Asia Tenggara Jadi Hub LNG Dunia, PIS Ambil Peluang Pertumbuhan
Selasa, 1 Oktober 2024 14:42 WIB
INFO NASIONAL – Asia Tenggara kini menjadi salah satu hub utama perdagangan LNG dunia. Momentum ini siap di manfaatkan PT Pertamina International Shipping (PIS) untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor.
Direktur Tanker Minyak Mentah dan Minyak Bumi PIS, Brilian Perdana mengatakan, kebutuhan LNG dunia akan terus meningkat sekitar 5 persen per tahun dan akan mencapai 666 mtpa (million tonnes per annum) pada 2033. Untuk memenuhi permintaan tersebut, diperkirakan butuh 100 kapal baru dalam 9 tahun mendatang.
“Itu sebabnya kami berusaha meremajakan usia armada kami. Pada saat bersamaan, kami juga terbuka dan berusaha mengadopsi teknologi terbaru yang lebih ramah lingkungan baik dari segi efisiensi maupun konsumsi untuk memenuhi tingginya kebutuhan tersebut," ujarnya saat menghadiri forum Gastech 2024, di Amerika Serikat, pada September lalu.
Saat ini, LNG sudah terbukti dapat menjadi sumber energi alternatif dengan emisi yang lebih rendah dari sumber energi lainnya. Apalagi komoditas ini juga memiliki peranan penting dalam mendukung transisi energi.
Dalam mengantisipasi hal tersebut, Brilian mengatakan, PIS bersiap memasuki pasar LNG dengan memiliki kapal pengangkut LNG. Kapasitas dan portfolio PIS sebagai perusahaan maritim logistik di pasar internasional menjadi modal kuat PIS untuk berkontribusi dalam upaya penyediaan energi yang ramah lingkungan ini.
Kata Brilian, pihaknya tidak hanya menyiapkan armada tanker, tetapi juga terus mengembangkan kapasitas dan kapabilitas pelaut Indonesia untuk bisa bersaing di kancah global. "Saat ini 60 persen pelaut di dunia disumbang dari Filipina dan Indonesia. jadi dari sisi populasi, kita telah memiliki potensi untuk terus dikembangkan dan ditingkatkan kapasitas para pelautnya,” kata dia.
Director Deputy Head Drewry Maritime Services Asia Pte Ltd, Jayendu Krishna mengatakan, kawasan Asia Tenggara mencatat pertumbuhan yang stabil setiap tahunnya yakni lebih dari 4 persen. Dari pertumbuhan tersebut, Asia Tenggara mencatat jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$ 3,4 triliun.
"Tentunya, ada harapan pertumbuhan yang sangat baik untuk kawasan ini, dan kami mengharapkan pertumbuhan di atas 4 persen untuk seluruh Asia Tenggara," kata Krishna.
Dengan pencapaian itu, PDB Asia Tenggara dapat menjadi yang terbesar kelima di dunia setelah Amerika Serikat, China, Jepang, dan Jerman. Krishna menilai, kesempatan PIS untuk berada di garis depan sektor energi bersih sangat terbuka lebar. Menurutnya, PIS memiliki armada yang besar dan maju.
"PIS memiliki potensi untuk menjadi pelopor dalam upaya dekarbonisasi. Menentukan cara yang tepat untuk mendekarbonisasi dan dampak target terhadap perubahan iklim adalah perhatian paling mendesak di industri saat ini," kata dia. (*)