Peringatan Hari Tani Nasional, Jokowi Disebut Tak Jalankan Konstitusi Agraria

Selasa, 24 September 2024 13:52 WIB

Ribuan petani saat melakukan aksi demo memperingati Hari Tani Nasional ke-64 di kawasan Patung Kuda, Monas, Jakarta, Selasa 24 September 2024. Dalam aksinya buruh dan petani menyatakan sikap terkait Reforma Agraria yang dianggap memperlebar ketimpangan agraria. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan Rakyat Lawan Perampasan Tanah atau Geram Tanah menyerukan penyelamatan konstitusi dan menjalankan reforma agraria dalam memperingati Hari Tani Nasional, yang jatuh pada 24 September 2024. Menurut Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria, Dewi Kartika, selama kepemimpinan dua periode Jokowi, agenda konstitusi agraria itu tak dijalankan.

"Sayangnya, agenda konstitusi yang bertujuan untuk menciptakan tatanan agraria yang adil dan mensejahterakan petani melalui reforma agraria tidak dijalankan," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa, 24 September 2024.

Di sisi lain, ia mengatakan bahwa pemerintah serta pemodal justru semakin gencar melestarikan penindasan terhadap para petani. Penindasan itu, katanya, berakibat buruk pada kesejahteraan kebanyakan petani di Tanah Air.

"Petani tidak memiliki tanah, pengetahuan, sarana produksi, teknologi, infrastruktur yang memadai dan pasar yang melindungi," ucapnya.

Ia menuturkan dampak yang dialami petani itu yang menjadi sumber utama masalah mengapa Indonesia tak bisa terbebas dari kemiskinan dan krisis sistemik lainnya. "Kami juga hendak menyampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa sepanjang satu dekade ini telah terjadi kejatahan sistematis terhadap konstitusi agraria," ucap Dewi.

Advertising
Advertising

Tak hanya abai terhadap konstitusi agraria, Dewi mengungkapkan, kepala negara telah merusak sendi-sendi demokrasi dan reformasi. Dia menyebut, masih adanya ancaman terhadap kebebasan petani dalam berserikat yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi.

"Pemerintahan ini telah mengkhianati reformasi yang susah payah dibangun oleh darah dan keringat rakyat pada 1998," katanya.

Menurut dia, pelemahan demokrasi oleh pemerintah ini bertujuan untuk mempermudah kroni kekuasaan yang bekerja sama dengan pengusaha, agar bisa merampas tanah petani. Pemerintah juga, katanya, telah berkolaborasi untuk terus-menerus merampas kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, hutan, hingga wilayah masyarakat adat.

Karena itu, ia mewakili para petani, nelayan, buruh, hingga masyarakat adat menuntut pemerintah agar menjalankan reforma agraria secepat mungkin. Sebab, ujarnya, hal itu telah diamanatkan dalam konstitusi serta Undang-undang Pokok Agraria 1960.

Pilihan editor: Semakin Kuat di Pilkada Banten, Airin-Ade Dapat Dukungan Tambahan Dari Tiga Partai

Berita terkait

Jokowi Mendarat Pertama Kali di Bandara IKN: Mulus Banget Sih Turunnya

4 menit lalu

Jokowi Mendarat Pertama Kali di Bandara IKN: Mulus Banget Sih Turunnya

Presiden Jokowi mengatakan bahwa pembangunan bandara ini berjalan baik.

Baca Selengkapnya

Proyek Tebu Merauke di Pemerintahan Jokowi, Hutan Papua Dirusak

10 menit lalu

Proyek Tebu Merauke di Pemerintahan Jokowi, Hutan Papua Dirusak

Proyek lahan tebu di Merauke oleh pemerintahan Presiden Jokowi ikut merusak hutan di Papua.

Baca Selengkapnya

Petani Gelar Aksi Sebut Kementerian Agraria Fasilitasi Investor Rampas Tanah Rakyat

46 menit lalu

Petani Gelar Aksi Sebut Kementerian Agraria Fasilitasi Investor Rampas Tanah Rakyat

Organisasi petani menggelar aksi di depan kantor ATR/BPN yang dianggap fasilitasi investor merampas tanah rakyat.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Sejarah Hari Tani Nasional

51 menit lalu

Kilas Balik Sejarah Hari Tani Nasional

Setiap tanggal 24 September diperingati sebagai Hari Tani Nasional dan menjdi sebuah momen untuk mengenang perjuangan petani dan penderitaan yang mereka alami.

Baca Selengkapnya

PSN Era Jokowi Rampas 571 Ribu Hektare Tanah Rakyat, KPA Desak Evaluasi

1 jam lalu

PSN Era Jokowi Rampas 571 Ribu Hektare Tanah Rakyat, KPA Desak Evaluasi

Proyek strategis nasional (PSN) di era pemerintahan Jokowi merampas 571 ribu hektare tanah rakyat. Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) desak evaluasi.

Baca Selengkapnya

Soal Ekspor Pasir Laut, Ini Ragam Pendapat Petinggi Gerindra, Eks Menteri, Aktivis, dan Akademisi

1 jam lalu

Soal Ekspor Pasir Laut, Ini Ragam Pendapat Petinggi Gerindra, Eks Menteri, Aktivis, dan Akademisi

Mereka meminta kebijakan ekspor pasir laut ditunda atau dibatalkan karena bakal berdampak terhadap lingkungan dan sosial.

Baca Selengkapnya

Absen dari Panggilan Pansus Haji, Menag Yaqut Ada di Mana?

2 jam lalu

Absen dari Panggilan Pansus Haji, Menag Yaqut Ada di Mana?

Jubir Kemenag membantah tuduhan bahwa Menag Yaqut Cholil Qoumas mangkir dari panggilan Pansus Haji.

Baca Selengkapnya

Gerindra Minta Kebijakan Jokowi soal Ekspor Pasir Laut Ditunda, Apa Alasannya?

2 jam lalu

Gerindra Minta Kebijakan Jokowi soal Ekspor Pasir Laut Ditunda, Apa Alasannya?

Desakan Partai Gerindra untuk menunda ekspor pasir laut ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tentang menjaga kelestarian ekosistem laut Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bobby Singgung Jalan Sumut Tak Rata dan Edy Rahmayadi Sebut Mulyono, Ini Beda Jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten

2 jam lalu

Bobby Singgung Jalan Sumut Tak Rata dan Edy Rahmayadi Sebut Mulyono, Ini Beda Jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten

Calon Gubernur Sumut Bobby Nasution dan Edy Rahmayadi saling sindir soal jalan tidak mulus, ini bedanya jalan nasional, provinsi dan kabupaten/ kota.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Ingin Alihkan Jalur Masuk Impor di Ujung Pemerintahan Jokowi

2 jam lalu

Zulhas Tak Ingin Alihkan Jalur Masuk Impor di Ujung Pemerintahan Jokowi

Zulhas mengaku tak ingin mengejar realisasi pengalihan jalur masuk tujuh komoditas impor ke Indonesia Timur di ujung pemerintahan Jokowi.

Baca Selengkapnya