Pidato Prabowo di Kongres PAN: Haus Kekuasaan hingga Nilai 11 dari 100
Reporter
Aisyah Amira Wakang
Editor
Andry Triyanto Tjitra
Senin, 26 Agustus 2024 08:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden terpilih Prabowo Subianto menyampaikan pidatonya pada acara penutupan Kongres ke-6 Partai Amanat Nasional (PAN) di Hotel Kempinski, Jakarta, pada Sabtu, 24 Agustus 2024.
Dalam pidatonya, Menteri Pertahanan itu menyinggung soal haus kekuasaan, mengungkit kembali nilai 11 dari 100 hingga hubungannya dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Berikut pernyataan Prabowo terkait ketiga hal tersebut.
Haus kekuasaan
Prabowo mengatakan, untuk menjalankan politik dibutuhkan kekuasaan. Namun, pihak yang terlalu haus akan kekuasaan dapat merugikan masyarakat.
"Politik adalah suatu kehendak untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Itu arti politik yang diajarkan di fakultas. Keinginan, kehendak untuk memperbaiki kehidupan rakyat," ucap Prabowo.
Seseorang yang ingin berkecimpung di dunia politik, kata Prabowo, harus mendapatkan dukungan publik dan mengetahui perbaikin apa saja yang diinginkan publik. Dalam pelaksanaannya nanti, politik dapat mengatur kekuasaan.
"Dan karena ingin menjalankan politik untuk memperbaiki keinginan rakyat, perlu untuk berkuasa. Perlu untuk mendapat kekuasaan," ujarnya.
Menurut Prabowo, politikus yang baik dapat meraih kekuasaan atas izin dari rakyat. Prabowo menyebut itu yang dilakukan oleh seluruh partai politik. Namun, masih ada pihak yang haus akan kekuasaan.
"Mereka-mereka yang terlalu haus dengan kekuasaan, dan kadang-kadang kekuasaan itu hendak dibeli, hendak diatur oleh kekuatan-kekuatan lain, kekuatan-kekuatan di luar kepentingan rakyat, nah ini yang bisa mengganggu dan bahkan merugikan suatu bangsa," kata dia.
Nilai 11 dari 100
Prabowo bercerita dalam sejarahnya, Indonesia selalu diganggu oleh kekuatan asing yang membuat masyarakatnya terpecah belah. Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat tetap rukun dan damai.
“Rakyat kita butuh golongan elite yang bisa rukun, bisa bersatu bukan selalu mencari-mencari kesalahan. Semua tokoh atau pemipin pasti ada kesalahan," kata Prabowo di sambut riuh kader PAN.
Menteri Pertahan itu mengaku tahu kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat oleh para tokoh. “Mau buka-bukaan? Hah? mau?" tanya Prabowo. “Jangan, karena kita ini ingin yang terbaik. Rayat butuh ketenangan, rakyat butuh kedamaian, rakyat butuh kerukunan, rakyat butuh pemimpin-pemimpinnya bekerja sama.”
Prabowo kemudian menyinggung ciri pemimpin yang baik, yakni seorang pejuang yang harus berani dan tidak memiliki dendam. Ia kemudian mengungkit nilai 11 dari 100. Meski tidak menyebut nama, diketahui nilai 11 itu diberikan oleh Anies Baswedan kepadanya saat debat calon presiden 2024 pada Ahad, 7 Januari 2024 di Istora Senayan.
“Jadi, saya enggak ada masalah. Saya diberi nilai 11. enggak apa-apa. Sungguh, karena rakyat saya memberi nilai saya 58,58 persen,” ucapnya yang mengaku tak memiliki dendam.
Dalam sesi saling bertanya antar capres, Anies mulanya meminta Ganjar memberi nilai terhadap kinerja Kemenhan. Ganjar pun memberikan angka 5 untuk kinerja kementerian tersebut.
Menanggapi Ganjar, Anies menyampaikan kinerja Kemenhan tak optimal karena banyak kebijakan yang dianggapnya belum memihak pada prajurit TNI serta mengkritisi langkah pembelian alutsista bekas.
Anies menjelaskan bahwa kesejahteraan prajurit TNI lebih baik di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketimbang kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Hal ini karena saat itu kenaikan gaji prajurit TNI terjadi sembilan kali.
Selanjutnya: Hubungannya dengan Jokowi
<!--more-->
Hubungannya dengan Jokowi
Dalam kesempatan itu, Prabowo juga mengklaim hubungannya dengan Presiden Jokowi baik-baik saja.
Awalnya, Prabowo membahas keputusan dia yang hanya ingin bekerja menuntaskan permasalahan negara tanpa terlalu ingin diekspos oleh media. Ia tak ingin bercakap-cakap manis di depan kamera tanpa hasil nyata.
Di penutupan Kongres PAN, Prabowo merasa ingin menyampaikan keresahan hatinya. Ia menolak isu yang menyatakan hubungannya dengan Presiden Jokowi retak.
"Ternyata Prabowo dan Jokowi sudah retak, retak di mana retaknya? Selalu mau adu domba," ucapnya.
Prabowo bercerita hubungannya dengan Jokowi dulu adalah memang seperti dua kubu. Jokowi pernah menjadi lawan politik Prabowo saat Pilpres 2014 dan 2019. Di masa-masa itulah, Prabowo mengalami kekalahan dua kali dari Jokowi.
Namun, Prabowo mengungkap saat ini mereka bisa bekerja sama, sebab mereka mencintai rakyat Indonesia. Prabowo mengatakan telah melihat lebih jauh kinerja Jokowi dari dekat dan dia sudah mengakuinya.
"Setelah saya lihat dari dekat pekerjaan beliau, kenapa? Saya heran ya. Selalu dicari-cari kesalahan. Dan ini kita mengalami. Nanti kalau enggak, dicari-cari lewat keluarga dan sebagainya," ucapnya.
Prabowo mengatakan pemerintah selalu melakukan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan. Semua kelompok sudah dilibatkan. Sebab, pemerintah paham masyarakat butuh pemimpin yang rukun.
"Kalau sudah dapat kebaikan, enggak ada masalah aklamasi. Justru rukun. Itu yang didambakan oleh rakyat kita. Kerukunan di antara pemimpin-pemimpin kita," kata dia.
Pada pidato penutupan Kongres PAN, Prabowo berterima kasih kepada partai berlambang matahari dengan 32 sinar itu karena telah setia mendampinginya dan Partai Gerindra.
PAN dan Gerinda, kata Prabowo, sudah seperti sahabat sejati bahkan saudara. Karena itu, dalam kesempatan Kongres PAN kali ini, Prabowo ingin mengungkapkan rasa terima kasih.
“Pertama dari isi hati saya, terima kasih PAN,” ujarnya.
Ucapan itu langsung disambut riuh oleh kader PAN, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan atau Zulhas bahkan ikut berdiri dan bersorak. “Prabowo, Prabowo, Prabowo,” ucap kader PAN serentak.
“Terima kasih atas kesetianmu, terima kasih atas engkau yang selalu berada di sebelahku. Terima kasih walaupun kita mengalami kekalahan berkali-kali, kau tetap di sebelahku,” lanjut Prabowo.
Pendiri Partai Gerindra itu pernah gagal empat kali saat maju sebagai calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Pertama, saat dia mencalonkan sebagai bakal calon presiden Indonesia dari Partai Golkar pada konvensi Capres Golkar tahun 2004. Lalu, saat pemilihan presiden tahun 2009, 2014, dan 2019.
Pilihan Editor: Usai Muktamar, PKB Nyatakan Resmi Dukung Pemerintahan Prabowo