Danau Limboto Kritis, Kedalaman Tinggal 1,9 Meter

Reporter

Editor

Kamis, 14 Oktober 2010 10:27 WIB

TEMPO Interaktif, Gorontalo - Hasil penelitian terbaru di tahun 2010 tentang Danau Limboto mengungkapkan bahwa kedalaman danau terbesar di Gorontalo itu kini tinggal 1,9 meter dan luas tinggal 1.850 hektare.

“Kami baru saja melakukan penelitian di Danau Limboto dan ternyata kondisinya kian kritis,” ungkap Jasin Tuloli, peneliti dari Universitas Negeri Gorontalo kepada Tempo, Kamis (14/10).

Menurutnya, proses sedimentasi di Danau Limboto makin drastis. Hal ini dibuktikan dengan makin mendangkalnya Danau Limboto dari waktu ke waktu. Pada tahun 1932, luas Danau Limboto 7.000 hektare dengan kedalaman 30 meter. Tahun 1965 luasnya sekitar 5.000 hektare dengan kedalaman 18 meter. Tahun 1975 luasnya 3.500 hektare dengan kedalaman 6,85 meter.

”Namun, ketika memasuki tahun 2005 hingga 2007, kedalamannya tinggal 2-3 meter dengan luas 2.000 sampai 2.571 hektare. Dan saat ini setelah kami teliti luasnya tinggal 1.850 hektare dan kedalaman 1,9 meter,” kata Jasin.

Jasin mengatakan beberapa temuan yang menyebabkan kerusakan di Danau Limboto adalah adanya penebangan hutan di sekitar danau dan pinggiran sungai serta kawasan hutan di hulu sungai.

Advertising
Advertising

”Sehingga menyebabkan terjadi erosi. Lalu kalau musim hujan mengalir ke sungai dan dibawa ke danau berupa sedimen,” ungkapnya.

Selain itu, kata dia, penyebab masalah di Danau Limboto salah satunya adalah kebijakan yang bermuatan politik yang turut merusak kelestarian danau, seperti pemberian sertifikat tanah dengan murah atau tanpa biaya dengan maksud terselubung agar memberikan dukungan suara pada calon pejabat tertentu dalam pelaksanaan pemilihan.

Vierta R Tallei, peneliti lainnya, mengatakan hasil penelitian itu menemukan beberapa pemikiran yang dapat dijadikan pedoman atau masukan untuk merekayasa sumber masalah Danau Limboto menjadi sumber kemakmuran bagi masyarakat Gorontalo.

”Agar sumber masalah bisa dijadikan sumber kemakmuran, maka masyarakat harus diberi sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ungkap Vierta.

Ia menjelaskan, pelestarian Danau Limboto memerlukan waktu yang sangat panjang dan harus dijadikan salah satu prioritas pembangunan daerah. Akan tetapi, katanya lagi, pelestarian tersebut tidak boleh tergantung dari masa kerja pemerintah daerah, baik gubernur, bupati maupun wali kota.

”Ketergantungan tersebut menyebabkan tidak ada kesinambungan dari satu periode masa jabatan ke periode masa jabatan pemerintah berikutnya,” ujar Vierta.

CHRISTOPEL PAINO


Berita terkait

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

7 hari lalu

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

Direskrimum Polda Banten mengungkap tindak pidana perburuan badak bercula satu atau badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Apa ancaman hukumannya?

Baca Selengkapnya

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

7 hari lalu

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

Sebanyak enam badak Jawa atau badak bercula satu mati ditangan pemburu liar di Ujung Kulon. Berikut profil dan konservasi badak Jawa.

Baca Selengkapnya

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

10 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

14 hari lalu

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang telah berusia 34 tahun menjadi alasan dilakukan revisi.

Baca Selengkapnya

Begini Pengaturan Soal Zoonosis dan Masyarakat Adat dalam RUU KSDAHE

19 hari lalu

Begini Pengaturan Soal Zoonosis dan Masyarakat Adat dalam RUU KSDAHE

Sejumlah aspek dalam RUU KSDAHE dianggap masih memerlukan penguatan dan penyelarasan.

Baca Selengkapnya

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

19 hari lalu

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

Rancangan Undang-undang tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya atau RUU KSDAHE ditarget segera disahkan pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Kembalikan Kejayaan Biodiversitas di IKN, Guru Besar Konservasi UI Usul Pembuatan Koridor Ekologi

35 hari lalu

Kembalikan Kejayaan Biodiversitas di IKN, Guru Besar Konservasi UI Usul Pembuatan Koridor Ekologi

Dengan konsep kota hutan, ada peluang untuk mengembalikan kejayaan biodiversitas di kawasan IKN.

Baca Selengkapnya

KKP Perkuat OECM untuk Perluasan Kawasan Konservasi

37 hari lalu

KKP Perkuat OECM untuk Perluasan Kawasan Konservasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (Ditjen PKRL) terus mendorong tercapainya target 30 persen perluasan kawasan konservasi di tahun 2045.

Baca Selengkapnya

Menteri KKP Minta Pengembangan Pariwisata Tidak Merusak Ekosistem Laut

7 Maret 2024

Menteri KKP Minta Pengembangan Pariwisata Tidak Merusak Ekosistem Laut

Menteri KKP menyoroti laut di Teluk Cenderawasih, habitat penyu hijau yang populasinya kini mengalami penurunan drastis.

Baca Selengkapnya

Kasus Kematian Harimau di Medan Zoo, Kebun Binatang Dianggap Penjara Berkedok Wadah Konservasi dan Edukasi Satwa Liar

18 Februari 2024

Kasus Kematian Harimau di Medan Zoo, Kebun Binatang Dianggap Penjara Berkedok Wadah Konservasi dan Edukasi Satwa Liar

Kematian beruntun lima harimau di Medan Zoo menuai kecaman organisasi global perlindungan satwa liar. Kebun binatang dinilai sebagai penjara satwa.

Baca Selengkapnya