Wawancara Keluarga Korban Bom Bali: 4 Bulan Menanti Kabar Suami yang Jadi Korban, Tak Mudah Pulih dari Trauma

Kamis, 8 Agustus 2024 09:25 WIB

Puing-puing bangunan dan mobil di sekitar Sari Club pasca ledakan bom di Jl. Legian, Kuta, Bali, 16 Oktober 2002. DOK/TEMPO/Hariyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Masih lekat diingatan Ni Luh Erniati saat suaminya Gede Badrawan ikut menjadi korban ledakan Bom Bali I saat bekerja di Sari Club (SC) Jalan Legian, Kuta, Bali pada 12 Oktober 2002.

Badrawan meninggal dunia di usianya yang ke-31 tahun, malam itu Erniati menuturkan Badrawan tengah bekerja di Sari Club. Ia meninggalkan istri dan dua anaknya yang saat itu masih berusia sembilan tahun dan satu setengah tahun.

Sebelumnya, saat berita pemboman di Legian itu beredar, ia sempat berkeyakinan bahwa sang suami masih hidup sampai ia melihat sendiri kondisi lokasi kejadian.

“Begitu sampai di sana, melihat apa yang terjadi di Sari Club. Saya lihat bagaimana sukarelawan di sana membantu evakuasi korban, dan apa yang saya bilang dalam hati bahwa suami saya masih hidup itu sudah hilang, sudah nggak mungkin lagi,” kata dia ditemui Tempo pada Selasa, 6 Agustus 2024.

Ketua Yayasan Penyintas Indonesia (YPI) Bali itu mengungkapkan, butuh waktu hingga empat bulan sampai jenazah sang suami berhasil diidentifikasi dokter forensik.

Advertising
Advertising

“Saya dapat informasi yang jelas tentang almarhum itu, setelah empat bulan, jadi selama empat bulan itu saya menanti. Menanti kalau tiba-tiba suami saya pulang,” ia menambahkan, “Saya cuma bisa nanya satu, dok gimana kondisinya, saya nggak kebayang kan, nggak kebayang sama sekali, dan dokter jawab, itu tujuh puluh persen (yang tersisa),” kata dia.

Untuk menerima situasi itu, dia mengaku, bukan perkara mudah terlebih ia harus memikul peran ganda sebagai orang tua.

“Saya yang dulunya sebagai ibu rumah tangga biasa, tiba-tiba harus jadi bapak sekaligus jadi orang tua tunggal, saya harus kerja, saya harus menjaga mereka juga, sedangkan mereka masih kecil-kecil, itu situasi yang sangat berat,” ujarnya.

Besarnya trauma yang ditinggalkan membuat Erniati menjalani konseling untuk bisa pulih. “Saya juga harus ke konseling, ke psikiater ke psikolog, dan harus minum obat beberapa lama, anak-anak juga saya konselingin. Dampaknya keras banget. Anak saya yang pertama itu, kan dia sekolah di Kuta, dia dapat bintang kelas, tapi setelah kejadian ketika saya ajak pindah ke sini ternyata dia itu nggak bisa nulis, nggak kebaca,” kata dia membongkar memori lama.

Hingga pada 2003, ia memutuskan pergi ke Denpasar, bersama kelima rekannya mengikuti pelatihan dan belajar cara menjahit. Bermula dari sana Erni mulai mengumpulkan modal untuk membuka usaha garmen sendiri.

“Akhirnya saya kembali ke Denpasar, karena dikampung nggak tahu harus ngapain, saya memulai kerja bersama teman-teman yang juga sama nasibnya dengan kita, itu belajar jahit. Sampai akhirnya itu saya geluti terus, sampai akhirnya mendapatkan penghasilan. Sampai sekarang,” ujarnya.

Di tahun yang sama Erniati bersama lima keluarga korban lainnya juga membentuk sebuah wadah bagi para keluarga korban Bom Bali I yang mereka namakan Isana Dewata.

“Kita kasih nama Isana Dewata, Istri, Anak, Suami Dewata gitu, kami berkumpul. Itu awalnya cuma korban-korban tidak langsung, yang suaminya meninggal, yang istrinya meninggal sama anak-anak, kemudian berkembang kita gabung, udah dapat kan kontak-kontak korban langsung akhirnya kita ngumpul jadi satu. Di tahun 2016 kita sepakat nih, teman-teman Jakarta datang, kenapa kita nggak bikin satu, jadi jangkauannya lebih luas, terbentuklah YPI,” katanya.

Lebih lanjut ia berharap agar pemerintah senantiasa memberikan perhatian kepada para penyintas, sebab banyak di antara mereka yang memerlukan perawatan hingga seumur hidup. “Harapan kami agar pemerintah memperhatikan penyintas itu tidak hanya sampai disini (pemberian kompensasi), artinya berkelanjutan lah. Terutama untuk medis, karena teman-teman penyintas itu masih banyak yang perlu perawatan, bahkan sampai seumur hidup mereka,” kata Erniati.

