Wapres: Gejala Radikalisme Harus Dicegah Bersama

Reporter

Editor

Sabtu, 16 Oktober 2010 20:15 WIB

Boediono. ANTARA/Maha Eka Swasta

TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Presiden Boediono mengingatkan gejala radikalisme maupun pemikiran mengenai konflik peradaban harus dicegah dan dilawan sekuat tenaga, mengingat hal itu menunjukkan kecenderungan sangat berbahaya.

"Kecenderungan adanya radikalisme ini sangat berbahaya jika kita biarkan berkembang luas. Radikalisme adalah ancaman riil yang bisa menceraiberaikan sendi-sendi kehidupan masyarakat," kata Wapres Boediono saat membuka "Global Peace Leadership Conference 2010", di Jakarta, Sabtu 16 Oktober 2010.

Dalam acara yang dilaksanakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu, Wapres menekankan, kecenderungan radikalisme masih saja tidak mau pergi, baik di Tanah Air maupun di negara-negara lain.

Wapres bahkan menilai masih ada pemikiran bahwa konflik antarperadaban justru semakin intensif, bahkan mendasari konflik-konflik antarkelompok atau antarbangsa di masa mendatang."Sekali kita membiarkan radikalisme mengambil alih alur pemikiran kita, maka ia akan mengarahkan kita pada kehancuran," katanya.

Menurut dia, perlu juga dicermati bahwa dalam beberapa kasus, ruang demokrasi dan hak kebebasan berpendapat juga disalahgunakan oleh sebagian orang atau suatu kelompok untuk menyebarkan sikap permusuhan dan kebencian terhadap agama tertentu.

"Misalnya, kasus kartun Nabi Muhammad SAW beberapa waktu yang lalu, yang memprovokasi tindakan radikal balasan," kata Wapres.

Kaum radikal, kata Wapres, biasanya vokal, padahal jumlah mereka hanyalah sedikit tapi suaranya yang keras seolah menenggelamkan kelompok mayoritas di masyarakat yang cenderung diam.

"Silent majority memang ciri umum sebuah masyarakat madani," kata Wapres.

Tapi, menurut Wapres, pada saat-saat tertentu, kelompok "silent majority" juga harus berani bersuara dan masyarakat harus berteriak lantang menolak radikalisme dan kembali pada kesepakatan awal para pendiri bangsa saat mendirikan Indonesia.

Negeri ini, kata Wapres, adalah rumah besar yang harus menaungi dan melindungi seluruh anggota keluarga dengan asas kekeluargaan sudah tegas dinyatakan sebagai dasar berdirinya negara Republik Indonesia.

Untuk itu, Wapres mengajak agar semuanya kembali ke akal sehat mengingat betapa sia-sianya kepicikan radikalisme itu.

"Entah, berapa banyak korban yang meregang nyawa dengan sia-sia karena kegagalan umat manusia menggunakan akal sehat, yang sebetulnya merupakan karunia terbesar bagi kita dari Sang Pencipta," kata Boediono.

Wapres mengatakan, akal sehat itulah yang membedakan manusia dengan mahluk lain. "Tapi akal sehat itu pula yang sering kita tanggalkan," katanya.

Ditambahkan Wapres, meskipun Islam merupakan agama mayoritas masyarakat, namun Indonesia bukanlah negara Islam.

Namun melalui sila pertama Pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai agama serta memberi kebebasan beragama bagi seluruh rakyatnya.

"Jika kita meninggalkan prinsip-prinsip dasar ini maka keberadaan Indonesia sebagai satu kesatuan negara-bangsa akan dipertaruhkan dan bisa dipastikan kita akan menuju jurang kehancuran," kata Wapres.

WDA | ANT

Berita terkait

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

14 hari lalu

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.

Baca Selengkapnya

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

47 hari lalu

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.

Baca Selengkapnya

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

16 Maret 2024

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

16 November 2023

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.

Baca Selengkapnya

Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

18 Juni 2023

Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

Kepada remaja masjid, Pangdam Jaya mengatakan pluralisme sebagai modal kuat dalam bekerja sama untuk menjaga persaudaraan dan kedamaian di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

24 Mei 2023

Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

Berbudaya itu, bagaimana budaya toleransi beragama, menghargai umat beragama lain, budaya tolong menolong.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

1 April 2023

Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

Di akhir pekan atau hari libur nasional, Jakabaring Sport City menjadi pilihan destinasi liburan dalam kota yang seru.

Baca Selengkapnya

Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

16 Februari 2023

Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

Indeks perdamaian global terus memburuk dan mengalami penurunan hingga 3,2 persen selama kurun waktu 14 tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

2 Februari 2023

Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

Sosialisasi itu akan mengangkat tema seputar peran organisasi keagamaan dalam menjaga kerukunan dan kondusivitas bangsa.

Baca Selengkapnya

Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

16 November 2022

Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

Klaten disebut sebagai miniaturnya Indonesia. Di tengah keberagaman agama tetap memiliki keharmonisan, persatuan dan kesatuan.

Baca Selengkapnya