Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri membuka Rakernas PDIP di Jakarta, Jumat (20/11). Rakernas membahas sikap politik PDIP, program pemenangan pemilu dan persiapan Kongres PDIP pada April 2010 mendatang. ANTARA/Adhitya Wardana
TEMPO Interaktif, Klaten - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarno Putri mengaku santai menghadapi pemberitaan mengenai wikileaks yang menimpa suaminya. "Saya tenang saja. Karena saya mengerti seperti apa proses daripada kerja wikileaks ini," ujarnya kepada wartawan saat konferensi pers di rumah seorang pengurus PDIP di Klaten, Kamis (17/3).
Pekan lalu, dua harian terkemuka Australia mengutip bocoran dari situs Wikileaks. Dalam artikel itu, nama suami Mega, Taufik Kiemas, disebut pernah diselamatkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. SBY disebut pernah memerintahkan jaksa agung Hendarman Supandji, untuk menghentikan penyidikan korupsi yang menimpa Taufik Kiemas.
Menurut Mega, ia tak dalam posisi membenarkan ataupun menyalahkan informasi dari wikileaks itu. Ia mengatakan," Yang saya ingin suatu infomasi yang jelas itu datangnya dari mana. sama saja kan misalnya antara mendapatkan suatu berita kemudian disebarluaskan. tapi kan kita mesti tau berita itu dapatnya dari mana," ujarnya.
Ia pun enggan membeberkan apakah dirinya pernah merasa dimata-matai oleh intelejen asing saat menjabat sebagai Presiden. "Saya kira itu bukan otoritas saya, tetapi otoritas Departemen Luar Negeri untuk menjawabnya," katanya.
Namun, ia tak membantah bahwa setiap diplomat memiliki tugas untuk mencari informasi dan melaporkannya kepada negaranya. "Saya kira itu tugas setiap diplomat untuk masuk ke dalam pergaulan seperti itu," ujarnya.
"Yang paling banyak muncul adalah di daerah yang tingkat korupsinya tinggi. Fenomena media abal-abal ini tidak kami temukan di Malaysia atau Singapura."
Presiden Joko Widodo memastikan akan menghadiri acara puncak Hari Pers Nasional 2016 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 9 Februari 2016. Dalam acara itu, Jokowi akan diberi panggung untuk berinteraksi dengan kurang-lebih 600 wartawan nasional, petinggi negara, dan tokoh masyarakat. Supaya pertemuan itu bermakna, bantuan atau kebijakan strategis apa yang bisa Presiden keluarkan agar kehidupan pers Indonesia semakin sehat?