PKS Mengeluh Tak Diajak Bahas Kontrak Koalisi

Reporter

Editor

Selasa, 12 April 2011 06:21 WIB

Seketariat Gabungan (Setgab) Partai Koalisi. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO Interaktif, Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera mengeluh karena tak dilibatkan dalam pembahasan rancangan kontrak baru koalisi. Kini, isi kontrak itu sudah final dan siap dilaksanakan.

"Harus ngomong, dong, ini masalahnya apa. Jika disepakati satu konsep, kita obrolin. Masak, ngobrolin negara mainnya merem saja. Ini kan menyangkut masalah orang banyak," kata Ketua PKS Fachri Hamzah di ruang kerjanya di gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Senin 11 April 2011 kemarin.

Menurut dia, semua perwakilan partai koalisi harus diundang dalam pertemuan untuk membahas substansi kontrak. Anggota DPR ini menyatakan enam partai anggota koalisi adalah pemegang saham di Sekretariat Gabungan. "Duduk dan ngobrol, kasih masukan. Hasil ngobrol menjadi masukan draf. Kok tiba-tiba sudah teken.”

Partainya menilai kontrak koalisi yang masih berlaku sudah bagus. Tapi, jika muncul kontrak baru, PKS tak menutup kemungkinan itu asalkan diajak berembuk. Fachri menyatakan partainya belum menerima rancangan kontrak baru. "Kami belum teken karena belum punya drafnya.”

Memang hanya PKS yang tak diajak membahas kontrak baru. Elite PKS juga belum dipanggil oleh Presiden untuk membicarakan komitmen PKS dalam koalisi. PKS dan Partai Golkar dianggap membangkang karena mendorong usul hak angket mafia perpajakan, yang akhirnya kandas di DPR.

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Achmad Mubarok, berpendapat rancangan kontrak sudah final. Partai koalisi hanya bisa menerima atau menolak. "Tak bisa ditawar lagi," ujarnya, dua hari lalu. Menurut dia, perwakilan PKS tak ikut membahas kontrak karena tak pernah datang rapat. "Mereka bilangnya enggak mau kalau makan-makan. Lha, kami membahasnya sambil makan-makan.”

Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum menyatakan lima pemimpin partai koalisi menyetujui isi kontrak, yakni dia, Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Radjasa, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali.

Wakil Ketua Umum Golkar Agung Laksono menyatakan belum tahu pemimpin Sekretariat Gabungan akan diganti. "Belum diumumkan, tunggu saja," katanya di kantor Presiden kemarin. Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal PPP Muchammad Romahurmuziy mengatakan anggota koalisi akan bergiliran memimpin Sekretariat Gabungan. Ini tertera dalam rancangan kontrak baru.

MAHARDIKA SH | EKO AW | MUNAWWAROH | JOBPIE S




Berita terkait

Kritik terhadap DPR yang Melakukan Revisi Undang-undang di Akhir Masa Jabatan

7 jam lalu

Kritik terhadap DPR yang Melakukan Revisi Undang-undang di Akhir Masa Jabatan

Langkah DPR merevisi sejumlah undang-undang menjelang akhir masa jabatan menuai kritik.

Baca Selengkapnya

Usai Bahas Kenaikan UKT dengan DPR, Kemendikbud Akan Evaluasi Permendikbud Soal SBOPT

7 jam lalu

Usai Bahas Kenaikan UKT dengan DPR, Kemendikbud Akan Evaluasi Permendikbud Soal SBOPT

Kemendikbud memberikan penjelasan mengenai kenaikan UKT yang didasarkan pada Permendikbudristek Nomor 2 Tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Beragam Penolakan terhadap Revisi Keempat UU MK

7 jam lalu

Beragam Penolakan terhadap Revisi Keempat UU MK

Revisi UU MK dinilai sebagai autocratic legalism, yaitu penggunaan instrumen hukum untuk kepentingan kekuasaan.

Baca Selengkapnya

Kala Nadiem Rapat di DPR dan Dikirimi Surat Terbuka dari BEM UNS terkait UKT Mahal

8 jam lalu

Kala Nadiem Rapat di DPR dan Dikirimi Surat Terbuka dari BEM UNS terkait UKT Mahal

Nadiem mengatakan, prinsip dasar UKT harus mengedepankan azas keadilan dan inklusifitas. Menurutnya, keadilan itu dihadirkan dalam UKT berjenjang.

Baca Selengkapnya

Wacana DPR Bahas Revisi UU TNI Menuai Sorotan, Bahas Perpanjangan Usia Pensiun?

10 jam lalu

Wacana DPR Bahas Revisi UU TNI Menuai Sorotan, Bahas Perpanjangan Usia Pensiun?

Rencana revisi UU TNI menuai sorotan publik, karena bukan semata masalah perpanjangan usia pensiun.

Baca Selengkapnya

Anggota DPR Pertanyakan Ketidakhadiran Pejabat Kemendikbud yang Sebut Pendidikan Tinggi Kebutuhan Tersier

11 jam lalu

Anggota DPR Pertanyakan Ketidakhadiran Pejabat Kemendikbud yang Sebut Pendidikan Tinggi Kebutuhan Tersier

Anggota Komisi X DPR menyoroti absennya pejabat Kemendikbud yang menyebut pendidikan tinggi merupakan tertiary education.

Baca Selengkapnya

Usai Dipanggil DPR, Nadiem Ogah Jawab Media Soal Kenaikan UKT di PTN: Mohon Maaf

12 jam lalu

Usai Dipanggil DPR, Nadiem Ogah Jawab Media Soal Kenaikan UKT di PTN: Mohon Maaf

Nadiem hanya memohon maaf dan mengatakan semua pertanyaan media perihal UKT mahal akan dijawab oleh Dirjen Dikti, Abdul Haris.

Baca Selengkapnya

5 Catatan KontraS Soal Revisi UU Kepolisian, Penyalahgunaan Wewenang hingga Minim Urgensi

13 jam lalu

5 Catatan KontraS Soal Revisi UU Kepolisian, Penyalahgunaan Wewenang hingga Minim Urgensi

Berdasarkan draft revisi UU Kepolisian yang mereka terima, KontraS memberikan lima poin catatan mengenai revisi UU ini.

Baca Selengkapnya

Daftar UU yang Bakal Direvisi DPR Menjelang Akhir Masa Jabatan

15 jam lalu

Daftar UU yang Bakal Direvisi DPR Menjelang Akhir Masa Jabatan

Setidaknya ada lima rencana revisi undang-undang yang bakal direvisi DPR.

Baca Selengkapnya

Berpotensi Disahkan DPR, CALS Buka Peluang Gugat Pengesahan Revisi UU MK

15 jam lalu

Berpotensi Disahkan DPR, CALS Buka Peluang Gugat Pengesahan Revisi UU MK

CALS menyatakan revisi UU MK tersebut sebagai autocratic legalism, yaitu penggunaan instrumen hukum untuk kepentingan kekuasaan.

Baca Selengkapnya