Pidato Lengkap Goenawan Mohamad di Ulang Tahun Tempo ke-40

Reporter

Editor

Rabu, 9 Maret 2011 23:03 WIB

Goenawan Mohamad

Bapak Presiden Republik Indonesia, H. Dr. Soesilo Bambang Yudhoyono yang saya hormati.
Para pejabat Negara, para tokoh masyarakat di segala bidang yang hadir di sini, yang saya hormati.
Para wartawan dan alumni Tempo yang saya cintai.
Para tamu semuanya.

Assalamualaikum wr. Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om swasti astu.

Merdeka.

**


Dalam hidup manusia, umur bukanlah satu bahan percakapan yang menarik -- terutama bagi orang seusia saya.

Kata pelawak Groucho Marx, ·"Age is not a particularly interesting subject. Anyone can get old. All you have to do is live long enough." Jadi mudah sekali sebenarnya untuk bertambah umur. Asal tidak cepat mati.

Tapi dalam hidup sebuah majalah, tidak cepat mati adalah sebuah prestasi. Terutama bagi Tempo, yang di masa lalu, pernah dua kali dicoba dibungkam oleh pemerintah Orde Baru, yang sangat berkuasa.

Kini tak ada pembungkaman, syukur alhamdulilah -- biar pun setelah Tempo mengritik Presiden. Paling-paling Menteri Sekneg, Bapak Dipo Alam, akan memprotes - tidak mengancam. Dan kalaupun mengancam, tidak akan membunuh.

Dengan suasana yang kondusif seperti itu, kita bisa bekerja dengan bersemangat. Tapi bukannya tak ada penghadang-penghadang yang lain.

Kini sebuah media cetak memasuki sebuah era baru. Inilah masa ketika dua perkembangan bertemu sekaligus.

Pertama, dengan kemerdekaan berbicara yang dikukuhkan UUD, media elektronik seperti TV - yang dulu terkekang -- dengan serta merta menyeruak. Ia bahkan jadi sumber utama bagi informasi orang Indonesia, jauh lebih banyak diikuti khalayak ketimbang surat kabar - terlepas dari tinggi rendahnya mutu informasi yang melalui TV itu.

Kedua, sekarang ini informasi lewat internet membuat lalu lintas berita berlipat kali lebih cepat ketimbang mingguan maupun harian, dan makin lama makin dapat peminat yang luas.

Kedua kemajuan itu menghadirkan persaingan yang tak mudah bagi majalah dan Koran Tempo.

Seraya mengatakan demikian, saya tak ingin menjadikan malam ini
Sebab malam ini memang sepenuhnya kesempatan untuk syukuran. Setidaknya, di ruang ini sekarang, saya merasa jadi orang berbahagia.

Saya pribadi merasa bahagia - atau lebih tepat lega -- karena saya tidak lagi harus ikut bergulat dalam persaingan yang saya sebut tadi. Sudah 10 tahun saya tidak punya kantor di Tempo. Kurang-lebih sudah selama itu pula saya tak mengikuti rapat-rapat redaksinya. Jabatan saya sekarang 'redaktur senior' , semacam 'redaktur emeritus' --- sebuah sapaan yang sopan dari Tempo untuk saya. (Tanpa gaji, tentu saja, hanya honor bila menyumbangkan tulisan).

Tapi justru karena berada di luar kerja keras itu - di luar perjuangan persaingan itu - bila malam ini saya nyatakan kekaguman saya kepada tim yang bekerja di Majalah dan Koran Tempo sekarang, saya tidak seperti sedang bertepuk tangan untuk diri sendiri.

Tim yang bekerja sekarang menjalankan tugasnya dengan kesadaran bahwa tempat mereka mengembangkan karir bukanlah sebuah bisnis besar. Laba rata-rata setahunnya jauh lebih kecil ketimbang uang yang diterima orang macam Gayus Tambunan dalam sehari.

Tim yang bekerja sekarang sadar pula, bahwa masih ada wartawan-wartawan yang dibunuh atau dicoba dibunuh. Juga mereka masih melihat ada pihak-pihak yang menggunakan proses hukum untuk menggertak keleluasaan mengritik. Ingat bahwa proses hukum mahal dan bisa mengganggu konsentrasi kerja, banyak surat kabar memilih jalan yang aman untuk tidak menulis hal-hal yang berarti.

Meskipun demikian, teman-teman itu bekerja terus. Penuh dengan disiplin, entusiasme, dan juga kebanggaan.

Saya terharu bahwa dalam majalah Tempo yang untuk menyambut ulang tahun ke-40 ini, mereka menyebut kembali asas jurnalisme yang diletakkan para pemula di tahun 1971 - di tahun ketika banyak di antara mereka belum lagi lahir atau bersekolah dasar.

Bahwa asas itu masih dipegang, itu merupakan sumber enersi tersendiri.