Dalam kesempatan itu, Erniati juga menyampaikan upaya-upaya yang dilakukan penyintas untuk mencegah terjadinya serangan serupa dengan melakukan kampanye perdamaian.

“Kami penyintas juga tidak diam, tidak hanya pemerintah yang berusaha menahan agar tidak terjadi, tapi penyintas juga. Kami melakukan kampanye perdamaian bekerja sama dengan Aliansi Indonesia Damai namanya di Jakarta. Kami datang ke sekolah-sekolah, bertemu dengan mantan pelaku untuk sebuah perdamaian," ujarnya.

Selanjutnya: Peristiwa Bom Bali

Berita terkait

Hakim Vonis Bebas Nyoman Sukena, Kronologi Kasus Landak Jawa

7 jam lalu

Hakim Vonis Bebas Nyoman Sukena, Kronologi Kasus Landak Jawa

Majelis Hakim PN Denpasar vonis bebas I Nyoman Sukena dalam kasus pelihara landak Jawa. Berikut kronologi kasusnya?

Baca Selengkapnya

Hakim Vonis Bebas Nyoman Sukena Pemelihara Landak Jawa dan Pulihkan Martabatnya

8 jam lalu

Hakim Vonis Bebas Nyoman Sukena Pemelihara Landak Jawa dan Pulihkan Martabatnya

Nyoman Sukena, pemelihara empat ekor Landak Jawa, divonis bebas setelah didakwa melanggar UU tentang Konservasi

Baca Selengkapnya

Garuda Indonesia Sepakati Kerja Sama Strategis di Bali International Air Show 2024, Apa Saja?

9 jam lalu

Garuda Indonesia Sepakati Kerja Sama Strategis di Bali International Air Show 2024, Apa Saja?

Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan kesempatan Indonesia menjadi tuan rumah harus dimanfaatkan dengan optimal.

Baca Selengkapnya

Pembangunan Lift di Pantai Kelingking Nusa Penida jadi Kontroversi, Wisatawan Khawatir Keindahannya Rusak

16 jam lalu

Pembangunan Lift di Pantai Kelingking Nusa Penida jadi Kontroversi, Wisatawan Khawatir Keindahannya Rusak

Daya tarik utama Pantai Kelingking tidak hanya terletak pada pemandangannya, tetapi juga perjalanan menuju pantai yang penuh tantangan.

Baca Selengkapnya

Han Hyo Joo Syuting Drama Baru di Bali, Dapat Nasi Tumpeng

1 hari lalu

Han Hyo Joo Syuting Drama Baru di Bali, Dapat Nasi Tumpeng

Aktris Korea Selatan Han Hyo Joo diketahui sedang berada di Bali untuk syuting drama baru dan membagikan foto nasi tumpeng yang didapatnya.

Baca Selengkapnya

Kedatangan WNA ke Bali Tahun Ini Meningkat 22,6 Persen

1 hari lalu

Kedatangan WNA ke Bali Tahun Ini Meningkat 22,6 Persen

Selain karena tingginya daya tarik Bali di mata internasional, kemudahan pengajuan visa melalui platform online evisa.imigrasi.go.id juga menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap tren peningkatan kedatangan WNA.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Arsjad Rasjid Optimistis Selasa Sudah Temukan Kantor Lain, Susi Pudjiastuti Menangis di X Jokowi Buka Ekspor Pasir Laut

2 hari lalu

Terpopuler: Arsjad Rasjid Optimistis Selasa Sudah Temukan Kantor Lain, Susi Pudjiastuti Menangis di X Jokowi Buka Ekspor Pasir Laut

Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengaku optimistis Selasa pekan depan timnya bisa menemukan tempat lain untuk berkantor.

Baca Selengkapnya

Aeroflot Rusia Buka Penerbangan Langsung Moskow-Denpasar Mulai 17 September

3 hari lalu

Aeroflot Rusia Buka Penerbangan Langsung Moskow-Denpasar Mulai 17 September

Aeroflot meningkatkan frekuensi penerbangan langsung (direct flight) untuk rute Moskow (SVO) - Denpasar (DPS) mulai 3 Oktober 2024

Baca Selengkapnya

KPU Bali Gelar Lomba Mural Jelang Pilkada 2024, Ini Alasannya

5 hari lalu

KPU Bali Gelar Lomba Mural Jelang Pilkada 2024, Ini Alasannya

KPU Bali menilai tepat penggunaan seni rupa sebagai media sosialisasi Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Orang Tua Perlu Siapkan Hal Ini Saat Melepas Anak Naik Sepeda Listrik ke Sekolah

5 hari lalu

Orang Tua Perlu Siapkan Hal Ini Saat Melepas Anak Naik Sepeda Listrik ke Sekolah

Kemampuan anak dalam mengendarai sepeda, khususnya sepeda listrik, tidak bisa dianggap remeh.

Baca Selengkapnya