12 Tahun Reformasi, Universitas Malikussaleh Masih Antidemokrasi
Reporter
Editor
Jumat, 21 Mei 2010 04:02 WIB
TEMPO Interaktif, Lhokseumawe – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Aceh (FKMA) memperingati 12 tahun reformasi dengan melakukan pawai membawa obor, berorasi, renungan dan doa bersama di Lapangan Hiraq Kota Lhokseumawe, Kamis (20/5) malam.
Dalam aksinya mereka menilai walaupun rezim Orde Baru sudah runtuh, namun pembungkaman demokrasi masih terjadi saat ini, seperti pelarangan mahasiswa melakukan diskusi di kampus Universitas Malikussaleh Lhokseumawe.
Koordinator aksi Rizki dalam orasinya menyatakan, pasca-12 tahun reformasi, kondisi pemerintahan Indonesia sudah sedikit terbuka dalam berdemokrasi, namun reformasi dalam berdemokrasi belum sesuai dengan semangat reformasi itu sendiri.
Menurut Rizki, gerakan mahasiswa sendiri pascareformasi kembali harus berhadapan dengan sejumlah peraturan yang membatasi gerak dalam menyampaikan aspirasi rakyat. "Secara umum pemerintah saat ini masih melihat gerakan mahasiswa sebagai sebuah ancaman yang bisa menghalangi langgengnya kekuasaan," katanya.
Begitu juga dengan kampus yang seharusnya mampu memposisikan diri sebagai bagian dari masyarakat intelektual, juga mengadopsi cara–cara pemerintah dalam menghalangi gerakan mahasiswa seperti yang terjadi di kampus Universitas Malikussaleh.
“Kampus kita ikut melakukan pembungkaman demokrasi, setiap kali kita dilarang dan diawasi dalam berdiskusi dan berekspresi. Jika kita lakukan pihak rektorat langsung memanggil dan mengancam. Itu kan antidemokrasi,” tegas Rizki.
Aksi yang dimulai pukul 20.30 WIB dan berakhir pukul 23.00 WIB itu berlangsung dengan pengawalan sejumlah aparat dari Kepolisian Resor Kota Lhokseumawe.