Bagi yang belum tahu izinkanlah saya mengutipnya sedikit. Asas jurnalime Tempo, demikian tercantum dalam teks itu, bertolak dari "kepercayaan bahwa kebajikan, juga ketidak-bajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak."

"Kami percaya bahwa tugas jurnalisme bukanlah menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian.

"Majalah ini bukanlah untuk mencaci dan mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk untuk menjilat dan menghamba".


Bapak Presiden dan hadirin sekalian.

Saya yakin, dengan bekerja sebagai wartawan yang punya pendirian seperti itu, jurnalisme akan mampu membantu terbangunnya modal sosial di tanah air kita. Jurnalisme yang tak didikte oleh ambisi politik dan kekuatan modal; jurnalisme yang ingin menegaskan: banyak keculasan di negeri ini, tapi tiap kita bisa melawannya.

Dengan itulah harapan bisa dibangun tiap hari. Untuk publik. Untuk Republik.

Sekian.

Wassalamualaikum wr.wb.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

18 jam lalu

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

Selama tujuh tahun terakhir, AMSI telah melahirkan sejumlah inovasi untuk membangun ekosistem media digital yang sehat dan berkualitas di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Dewan Pers Tak Masukkan Perusahaan Pers dalam Komite Publisher Rights, Ini Alasannya

58 hari lalu

Dewan Pers Tak Masukkan Perusahaan Pers dalam Komite Publisher Rights, Ini Alasannya

Komite Publisher Rights bertugas menyelesaikan sengketa antara perusahaan pers dan perusahaan platform digital.

Baca Selengkapnya

Dewan Pers Bentuk Tim Seleksi Komite Publisher Rights

58 hari lalu

Dewan Pers Bentuk Tim Seleksi Komite Publisher Rights

Ninik mengatakan, Komite Publisher Rights penting untuk menjaga dan meningkatkan kualitas jurnalistik.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Penerapan Perpres Publisher Rights Harus dengan Prinsip Keadilan

23 Februari 2024

Ekonom Sebut Penerapan Perpres Publisher Rights Harus dengan Prinsip Keadilan

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan Perpres Publisher Rights mesti diterapkan dengan prinsip keadilan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken Perpres Publisher Rights, Atur Kerja Sama Lisensi hingga Bagi Hasil Platform Digital dengan Perusahaan Pers

23 Februari 2024

Jokowi Teken Perpres Publisher Rights, Atur Kerja Sama Lisensi hingga Bagi Hasil Platform Digital dengan Perusahaan Pers

Pemerintah bakal mengatur hubungan kerja sama platform digital dengan perusahaan pers setelah Presiden Jokowi meneken Perpres Publisher Rights.

Baca Selengkapnya

Perpres Publisher Rights Disahkan, Meta Yakin Tak Wajib Bayar Konten Berita ke Perusahaan Media

22 Februari 2024

Perpres Publisher Rights Disahkan, Meta Yakin Tak Wajib Bayar Konten Berita ke Perusahaan Media

Meta menanggapi Perpres Nomor 32 Tahun 2024 tentang Tanggung Jawab Perusahaan Platform Digital untuk Mendukung Jurnalisme Berkualitas.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sahkan Perpres Publisher Rights, Bisa Pengaruhi Kebebasan Pers?

22 Februari 2024

Jokowi Sahkan Perpres Publisher Rights, Bisa Pengaruhi Kebebasan Pers?

Jokowi teken Perpres No. 32 tahun 2024 mengatur Platform Digital dalam mendukung industri jurnalisme berkualitas. Apakah mempengaruhi kebebasan pers?

Baca Selengkapnya

AMSI Optimistis Perpres Publisher Rights Dorong Ekosistem Bisnis Media Jadi Lebih Baik

21 Februari 2024

AMSI Optimistis Perpres Publisher Rights Dorong Ekosistem Bisnis Media Jadi Lebih Baik

Perpres Publisher Rights dinilai membuka ruang bagi model bisnis baru di luar model bisnis yang mengandalkan impresi atau pencapaian traffic.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken Perpres Publisher Rights, Apa Artinya bagi Perusahaan Pers Indonesia?

21 Februari 2024

Jokowi Teken Perpres Publisher Rights, Apa Artinya bagi Perusahaan Pers Indonesia?

AMSI optimistis Perpres Publisher Rights akan membuka jalan bagi negosiasi bisnis yang setara antara platform digital dan penerbit media digital.

Baca Selengkapnya

Media Asing Soroti Perpres Publisher Rights yang Diteken Jokowi

21 Februari 2024

Media Asing Soroti Perpres Publisher Rights yang Diteken Jokowi

Jokowi mengatakan semangat awal dari Peraturan Presiden tentang Publisher Rights adalah ingin membentuk jurnalisme berkualitas.

Baca Selengkapnya