Bantah Perintahkan Guru Telanjang, Kepala Sekolah Mojokerto Dikumpulkan
Rabu, 25 November 2009 14:22 WIB
TEMPO Interaktif, Mojokerto - Pemerintah Kabupaten Mojokerto mengumpulkan seluruh kepala sekolah, mulai tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, hingga Sekolah Menengah Atas di kantor Dinas Pendidikan. Mereka diberi penjelasan bahwa Bupati Mojokerto, Suwandie tidak pernah meminta kepala sekolah melakukan ritual telanjang melalui telepon.
"Permintaan itu tidak benar," kata Asisten I Bidang Pemerintahan Kabupaten Mojokerto, Akhmad Jazuli.
Sebelumnya, telah tersebar perintah melalui telepon kepada kepala sekolah di seluruh Kabupaten Mojokerto, agar kepala sekolah menggelar ritual telanjang dengan mengelilingi pasar. Si penelepon mengatakan dirinya adalah Asisten I Pemerintah Kabupaten Mojokerto, dan menjanjikan pengangkatan jabatan kepada guru yang berkenan melakukan ritual itu.
Jazuli menambahkan, sampai minggu kemarin, ada sekitar empat guru yang melakukan ritual gila tersebut. Tiga guru melakukan ritual pada hari Sabtu pekan kemarin (21/11), dan satu orang pada hari Minggu (22/11). Agar telepon gelap itu tidak menyebar, pemerintah Mojokerto sudah menyebar edaran ke seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Kecamatan agar perintah melalui telepon semacam itu tidak usah dihiraukan.
Menurut kesaksian Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pacet, Mashudi, hari Jumat dirinya mendapat telepon dari seseorang yang mengaku Asisten I pemkab Mojokerto. Dia diperintah mencarikan guru yang berbadan tinggi dan besar, untuk melakukan ritual telanjang, dengan mengecat seluruh badan dengan warna hitam, dan memakai anting-anting uang seratus perak.
Setelah itu, guru diminta menggelar ritual keliling pasar dengan menyebar uang recehan dan beras kuning. Katanya, lanjut Mashudi, ritual itu untuk memuluskan rekomendasi bupati yang akan maju sebagai calon bupati tahun depan. Si penelepon juga mengatakan, jika guru mau melakukan ritual itu, maka bupati akan menaikkan jabatanya.
Selain itu, penelepon juga mengancam akan menurunkan jabatan guru bersangkutan, jika perintah itu tidak dilaksanakan. "Beberapa guru ada yang percaya, beberapa tidak," terang dia. Hal sama juga dikatakan Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri Pacet, Suwandi. Ia mengaku hampir percaya dengan perintah itu. Tapi, setelah dikonfirmasi ke beberapa kawan, dan kantor dinas, "Saya urungkan niat itu."
Sekretaris Daerah Kabupaten Mojokerto, Budiyono menambahkan, telepon gelap yang mengatasnamakan pemerintah dengan meminta pegawai dinas, atau masyarakat melakukan ritual gila itu sudah dilaporkan kepada kepolisian. Dia menilai, pelaku sengaja ingin merusak kredibelitas bupati. "Bisa jadi ini iseng, kepentingan politis, atau lainya," terang dia.
Dia juga sudah memanggil kepala dinas pendidikan untuk dimintai keterangan. Empat korban penelepon gelap itu mengaku tidak sadar. Mereka kebanyakan malu setelah sadar telah berbuat gila seperti itu. "Kasihan mereka, mereka itu korban," katanya. Budiyono beranggapan, empat guru yang menjadi korban itu telah digendam melalui telepon.
MUHAMMAD TAUFIK