TNI Bentuk Yonif Penyangga Daerah Rawan di Papua, Bakal Sasar Wilayah Lain

Kamis, 3 Oktober 2024 06:17 WIB

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Maruli Simanjuntak berfoto bersama prajurit batalyon infanteri penyangga daerah rawan Papua selepas acara peresmian yonif penyangga di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Rabu (2/10/2024). ANTARA/Genta Tenri Mawangi.

TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia atau TNI telah membentuk kesatuan baru, Batalion Infanteri atau Yonif Penyangga Daerah Rawan di lima wilayah Papua untuk membantu program pemerintah dalam produksi pangan dan konstruksi. Kepala Staf TNI Angkatan Darat atau KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak menyebut, pembentukan batalion serupa bakal dilakukan di sejumlah wilayah lain.

"Ya betul, nanti akan banyak (daerah)," kata Maruli saat ditemui di Lapangan Silang Monas, Jakarta pada Rabu, 2 Oktober 2024.

Dia mengatakan, rencana pembentukan batalion baru itu sedang diatur oleh TNI perihal wilayah sasarannya. Maruli menyatakan, pembentukan batalion baru itu hanya akan dilakukan untuk daerah-daerah tertinggal.

"Sedang kami setting di mana kira-kira strategisnya di pertahanan dan membantu daerah tertinggal," kata Maruli.

Menurut Maruli, pembentukan batalion, seperti Yonif Penyangga Daerah Rawan di lima wilayah Papua ini dapat membantu pertumbuhan ekonomi daerah dan masyarakat setempat. Dia mengklaim, perputaran uang dapat terjadi dengan adanya batalion di wilayah tersebut.

Advertising
Advertising

"Kalau ada satu Batalion Penyangga Daerah Rawan, ini seribu lebih, paling tidak gaji lebih dari Rp 5 miliar akan berputar di sana," kata Maruli.

Selain itu, Maruli menyebut adanya pengerahan sekitar seribuan prajurit dalam batalion itu dapat menciptakan kegiatan informal untuk masyarakat setempat. TNI, kata dia, juga bisa membantu pemerintah daerah dalam pembangunan wilayah seperti pembuatan jalan hingga air bersih.

"Karena kalau tentara yang kerjakan jauh lebih murah," ujar Maruli.

Pengamat militer, Al Araf menilai pembentukan batalion baru oleh TNI ini sebagai langkah yang berlebihan. Menurut dia, TNI tidak perlu membentuk batalion baru jika ingin membantu tugas pemerintah daerah, seperti pembangunan wilayah dan ketahanan pangan.

"Bisa dilakukan dengan Operasi Militer Selain Perang," kata Al Araf ketika dihubungi, Rabu, 2 Oktober 2024.

Operasi Militer Selain Perang itu, ujarnya, telah diatur dalam Undang-undang TNI. Karena itu, menurut Al Araf, alih-alih membentuk batalion baru, TNI semestinya cukup meminta presiden membuat Keppres untuk mengerahkan kekuatan militer dalam tugas tersebut.

"Tidak perlu dengan membentuk batalion-batalion itu, menurut saya itu berlebihan," kata Maruli.

Pilihan Editor: Panglima TNI Resmikan Pembentukan Batalion Infanteri Penyangga Daerah Rawan di Lima Wilayah Papua

Berita terkait

TNI Bentuk Batalion Baru di Papua, Pengamat Militer: Pola Pendekatan Keamanan Tak Jawab Persoalan

3 jam lalu

TNI Bentuk Batalion Baru di Papua, Pengamat Militer: Pola Pendekatan Keamanan Tak Jawab Persoalan

Pembentukan batalion TNI ini dinilai mencerminkan sikap pemerintah yang masih menganggap wilayah Papua sebagai daerah konflik.

Baca Selengkapnya

KSAD Sebut Pembentukan Yonif Penyangga Daerah Rawan di Papua Ide Prabowo

4 jam lalu

KSAD Sebut Pembentukan Yonif Penyangga Daerah Rawan di Papua Ide Prabowo

Kesatuan baru Yonif Penyangga Daerah Rawan bakal dikerahkan di lima wilayah di Papua.

Baca Selengkapnya

TNI Buka 5 Batalyon di Daerah Rawan Papua untuk Dukung Program Ketahanan Pangan

13 jam lalu

TNI Buka 5 Batalyon di Daerah Rawan Papua untuk Dukung Program Ketahanan Pangan

TNI mendirikan lima batalyon infanteri penyangga daerah rawan di lima daerah Papua untuk mendukung program ketahanan pangan pemerintah.

Baca Selengkapnya

Gagasan Angkatan Kelima PKI yang Ditentang TNI AD, Pemicu Peristiwa G30S?

17 jam lalu

Gagasan Angkatan Kelima PKI yang Ditentang TNI AD, Pemicu Peristiwa G30S?

Penyebab G30S masih samar hingga hari ini, tapi sebelum meletusnya peristiwa tersebut muncul gagasan Angkatan Kelima dari PKI yang ditentang TNI AD.

Baca Selengkapnya

TNI Terima 764 Alpalhankam dari Kementerian Pertahanan

18 jam lalu

TNI Terima 764 Alpalhankam dari Kementerian Pertahanan

Alpalhankam yang diterima TNI bakal didistribusikan kepada tiga matra militer, yakni TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara.

Baca Selengkapnya

Panglima TNI Resmikan Pembentukan Batalion Infanteri Penyangga Daerah Rawan di Lima Wilayah Papua

18 jam lalu

Panglima TNI Resmikan Pembentukan Batalion Infanteri Penyangga Daerah Rawan di Lima Wilayah Papua

Yonif baru iitu dibentuk secara khusus untuk mendukung keamanan dan pembangunan daerah rawan di Papua.

Baca Selengkapnya

Pesawat Smart Air Tergelincir di Intan Jaya Papua, Polisi Selidiki Penyebabnya

19 jam lalu

Pesawat Smart Air Tergelincir di Intan Jaya Papua, Polisi Selidiki Penyebabnya

Berdasarkan video dari tempat kejadian perkara, sayap bagian kiri pesawat Smart Air itu terlihat menubruk pepohonan.

Baca Selengkapnya

Setahun Setelah G30S Penetapan Hari Kesaktian Pancasila

1 hari lalu

Setahun Setelah G30S Penetapan Hari Kesaktian Pancasila

Setiap 1 Oktober diperingati sebagai hari Kesaktian Pancasila, bagaimana asal-usulnya?

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Komunikasi dengan WNI di Lebanon soal Kemungkinan Evakuasi

1 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Komunikasi dengan WNI di Lebanon soal Kemungkinan Evakuasi

Total ada 159 WNI yang saat ini menetap di Lebanon. Kementerian Luar Negeri RI sudah menyampaikan langkah-langkah jika terjadi evakuasi

Baca Selengkapnya

Edison Gwijangge Harap Anggota DPR Baru Beri Atensi ke Penanganan Konflik Papua

1 hari lalu

Edison Gwijangge Harap Anggota DPR Baru Beri Atensi ke Penanganan Konflik Papua

Edison berharap anggota DPR yang baru dilantik bisa memberi atensi lebih untuk penanganan konflik di Papua.

Baca Selengkapnya