Sultan Sarankan Jangan Mudah Memberi Resep Produksi
Selasa, 19 Januari 2010 15:43 WIB
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Untuk menghadapi pasar bebas yang sudah ada di depan mata yakni, Cina-Asean Free Trade Agreement Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X memberikan nasihat kepada para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Sultan melarang pengrajin memberikan informasi yang detil mengenai proses produksi apalagi memberikan pelatihan kepada orang tidak dikenal.
Alasannya, bila produk itu ditiru akan menjadi pesaing pelaku UMKM yang ujung-ujungnya berdampak kebangkrutan. “Jika bapak punya industri kerajinan, entah bikin topeng atau bikin apapun, kalau ada orang lain yang tidak bapak/ ibu kenal, apalagi orang itu dari daerah lain, mau belajar, mau melihat berproduksi, ya jangan boleh, apalagi dijelaskan sampai detil. Makanya kalau ditiru ya salahnya sendiri nek bangkrut,” kata Sultan saat menerima sekitar 500-an UMKM di Kepatihan, Selasa, (19/1).
Dengan era persaingan yang begitu luas, Sultan minta agar cara berpikir masyarakat juga berubah, lantaran kondisi sekarang berbeda dengan dua puluh tahun yang lalu. Apalagi negara lain juga menerapkan protektif yang amat ketat terhadap proses produksi kerajinan mereka. Sebagai contoh, Sultan bercerita saat mengunjungi Vietnam bersama bupati dan walikota Yogyakarta beberapa waktu lalu, mereka tidak diperbolehkan melihat proses produksi UMKM . “Kami hanya diperbolehkan masuk di ruang demonstrasi, tidak boleh masuk proses produksi,” kata Sultan.
Selain bercerita soal proteksi yang amat ketat di Vietnam, Sultan juga bercerita tentang kedatangan dua pengusaha Malaysia yang ingin belajar membatik selama lima hari. “Tapi saya tidak memperbolehkan. Nanti produksi batik kita kompetitif dengan mereka. Mereka harus beli. Kalau nggak mau, ya kembalikan,” kata Sultan. Namun selang seminggu kemudian, Sultan mendapat laporan dari pimpinan balai batik dan kulit bahwa Menteri Perindustrian yang mengijinkan 70 pengusaha Malaysia belajar membatik selama tiga minggu di balai itu. Rupanya hasil pelatihan selama tiga minggu itu berdampak lain.
“Akhirnya apa? Sekarang di Malaysia ada produk topeng yang juga dibatik. Ya salah kita sendiri memberikan informasi teknologi bagaimana cara membatik di atas kayu. Ya ditiru,” katanya.
“Karena itu, saya harapkan pada bapak/ibu yang bergerak di bidang industri kerajinan, jangan mudah memberikan fasilitas pada orang yang juga akan mengerjakan hal yang sama. Karena kalau tahu akan menjadi pesaing.”
Sebagai gubernur, Sultan mengaku telah mengarahkan instansi dinas perindustrian agar tidak hanya melakukan pembinaan terus menerus. “Tapi bagaimana pembinaan itu sudah diarahkan pada aspek rekayasa industri,” katanya. Artinya ada komponen teknologi yang menyertai standarisasi mutu produk UMKM yang bergerak di bidang industri. “Hanya dengan cara itu kita mampu bersaing,” kata Sultan.
BERNADA RURIT