Mega Santai Tanggapi Wikileaks

Reporter

Editor

Kamis, 17 Maret 2011 21:19 WIB

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri membuka Rakernas PDIP di Jakarta, Jumat (20/11). Rakernas membahas sikap politik PDIP, program pemenangan pemilu dan persiapan Kongres PDIP pada April 2010 mendatang. ANTARA/Adhitya Wardana

TEMPO Interaktif, Klaten - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarno Putri mengaku santai menghadapi pemberitaan mengenai wikileaks yang menimpa suaminya. "Saya tenang saja. Karena saya mengerti seperti apa proses daripada kerja wikileaks ini," ujarnya kepada wartawan saat konferensi pers di rumah seorang pengurus PDIP di Klaten, Kamis (17/3).

Pekan lalu, dua harian terkemuka Australia mengutip bocoran dari situs Wikileaks. Dalam artikel itu, nama suami Mega, Taufik Kiemas, disebut pernah diselamatkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. SBY disebut pernah memerintahkan jaksa agung Hendarman Supandji, untuk menghentikan penyidikan korupsi yang menimpa Taufik Kiemas.

Menurut Mega, ia tak dalam posisi membenarkan ataupun menyalahkan informasi dari wikileaks itu. Ia mengatakan," Yang saya ingin suatu infomasi yang jelas itu datangnya dari mana. sama saja kan misalnya antara mendapatkan suatu berita kemudian disebarluaskan. tapi kan kita mesti tau berita itu dapatnya dari mana," ujarnya.

Ia pun enggan membeberkan apakah dirinya pernah merasa dimata-matai oleh intelejen asing saat menjabat sebagai Presiden. "Saya kira itu bukan otoritas saya, tetapi otoritas Departemen Luar Negeri untuk menjawabnya," katanya.

Namun, ia tak membantah bahwa setiap diplomat memiliki tugas untuk mencari informasi dan melaporkannya kepada negaranya. "Saya kira itu tugas setiap diplomat untuk masuk ke dalam pergaulan seperti itu," ujarnya.

Febriyan

Berita terkait

Tulisan Soal Makar, Fadli Zon Akan Laporkan Allan Nairn ke Polisi

25 April 2017

Tulisan Soal Makar, Fadli Zon Akan Laporkan Allan Nairn ke Polisi

Dalam tulisan Allan Nairn, Fadli Zon disebut terlibat dalam upaya makar untuk menggulingkan Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya

Disebut dalam Laporan Allan Nairn, Hary Tanoe Lapor ke Polisi  

25 April 2017

Disebut dalam Laporan Allan Nairn, Hary Tanoe Lapor ke Polisi  

Pelaporan Hari Tanoe bermula dari tulisan Ahok Hanyalah Dalih untuk Makar yang ditulis oleh jurnalis asal Amerika Serikat, Allan Nairn.

Baca Selengkapnya

Diadukan Mabes TNI ke Dewan Pers, Tirto.id: Kami Kooperatif  

24 April 2017

Diadukan Mabes TNI ke Dewan Pers, Tirto.id: Kami Kooperatif  

Sapto berujar, pihaknya akan menunggu mekanisme yang diterapkan Dewan Pers saat menerima pengaduan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Jarang Dikritik, SBY: Pers Tak Seganas Dulu  

11 Juni 2016

Jokowi Jarang Dikritik, SBY: Pers Tak Seganas Dulu  

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono merasa tercengang melihat perubahan pers saat ini.

Baca Selengkapnya

Begini Modus Wartawan Abal-abal Memeras

14 April 2016

Begini Modus Wartawan Abal-abal Memeras

"Yang paling banyak muncul adalah di daerah yang tingkat korupsinya tinggi. Fenomena media abal-abal ini tidak kami temukan di Malaysia atau Singapura."

Baca Selengkapnya

Dulu Pemerintah Tekan Pers, Jokowi: Sekarang Sebaliknya  

9 Februari 2016

Dulu Pemerintah Tekan Pers, Jokowi: Sekarang Sebaliknya  

Presiden Joko Widodo meminta pers patuh terhadap kode etik jurnalistik, terutama media online.

Baca Selengkapnya

Menunggu Presiden Berantas Amplop Wartawan

9 Februari 2016

Menunggu Presiden Berantas Amplop Wartawan

Presiden Joko Widodo memastikan akan menghadiri acara puncak Hari Pers Nasional 2016 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 9 Februari 2016. Dalam acara itu, Jokowi akan diberi panggung untuk berinteraksi dengan kurang-lebih 600 wartawan nasional, petinggi negara, dan tokoh masyarakat. Supaya pertemuan itu bermakna, bantuan atau kebijakan strategis apa yang bisa Presiden keluarkan agar kehidupan pers Indonesia semakin sehat?

Baca Selengkapnya

Pers di Indonesia Dinilai Kena Sindroma Berlusconian  

21 Januari 2016

Pers di Indonesia Dinilai Kena Sindroma Berlusconian  

Kepentingan pemilik media di industri pers dinilai mempengaruhi pemberitaan, mirip seperti Berlusconi di Italia.

Baca Selengkapnya

Dewan Pers: Banyak Media Massa Terkontaminasi Politik

20 Januari 2016

Dewan Pers: Banyak Media Massa Terkontaminasi Politik

Ada fenomena sejumlah pemilik media membentuk partai politik.

Baca Selengkapnya

Giliran Rizal Ramli 'Kepret' Pers: Banyak yang Sibuk Bisnis Pencitraan  

2 November 2015

Giliran Rizal Ramli 'Kepret' Pers: Banyak yang Sibuk Bisnis Pencitraan  

Menurut Rizal Ramli, sudah waktunya pers menjadi bagian dari transformasi bangsa, jangan sibuk dengan bisnis pencitraan.

Baca Selengkapnya