Kontras Tuding Kekerasan di Puncak Jaya Operasi Tersistematis  

Reporter

Editor

Sabtu, 22 Januari 2011 16:10 WIB

Koord. Eksekutif Nasional Kontras Haris Azhar (tengah) dan Sekjen DPP Asosiasi Mahasiswa Papua Markus Halo di kantor Kontras, Jakarta, Jakarta, (22/1). ANTARA/Yudhi Mahatma

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kasus penyiksaan warga Puncak Jaya, di Papua, diduga sebagai operasi tersistematis yang dilakukan oknum TNI. Dugaan itu disampaikan Haris Azhar, Koordinator Eksekutif Nasional KontraS dalam keterangannya kepada wartawan di kantor Kontras, Jakarta, Sabtu (22/1).

" Penyiksaan itu berlangsung selama tiga hari. Dari 30 Mei - 2 Juni 2010 itu jelas terorganisir" kata Haris.

Salah satu korban peristiwa itu, kata Haris adalah korban bernama Tunaliwor Kiwo, warga Puncak Jaya, Papua. Haris merujuk dua fakta yang ditemukan Kontras. Pertama, rekaman hanphone yang kemudian diunduh ke Youtube, adalah bahan laporan oknum TNI yang melakukan penyiksaan kepada atasannya.

Kemudian, dari laporan itu seharusnya komandan regu bisa menghentikan penyiksaan namun dibiarkan. "Pertanyaan kami, kenapa Negara malah membiarkan," kata Haris menyesalkan.

Kedua, fakta lainnya terlihat dari testimoni Tunaliwor Kiwo, yang sampaikan lewat media asing. Saat itu, Tunaliwor dikurung di pos Kalome, dia mengaku mendengar anggota TNI yang melakukan penyiksaan memberi kabar melalui handytalky kepada rekannya di pos Tingginambut, dan pos Puncak Senyum.

Advertising
Advertising

Dalam pembicaraan itu, korban berencana dieksekusi mati pada pukul 09.00 pagi. "Mereka, oknum TNI ini saling berkoordinasi saat melakukan kekerasan," kata Markus Halo, Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua se-Indonesia.

Kekerasan di Puncak Jaya melibatkan 3 anggota TNI Batalion 753 AVT/Nabire Kodam XVII/Cendrawasih. Tiga orang terdakwa sedang menjalani pengadilan militer di Jayapura, yaitu, Serka Dua Irwan Riskianto, dituntut 9 bulan. Prajurit Satu Thamrin Makangiri dituntut 10 bulan, dan Prajurit Satu Yakson Agu dituntut 12 bulan.

Hamluddin

Berita terkait

Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024

17 hari lalu

Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024

Komnas HAM mendesak pengusutan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Papua secara transparan oleh aparat penegak hukum

Baca Selengkapnya

Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

33 hari lalu

Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

Kapuspen TNI menyebut jumlah anggota TNI ribuan, sedangkan yang melakukan penyiksaan hanya sedikit.

Baca Selengkapnya

Amnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum

39 hari lalu

Amnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum

Amnesty Internasional mendesak dibentuknya tim gabungan pencari fakta untuk mengusut kejadian ini secara transparan, imparsial, dan menyeluruh.

Baca Selengkapnya

KontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer

6 Oktober 2021

KontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer

Hasil pemantauan KontraS selama Oktober-2021-September 2021 menunjukkan reformasi peradilan militer jalan di tempat.

Baca Selengkapnya

Serial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan

16 September 2021

Serial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan

Serial Netflix Deserter Pursuit memicu perdebatan tentang militer Korea Selatan karena menceritakan pelecehan dan kekerasan selama wajib militer.

Baca Selengkapnya

2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf

27 Juli 2021

2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf

TNI AU menyatakan penyesalan dan meminta maaf atas insiden dua anggotanya yang melakukan kekerasan terhadap seorang warga Papua di Merauke.

Baca Selengkapnya

Jokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua

5 Juli 2018

Jokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua

Amnesti Internasional Indonesia meminta Jokowi membentuk tim investigasi guna mengungkap kasus kekerasan yang terjadi di Paniai, Papua.

Baca Selengkapnya

Berdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini

8 Juli 2017

Berdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini

Keduanya menyepakati bentuk pertanggungjawaban Guyum setelah menampar adalah meminta maaf secara tertulis kepada Fery, institusi, dan PT Angkasa Pura.

Baca Selengkapnya

Tampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks

8 Juli 2017

Tampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks

Jumat malam, polisi melepas Guyum setelah menandatangani kesepakatan damai dan bersalaman dengan Fery.

Baca Selengkapnya

Berdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara  

8 Juli 2017

Berdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara  

Guyun mengaku salah dan meminta maaf atas penamparan yang dilakukannya. "Proses damai berjalan lancar tanpa ada intervensi pihak manapun."

Baca Selengkapnya