TEMPO Interaktif, Sleman - Sebenarnya, apa alasan Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk hengkang dari ormas Nasional Demokrat (Nasdem)? Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta itu mengatakan, tidak jelasnya perbedaan antara Partai Nasdem dengan Ormas Nasdem, membingungkan para pengurus ormas itu yang 75 persen-nya adalah pegawai negeri sipil (PNS).
“Kepanjangan Nasdemnya sama, otomatis pengurus yang PNS harus keluar,” kata Sultan memberi alasan.
Menurut dia, pasca peresmian Partai Nasdem, dia dan sejumlah pengurus pusat ormas Nasdem lainnya kesulitan menjelaskan perbedaan antara Partai Nasdem dengan ormas Nasional Demokrat. Khususnya kepada semua pengurus di daerah.
"Perbedaannya cuma lambangnya saja yang dibalik," kata Sultan, seusai memimpin dialog tentang rencana relokasi korban erupsi Merapi 2010 dengan warga Shelter Gondang 1, di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Kamis siang 7 Juli 2011.
Sultan juga mengaku kecewa dengan munculnya Partai Nasdem karena pada awalnya Nasdem dibentuk untuk mengabdi kepada masyarakat, tanpa tujuan meraih kekuasaan. “Saya kecewa. Kenapa kalau mau buat partai, namanya tidak yang lain saja,” tuturnya.
Saat dia mengirimkan surat pengunduran diri yang bertanggal 6 Juli 2011 kepada Pengurus Pusat Ormas Nasdem, kata Sultan, juga tidak diberitahukan kepada siapapun. "Itu murni sikap pribadi saya," ujarnya.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM