Setelah mengantongi izin, Maret lalu, Aminah memulai usahanya. Sebanyak 7 ribu bungkus bumbu telah diproduksinya. Jumlah ini belum bisa mencukupi permintaan.
Saat ini, pemasaran bumbu ini sudah sampai ke beberapa supermarket seperti Gelael dan Baji Pamai. Bumbu tradisional racikan Aminah ini juga banyak dijadikan buah tangan ke berbagai daerah seperti Jakarta, Kendari hingga Emirat Arab.
Marketing Al-Minah Ahriani Arif mengatakan usaha ini sebenarnya sudah berpeluang masuk ke supermarket besar seperti Carefour dan Hero. "Tapi kami masih belum bisa memproduksi sesuai permintaan mereka," kata Ahriani saat ditemui dalam Pameran Kawasan Timur Indonesia di Celebes Convention Center hari ini.
Kendala sehingga belum memproduksi lebih banyak karena masih kekurangan mesin produksi. Saat ini Al-Minah hanya memiliki sebuah mesin penggiling. Aminah mengaku masih membutuhkan mesin pemarut dan alat penumis yang bisa mempercepat produksi dan lebih hemat bahan bakar. "Kami sangat mengharapkan bantuan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk ini," ujar Aminah.
Aneka bumbu instan ini, kata Aminah bisa memudahkan bagi para wanita pekerja yang tak punya waktu luang untuk memasak. Ada sembilan jenis bumbu olahan yakni coto, konro, pallubasa, sop saudara, kaloa, toppa lada, kari, opor, dan lombok tumis.
Keunggulan bumbu instan ini selain praktis, terbuat dari rempah-rempah alami, juga tanpa bahan pengawet dan penyedap rasa yang mengandung MSG. Selain itu juga tahan lama. Bisa sampai satu tahun apabila disimpan dalam lemari pendingin. Dan tahan lima hari bila di simpan di luar lemari pendingin.
SUKMAWATI