Petani Nikmati Harga Padi yang Sedang Tinggi

Reporter

Editor

Selasa, 12 Januari 2010 12:09 WIB

TEMPO Interaktif, Kudus - Para petani di Kabupaten Kudus, Pati dan Grobogan sudah panen padinya. Harganya pun membaik, dibandingkan tahun lalu. Seperti yang terjadi di Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, para petani yang kebanyakan menjual ‘tebasan’ masih di tengah sawah, dihargai cukup tinggi, di atas ketentuan harga patokan pemerintah yang baru, yakni Rp 2.850 per kilogram.

Ketentuan HPP yang berlaku 1 Januari 2010 untuk beras kering panen Rp 2.640 per kg, gabah kering giling Rp 3.300 per kg dan harga beras setor ke Bulog Rp 5.060 per kg. “Kami menjualnya Rp 20 juta untuk satu hektare,” ucap Kaspono, petani Undaan Tengah, Kecamatan Undaan Kudus, dihubungi (12/1). Harga tahun silam, hanya berkisar Rp 14 juta per hektare.

Hasil panennya juga lebih baik, yang dulu hanya enam ton, sekarang naik menjadi delapan ton. Naiknya harga gabah kering panen, kata Sukardi, petani asal Desa Medini, Kecamatan Undaan, juga dipengaruhi permintaan beras luar kota cukup tinggi, terutama dari Jawa Barat dan Jakarta. “Tiap hari order pesanan 50 ton dari Jakarta dan Jawa Barat,” ucap Yudho Prasetyo, pengusaha penggilingan Desa Wates, Kecamatan Undaan Kudus. Padahal, di Undaan areal tanaman padi sekitar 6.000 hektare, dan baru 30 persennya panen.

Panen padi juga dialami petani di Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan, wilayah yang perbatasan dengan Kecamatan Undaan, Kudus. Mereka mampu melepas gabah kering panen (GKP ) Rp 2.900 per kilogram, padahal HPP yang mulai berlaku per awal Januari 2010 ditetapkan Rp 2.640 per kilogram. “Saya lebih suka jual dengan tebasan, pembeli potong padi sendiri di sawah,” ucap Sutopo, asal Desa Kradenan, Kecamatan Klambu, Grobogan.

Belum seluruh tanaman padi di Kecamatan Klambu dipanen. “Baru sekitar 30 persen dari luasan sekitar 8.000 hektare,” ujar Suradi, petani asal Desa Kradenan, Kecamatan Klambu, Kab Grobogan. Menurut Suradi, naiknya harga gabah disebabkan panen masih terbatas, sementara permintaan dari luar kota besar.Selain itu, kata Suradi, kadar air hasil panen relatif bagus karena hujan masih jarang. “Gabah hasil panen begitu dijemur tiga hari, langsung bisa diselep,” ujar Mahmudi, asal Desa Ngaringan, Grobogan. Panen raya diperkirakan terjadi pada pertengahan pertengahan Januari hingga Pebruari mendatang.

Advertising
Advertising

Sementara, di Desa Kosekan dan Desa Tanjang, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati juga memilih panen lebih awal karena lahan sawah di wilayah itu sudah mulai kebanjiran air setinggi sekitar 30 cm akibat luapan Sungai Juwana. Padahal, umur tanaman padi milik mereka masih berkisar 50-80 hari. “Daripada mati, lebih baik saya panen awal karena harga beras lagi baik, “ ucap Kurdi, petani asal Desa Kosekan, Kec. Gabus, Pati. Dari luas tanaman satu hectare, Kurdi hanya bisa memetik panen tiga ton, dan gabah tersebut segera dilepas dengan harga Rp 2.600 per kilogram.

BANDELAN

Berita terkait

Akademisi: Kesejahteraan Petani di Era Mentan SYL Terus Meningkat

8 Juni 2022

Akademisi: Kesejahteraan Petani di Era Mentan SYL Terus Meningkat

Peningkatan kesejahteraan dapat terlihat dari data BPS. Data FAO juga menunjukkan produksi beras di Indonesia melimpah, kedua terbanyak di Asia.

Baca Selengkapnya

Program Makmur Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Petani

9 September 2021

Program Makmur Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Petani

Tercatat sejumlah peningkatan antara lain produktivitas yang naik dari 34 persen menjadi 42 persen, serta bertambahnya pendapatan petani.

Baca Selengkapnya

Sebut Petani Saat Ini Tak Sejahtera, KRKP Jelaskan Indikatornya

13 Desember 2018

Sebut Petani Saat Ini Tak Sejahtera, KRKP Jelaskan Indikatornya

KRKP menyatakan target swasembada beras yang dicanangkan Jokowi sejak empat tahun lalu masih belum bisa mensejahterakan petani.

Baca Selengkapnya

Tanam Padi Pakai Metode Hazton, Panen Petani Sigi Meningkat Pesat

17 Maret 2018

Tanam Padi Pakai Metode Hazton, Panen Petani Sigi Meningkat Pesat

Budidaya padi dengan Metode Hazton berhasil meningkatkan hasil panen di Sigi, Sulawesi Tengah.

Baca Selengkapnya

Mentan Amran Keluhkan Pemuda Tak Ingin Jadi Petani

4 Januari 2018

Mentan Amran Keluhkan Pemuda Tak Ingin Jadi Petani

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan para petani di Indonesia banyak yang berusia tua dan sulit mendapatkan generasi penerus.

Baca Selengkapnya

Rembuk Petani Soroti Pemborosan Rp 45 Triliun Subsidi Pertanian

29 September 2017

Rembuk Petani Soroti Pemborosan Rp 45 Triliun Subsidi Pertanian

Hasil Rembuk Nasional Petani mengusulkan dilakukan audit terhadap subsidi pupuk, benih, dan alat pertanian yang tiap tahunnya mencapai Rp 45 triliun.

Baca Selengkapnya

Penyebab Petani Mataram Enggan Terima Bantuan Mesin Pemerintah

13 September 2017

Penyebab Petani Mataram Enggan Terima Bantuan Mesin Pemerintah

Petani di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, enggan menerima tiga unit mesin panen padi dengan ukuran besar yang merupakan bantuan dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Pekan Kontak Tani Nelayan Ditutup, Peserta Agar Pelopori Daerah

11 Mei 2017

Pekan Kontak Tani Nelayan Ditutup, Peserta Agar Pelopori Daerah

Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (Penas KTNA) di Banda Aceh berakhir dan para petani dan nelayan diharapkan menjadi pelopor di daerahnya.

Baca Selengkapnya

Kementerian Pertanian Siapkan Program Regenerasi Petani  

14 Januari 2017

Kementerian Pertanian Siapkan Program Regenerasi Petani  

Program tersebut untuk mencari bibit-bibit petani muda yang mampu menguasai teknologi pertanian serta berkompetensi di bidang informasi pertanian.

Baca Selengkapnya

1,4 Juta Petani di Jawa Tengah Punya Kartu Tani Tahun Ini

12 Januari 2017

1,4 Juta Petani di Jawa Tengah Punya Kartu Tani Tahun Ini

Sekitar 1.484.221 orang petani di Jawa Tengah akan mendapatkan kartu tani, sehingga tidak lagi terkendala stok pupuk saat masa pemupukan.

Baca Selengkapnya