOP TV korban pemukulan Bupati Sorong Selatan Otto Ihalauw, menduga dirinya dianiaya karena pemberitaan yang dia buat. Ia mengaku dipukuli saat tengah meliput unjuk rasa di depan Kantor Bupati Sorong Selatan, Jumat, 9 September 2011, sekitar pukul 09.15 WIT.
“Saya menduga ini ada kaitannya dengan pemberitaan saya soal dugaan kasus korupsi di jajaran pemerintah sebesar Rp 40 miliar. Beberapa berita saya juga mendapat ancaman,” kata Mufriali, Jumat, 9 September 2011.
Ia mengatakan mendapat 2 pukulan dari Otto Ihalauw. “Saat itu saya baru tiba di kantor bupati untuk meliput aksi pemalangan warga dari marga Ani yang mempunyai hak ulayat atas tanah kantor Bupati Sorong Selatan," ujar Mufriali.
Menurut Mufriali, baru beberapa menit ia mengambil gambar, tiba-tiba seorang aparat datang dan langsung memukul. “Dia juga mendorong saya ke Bupati yang tidak jauh dari situ. Saya langsung dihajar Bupati. Saat itu ada juga pejabat yang ikut memukul. Saya rasakan banyak pukulan ke wajah dan tubuh,” lanjutnya.
Ia tidak mengetahui penyebab mengapa dianiaya. “Saya rasakan ada pukulan di belakang kepala, ada juga yang menarik saya dan memukul. Tapi herannya, aparat keamanan yang berdiri saat itu tidak ada yang melerai. Mereka takut karena ada Bupati di situ,” ucapnya.
Setelah digebuk beramai-ramai, Mufriali kemudian dibawa ke dalam kantor bupati. “Mereka marah-marah, kemudian dibuat pertemuan khusus untuk menyelesaikan masalah ini. Untung kamera saya tidak dibanting,” ujarnya lagi.
Mufriali juga mendapat ancaman diusir dari kabupaten. “Saya diancam, tapi saya tidak takut. Saya sudah 7 tahun jadi wartawan di sini. Ini pasti karena pemberitaan saya menulis korupsi,” katanya lagi.
Mufriali berharap pekerja pers dilindungi dan tidak dijadikan bulan-bulanan pejabat. “Saya sudah banyak mendapat ancaman, tapi ini sudah sangat terlalu,” pungkasnya.
Otto Ihalauw membantah telah memukul Mufriali. Ihalauw menilai kabar pemukulan itu tidak benar dan cenderung merusak reputasinya. “Saya tidak memukul, tidak benar itu. Ini hanya karena missed communication,” kata Otto Ihalauw, Jumat sore.
Ihalauw mengatakan pemberitaan jurnalis di daerahnya kerap tak berimbang dan selalu menyudutkan. “Kita ini, kan, daerah pemekaran. Beritanya harus berimbanglah,” ujarnya.
Menurutnya, insiden pemukulan tersebut telah diselesaikan secara damai dengan mengundang korban, pejabat daerah Sorong Selatan, serta DPRD setempat. “Ini sudah diselesaikan, sudah disampaikan permintaan maaf dan wartawan bersangkutan juga sudah bisa menerima,” katanya.
JERRY OMONA