Al Imdad, Pesantren Pengolah Sampah

Reporter

Editor

Jumat, 6 Mei 2011 14:44 WIB

Pesantren Al-Imdad Dusun Kauman, Wijirejo, Pandak, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. TEMPO/MUH SYAIFULLAH
TEMPO Interaktif, Bantul - Sebuah pesantren di Dusun Kauman, Wijirejo, Pandak, Bantul itu tampak biasa. Terdiri dari gedung sekolah dan asrama. Tampak pula pekarangan yang ditanami sayuran. Namun ada lokasi tempat pemilhan sampah. Sampah organik dan nonorganik. Sampah organik dipilah lalu dibuat kompos, sampah plasti dan sampah nonorganik lainnya dijual ke pengepul sampah.

Sampah organik seperti dedaunan itu dipisahkan dari sampah plastik. Lalu ditumpuk selama dua hari dengan diberi bibit bakteri kompos. Kemudian sampah yang hampir jadi kompos disaring. Lalu dimasukkan dalam tabung komposter dan didiamkan selama tiga hari. Kompos itu siap digunakan sebagai media tanam dan pupuk.

“Dalam satu hari, kami menampung sebanyak 1 ton sampah, baik yang organik maupun nonorganik. Kemudian sampah itu kami pisahkan,” kata Habib A Syakur, Pengasuh Pesantren Al-Imdad, Dusun Kauman, Wijirejo, Pandak, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat 6 Mei 2011.

Pesantren itu memiliki 40 santri yang menetap di asrama dan 300-an santri kalong atau santri yang tidak menetap di asrama pesantren. Meskipun para santri belajar ilmu umum dan agama, namun penekanan peduli lingkungan dilakukan setiap saat. Setiap hari Minggu, para santri baik yang senior maupun yang masih muda bergiliran mengolah sampah hingga menjadi kompos.
Sedikitnya setiap hari ada lima hingga 10 santri memilah dan mengolah sampah untuk dijadikan kompos. Tidak hanya itu, semua santri juga mendapatkan honor setiap minggu. Honor yang diterima memang tidak banyak, hanya Rp 100 ribu. Tetapi itu menjadi motivasi tersendiri bagi par santri. Yang menarik, selama menimba ilmu di pesantren, mereka juga tidak dipungut uang sepeser pun.

Pihak pesantren pun tidak tidak menjual kompos itu. Tetapi kompos itu digunkn untuk usaha pembibitan pohon. Baik pohon keras maupun pohon buah-buahan. Dari pohon jati, kebon (jabon), sengon, hingga buah mangga, rambutan, klengkeng, pepaya dan bibit lainnya.

Dari hasil penjualan bibit tanaman itulah pesantren bisa membiayai kehidupan para santri tersebut. Media tanam untuk bibit adalah kompos yang dihasilkan oleh para santri itu. Sedangkan sampah plastik juga dikumpulkan untuk langsung dijual ke pengepul sampah dari Jawa Barat.

“Memang juga ada bantuan ke pesantren dari para donatur dan kadang dari pemerintah,” kata Taufiq Bukhori, Ketua Yayasan Pesantren Al-Imdad.

Aris Fathurrahman, 21 tahun, salah satu santri yang ditemui saat memilah sampah mengatakan, ia sejak kecil menjadi santri di Al-Imdad. Ia mengaku, kiai di pesantren ini keras dalam mendidik dan peduli lingkungan. Bahkan mengharamkan buang sampah di sembarang tempat, terutama sungai.

“Peduli lingkungan itu kan juga menjaga kebersihan, padahal kebersihan adalah sebagian dari iman,” kata dia.

Habib A Syakur, kiai yang lulsan Pesantren Al Munawwir Krapyak, Yogyakarta itu memang mengharamkan pembuangan sampah ke sungai. Ia mencontohkan, sepuluh tahun lalu sungai di kampungnya sangat jernih. Kini karena warga ada yang membuang sampah di sungai maka menjadi kotor.

