TEMPO Interaktif, Jakarta - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Tjahjo Kumolo punya kenangan khusus dalam hari-hari terakhir Mayor Jenderal Purnawirawan Theo Syafei. Tjahjo sempat bersama Theo menikmati hari-hari terakhirnya. "Dia memegang tangan saya dengan erat," kata Tjahjo dalam pesan singkatnya kepada Tempo, Jumat 29 April 2011.
Tjahjo sempat menengok Theo di Rumah Sakit Medistra beberapa waktu lalu. "Beliau sosok kritis dan pendiam. Tapi, sumbangannya soal konsep dan pemikiran strategisnya bagi PDIP luar biasa,” ujarnya.
Politisi PDIP Theo Syafie meninggal dunia pada Jumat 29 April 2011, pukul 01.00 akibat menderita tumor otak. Theo cukup lama dirawat di Rumah Sakit Singapura. Saat ini jenazah masih disemayamkan di rumah duka di Jalan Mabes Hankam No. T65 Ceger, Bambu Apus, Cilangkap, Jakarta Timur, dan rencananya akan dimakamkan besok.
Theo Syafie yang juga mantan Ketua DPP PDIP lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 30 Juni 1941. Theo meninggalkan empat orang dan seorang istri bernama Suismiati.
Tjahjo mengaku terkesan dengan Theo. Ia mengenal Theo sejak masih berpangkat kolonel merupakan prajurit TNI profesional dan kaya pengalaman, terutama di bidang operasi, teritorial, intelijen, dan masalah sosial-politik.
Tjahjo ingat betul ketika Theo masih aktif di TNI. Ia berani mengundang Megawati berbicara di forum pendidikan TNI, padahal pada saat itu cukup berisiko. “Beliau seorang bapak, guru, komandan, juga teman yang baik,” kata Tjahjo. Theo, lanjut Tjahjo, tidak segan mengingatkan jika ada koleganya yang salah langkah.
Suatu ketika Theo pernah mengungkapkan untuk mengundurkan diri sebagai anggota DPR karena sibuk mengurusi partai. “Beliau merasa tidak enak karena sering tidak hadir. Namun, saya terkesan dengan beliau,” tutur Tjahjo.
ADITYA BUDIMAN