TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn.) Sutanto mengatakan belum mencium adanya gerakan Al-Qaidah di Indonesia. Sebelumnya, Pemerintah Indonesia telah mewaspadai kemungkinan munculnya gerakan radikal usai terbunuhnya Usamah bin Ladin. "Belum, tapi harus diwaspadai karena di sini ada link-nya," kata Sutanto di Istana Kepresidenan, Rabu 4 Mei 2011.
Sebelumnya, Senin 2 Mei 2011 lalu, Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan menggelar rapat dalam mengantisipasi gerakan radikalisme di Indonesia yang kemungkinan disulut tewasnya Usamah. Sutanto mengaku intelijen dan aparat keamanan sudah meningkatkan kewaspadaan.
Ditanya soal kemungkinan jaringan Umar Patek di Indonesia menjadi jaringan kelanjutan kelompok Al-Qaidah, "Ya ini masih dalam penyidikan tentunya," katanya. Pemerintah sedang berupaya memulangkan Umar Patek ke Indonesia. Saat ini Umar Patek masih berada di Pakistan. "Ini masih dalam tahap pembicaraan, tinggal menunggu saja kapan bisa dipulangkan," ujarnya.
Daripada ke Amerika, Filipina, atau Australia, Sutanto mengatakan akan lebih memprioritaskan ke Indonesia. Alasannya, kasus yang terjadi di Indonesia dan juga yang pernah terjadi di Filipina. "Tapi, lebih prioritas di Indonesia," ujarnya.
EKO ARI WIBOWO
Sebelumnya, Senin 2 Mei 2011 lalu, Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan menggelar rapat dalam mengantisipasi gerakan radikalisme di Indonesia yang kemungkinan disulut tewasnya Usamah. Sutanto mengaku intelijen dan aparat keamanan sudah meningkatkan kewaspadaan.
Ditanya soal kemungkinan jaringan Umar Patek di Indonesia menjadi jaringan kelanjutan kelompok Al-Qaidah, "Ya ini masih dalam penyidikan tentunya," katanya. Pemerintah sedang berupaya memulangkan Umar Patek ke Indonesia. Saat ini Umar Patek masih berada di Pakistan. "Ini masih dalam tahap pembicaraan, tinggal menunggu saja kapan bisa dipulangkan," ujarnya.
Daripada ke Amerika, Filipina, atau Australia, Sutanto mengatakan akan lebih memprioritaskan ke Indonesia. Alasannya, kasus yang terjadi di Indonesia dan juga yang pernah terjadi di Filipina. "Tapi, lebih prioritas di Indonesia," ujarnya.
EKO ARI WIBOWO