“Kalau tidak kami jaga dari sekarang, apa jadinya, sungai kan kotor dan rusak, kalau merusak itu hukumnya haram,” kata dia.

MUH SYAIFULLAH


Berita terkait

Kunjungi Pondok Pesantren, Jokowi Bicara Lagi `Gebuk` PKI  

11 Juni 2017

Kunjungi Pondok Pesantren, Jokowi Bicara Lagi `Gebuk` PKI  

okowi kembali menegaskan soal larangan Partai Komunis Indonesia (PKI). Karena itu, Presiden minta masyarakat tidak terprovokasi isu bangkitnya PKI.

Baca Selengkapnya

Tuding Ada Kader PKI di PDI-P, Alfian Akan Diperiksa Polisi

18 Mei 2017

Tuding Ada Kader PKI di PDI-P, Alfian Akan Diperiksa Polisi

Alfian Tanjung akan dimintai keterangan soal cuitannya yang diduga menuding sebagian politikus PDI Perjuangan adalah kader PKI.

Baca Selengkapnya

Fotografer Tempo Dipaksa Copot Kaus Aeroflot yang Dipakainya

17 Maret 2017

Fotografer Tempo Dipaksa Copot Kaus Aeroflot yang Dipakainya

Fotografer Tempo, Subekti, dipaksa mencopot kaus bergambar maskapai penerbangan Rusia, Aeroflot, yang ia kenakan saat salat Jumat di Jatinegara.

Baca Selengkapnya

Rezim Orde Baru Bangkit, Pengamat: Produk Reformasi Harus Waspada

13 Maret 2017

Rezim Orde Baru Bangkit, Pengamat: Produk Reformasi Harus Waspada

Pemerintahan Soeharto, presiden yang berkuasa di era Orde Baru selama 32 tahun, dianggap lebih baik ketimbang sekarang.

Baca Selengkapnya

Tuduhan Komunis, Alfian Tanjung Mohon Maaf pada Nezar Patria

8 Maret 2017

Tuduhan Komunis, Alfian Tanjung Mohon Maaf pada Nezar Patria

Alfian Tanjung meminta maaf kepada anggota Dewan Pers Nezar Patria. Alfian tak sanggup membuktikan tuduhannya kepada Nezar sebagai kader PKI.

Baca Selengkapnya

Yayasan Korban Peristiwa 65 Ingin Bertemu Presiden Jokowi  

31 Agustus 2016

Yayasan Korban Peristiwa 65 Ingin Bertemu Presiden Jokowi  

Bedjo Untung menuturkan YPKP 65 ingin berbicara dari hati ke hati dengan Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Agus Widjojo: Rekonsiliasi Tragedi PKI Tak Terhindarkan  

25 Agustus 2016

Agus Widjojo: Rekonsiliasi Tragedi PKI Tak Terhindarkan  

Setidaknya ada empat elemen dalam rekomendasi rekonsiliasi yang diberikan kepada Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya

Wantimpres: Presiden Terima Hasil Simposium Tragedi 1965  

25 Agustus 2016

Wantimpres: Presiden Terima Hasil Simposium Tragedi 1965  

Koordinator Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965 Bedjo Untung meminta Presiden Jokowi segera merespons rekomendasi tersebut.

Baca Selengkapnya

Tragedi 1965, Luhut Sebut Tidak Ada Korban Pembunuhan Massal  

21 Juli 2016

Tragedi 1965, Luhut Sebut Tidak Ada Korban Pembunuhan Massal  

Pengadilan menemukan adanya genosida. Pemerintah membantah hal ini.

Baca Selengkapnya

Penggalian Kuburan Korban 1965 Diharapkan Kelar Bulan Depan  

21 Juli 2016

Penggalian Kuburan Korban 1965 Diharapkan Kelar Bulan Depan  

Pemerintah tidak melihat ada jumlah kuburan massal yang signifikan, yang bisa membuktikan tuduhan adanya pembantaian pada 1965

Baca Selengkapnya