Dalam Kondisi Normal itu Tidak Pantas

Reporter

Editor

Kamis, 4 Desember 2003 07:38 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Pengamat kepolisian, yang juga penasehat Kapolri, Andrianus Meliala, menilai bahwa dalam situasi normal, mestinya pernyataan penolakan Polri terhadap politisasi Polri oleh Presiden tidak pantas. “Karena bagaimana pun, Polri ada di bawah Presiden,” kata Andrianus ketika dihubungi Tempo lewat telepon, Minggu (3/6) malam.

Menurutnya, hal itu terjadi karena sejak awal sudah salah, yakni pemberhentian Kapolri Bimantoro oleh Presiden. “Dan kalau sudah begini, saya sendiri juga tidak tahu,” tambah kriminolog dari Universitas Indonesia ini. Lebih lanjut Andrianus, katakanlah di Pasuruan itu memang ada kesalahan polisi (sebagai alasan penon-aktivan Bimantoro sebagai Kapolri), mengapa Presiden tidak meminta Bimantoro menghukum anak buahnya yang bersalah. “Jadi bukan dengan minta Bimantoro berhenti,” katanya.

Ia menambahkan, dengan tindakan Gus Dur meminta Bimantoro berhenti karena alasan itu, menimbulkan dugaan bahwa memang target Presiden adalah memberhentikan Bimantoro. “Dan target itu dilakukan dengan mengambil entry kasus di pasuruan itu. Apalagi kemudian ada hal-hal lain yang dijadikan alasan untuk itu,” ujarnya.

Seperti diketahui, Minggu (3/6) siang, Polri mengeluarkan pernyataan menolak segala campur tangan politik dalam pelaksanaan tugas dan peranan kepolisian. Pernyataan sikap itu dibacakan Kapolda Metro Jaya Irjen Polisi Sofjan Yacoeb di Mabes Polri, Jakarta, Minggu (3/6). Pernyatan itu ditandatasngani 102 perwira tinggi, termasuk Irjen Polisi Chaeruddin Ismail, yang sebelumnya ditunjuk sebagai Waka Polri oleh Presiden Abdurrahman Wahid.

Dalam pernyataan itu antara lain disebutkan, dalam pergolakan politik yang terjadi seperti saat ini sering terjadi, polisi digunakan sebagai institusi penekan demi mempertahankan atau merebut kekuasaan. Akibatnya, kata Yacoeb, polisi dapat kehilangan integritas sebagai penegak hukum yang netral dan konsekwensinya seringterjadinya pelanggaran HAM dan ketidakadilan, dan menjauhkan Polri sebagai institusi pengayom masyarakat.

Menurutnya, dalam era reformasi, polisi dituntut mandiri, lepas dari keterikatan politik pihak manapun, dan menempatkan diri sebagai alat negara bukan alat kekuasaan. Untuk itu, Polri tidak boleh terkooptasi oleh kekuasaan, dan Kapolri bersama jajaran teras serta seluruh anggota kepolisian menyatakan menolak segala campur tangan politik. (Y. Tomi Aryanto/Antara)

Advertising
Advertising

Berita terkait

Perluas Jangkauan di NTB, Indosat Tambah 131 Mini Gerai IM3 dan 3Kiosk Baru

2 menit lalu

Perluas Jangkauan di NTB, Indosat Tambah 131 Mini Gerai IM3 dan 3Kiosk Baru

Seiring bertambahnya BTS 4G baru peningkatan trafik data Indosat di wilayah Nusa Tenggara tumbuh sampai 82 persen dibandingkan masa sebelum ekspansi

Baca Selengkapnya

Cegah Sindikat Joki di UTBK SNBT 2024, UPN Veteran Jatim dan UGM Lakukan Ini

3 menit lalu

Cegah Sindikat Joki di UTBK SNBT 2024, UPN Veteran Jatim dan UGM Lakukan Ini

Isu sindikat joki kembali mewarnai pelaksanaan UTBK SNBT tahun ini. Berikut cara UPN Jatim dan UGM mencegahnya.

Baca Selengkapnya

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

6 menit lalu

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Presiden Jokowi menyoroti pentingnya infrastruktur kesehatan negara dalam jangka panjang.

Baca Selengkapnya

Google Rilis ChromeOS 124 untuk Chromebook, Ini Fitur-fitur Barunya

14 menit lalu

Google Rilis ChromeOS 124 untuk Chromebook, Ini Fitur-fitur Barunya

Berikut peningkatan-peningkatan yang ada pada pembaruan ChromeOS 124.

Baca Selengkapnya

Bukan Filmapik, Ini 12 Daftar Tempat Nonton Film Legal

14 menit lalu

Bukan Filmapik, Ini 12 Daftar Tempat Nonton Film Legal

Bukan di Filmapik, berikut ini daftar tempat nonton film legal yang bisa Anda pilih. Umumnya tempat film ini ada biaya langganan dan masih terjangkau.

Baca Selengkapnya

Soal Pesan Luhut ke Prabowo, Pengamat Sebut 'Orang Toxic' Bisa Menyasar Siapapun

14 menit lalu

Soal Pesan Luhut ke Prabowo, Pengamat Sebut 'Orang Toxic' Bisa Menyasar Siapapun

Menurut Adi, menteri toxic yang dimaksud Luhut bisa menjadi racun bagi presiden dan merugikan pemerintahan.

Baca Selengkapnya

Pekan Lalu Ditunda, Sidang Praperadilan Crazy Rich Surabaya Budi Said di kasus Emas Antam Digelar Hari Ini

23 menit lalu

Pekan Lalu Ditunda, Sidang Praperadilan Crazy Rich Surabaya Budi Said di kasus Emas Antam Digelar Hari Ini

Sidang perdana praperadilan crazy rich Surabaya Budi Said akan digelar pada Senin, 6 Mei hari ini, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya

Kisah Hieronimus Jevon Valerian, Wisudawan ITB dengan IPK Sempurna 4

27 menit lalu

Kisah Hieronimus Jevon Valerian, Wisudawan ITB dengan IPK Sempurna 4

Begini cerita Hieronimus Jevon Valerian yang kerap mengorbankan waktu luang untuk belajar dan memanfaatkan waktu selama berkuliah di ITB.

Baca Selengkapnya

Kasus Suap Tas Dior Istri Presiden Korsel, Jaksa Agung Perintahkan Penyelidikan

31 menit lalu

Kasus Suap Tas Dior Istri Presiden Korsel, Jaksa Agung Perintahkan Penyelidikan

Suap tas Dior istri Presiden Korsel yang mengguncang membuat jaksa agung turun tangan. Tim dibentuk untuk menyelidiki kasus ini.

Baca Selengkapnya

Usulan Menteri di Kabinet Prabowo: PAN Siapkan Eko Patrio, Demokrat Utamakan AHY

37 menit lalu

Usulan Menteri di Kabinet Prabowo: PAN Siapkan Eko Patrio, Demokrat Utamakan AHY

Siapa yang bakal mengisi posisi menteri di kabinet Prabowo menjadi perhatian publik. PAN dan Demokrat masing-masing menyebut nama Eko Patrio dan AHY.

Baca Selengkapnya