TEMPO Interaktif, Jakarta - Tim jaksa penuntut umum menuding tim pengacara terdakwa kasus gratifikasi dan korupsi Komisaris Jenderal Susno Duadji, berusaha menyelundupkan fakta. Hal itu diungkapkan tim Jaksa dalam sidang replik di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (3/3).
Fakta yang dimaksud jaksa adalah pernyataan pengacara dalam pleidoi mengenai keterangan saksi Yultje Aprianti, staf Bidang Keuangan Kepolisian Daerah Jawa Barat saat Susno menjabat Kepala Polda Jabar, soal sumber duit yang digunakan untuk membeli Camry sebagai mobil dinas Susno.
Dalam halaman 329 pleidoi, pengacara Susno menyatakan, Yultje pernah berujar bahwa uang pembayaran Camry berasal dari dana Samsat, bukan dari uang korupsi dana pengamanan Pemilihan Kepala Daerah Jabar sebagaimana dituduhkan jaksa.
Keterangan Yultje dibantah jaksa. “Keterangan saksi Yultje ternyata bukan merupakan fakta persidangan, akan tetapi suatu penyelundupan fakta,” ujar Ketua Tim JPU Erbagtyo Rohan.
Jaksa mengklaim, dari rekaman berdurasi dua jam 45 menit dan transkrip keterangan saksi Yultje di persidangan yang mereka pelajari, tak ada satu pun keterangan yang berbunyi seperti yang disampaikan penasihat hukum.
“Dan jika dianalisis, saksi Yultje tidak mengetahui pembelian mobil Camry dan bagaimana dia melakukan pembayaran terhadap mobil tersebut. Sehingga dalil yang dikemukakan penasihat hukum bahwa dana Camry berasal dari insentif Kapolda, harus ditolak,” kata dia.
Dalam repliknya, jaksa juga bersikeras bahwa Susno memerintahkan pemotongan dana pengamanan Pilkada sebesar Rp 8,6 miliar, yang sebagian di antaranya digunakan Susno untuk membeli 40 lembar cek pelawat senilai total Rp 1 miliar.
Menurut jaksa, dakwaan mereka didasari bukti bahwa pembelian cek pelawat menggunakan uang hasil pemotongan Pilkada Jabar yang tersimpan dalam rekening Maman Abdulrahman Pasha, mantan Ketua Bidku Polda Jabar, di Bank Mandiri cabang Bandung Metro.
Isma Savitri
