Kelakar Bamsoet soal Sistem Politik: Integritas hingga Kualitas Kurang Berarti Tanpa 'Isi Tas'

Selasa, 16 Juli 2024 19:01 WIB

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) bersama jajaran mengunjungi Wakil Presiden RI ke-6 Try Sutrisno dalam rangka silahturahmi kebangsaan di kediamanya, Menteng, Jakarta, 20 Mei 2024. Bamsoet mengatakan safari politik tersebut untuk melakukan rekonsiliasi nasional setelah pemilihan Presiden 2024, MPR juga berencana akan mengunjungi Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri hingga Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). TEMPO/ Febri Angga Palguna

TEMPO.CO, Jakarta -Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR RI, Bambang Soesatyo alias Bamsoet berbicara soal sistem politik dan demokrasi di Indonesia. Hal itu ia sampaikan saat bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY di Kantor DPP Demokrat, Jakarta pada Selasa, 16 Juli 2024.

Menurut dia, sistem politik dan demokrasi Tanah Air saat ini sudah memerlukan evaluasi. Ia mengatakan, negara harus menilai apakah demokrasi saat ini lebih banyak manfaat atau malah mudarat bagi masyarakat.

Ihwal kualitas sistem politik dan demokrasi, Bamsoet menyinggung anak-anak muda yang memiliki kualitas hingga berintegritas namun justru gagal melenggang ke Senayan. "Ternyata ada yang lupa, 'isi tas'," kata Bamsoet berkelakar seusai bersilahturahmi dengan Ketum Partai Demokrat, AHY, Selasa, 16 Juli 2024. Akan tetapi dalam acara tersebut, Bamsoet tidak menyebutkan lebih lanjut makna "isi tas" tersebut

Bamsoet juga menyoroti pelaksanaan pemilu serentak pada 2024 ini, mulai dari pemilihan presiden (pilpres), pemilihan legislatif (pileg) hingga perhelatan pemilihan kepala daerah. Menurut dia, pelaksanaan pilpres dan pileg berbarengan itu justru menciptakan kualitas pemilu yang tidak diharapkan. "Kemarin-kemarin orang fokus di pilpres, hingga lupa kalau pileg juga perlu memilih orang yang bagus," ujar Bamsoet.

Selain itu, Bamsoet juga berbicara soal pembiayaan partai politik oleh negara. Ia mengatakan, biaya partai politik perlu ditingkatkan, sesuai dengan kajian Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK. Saat ini partai politik yang ada di pusat hanya mendapatkan Rp 1.000 per suara dan di daerah mendapatkan Rp 1.200 per suara.

Advertising
Advertising

Berdasarkan kajian lembaga antirasuah itu, idealnya suatu negara membiayai partai politik yaitu Rp 10.000 per suara. "Untuk mengurangi korupsi dan masalah lain. Tapi negara belum mampu memberikan biaya segitu," ucapnya.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono juga berbicara soal biaya politik. Dia mewanti-wanti agar biaya politik tidak semakin mahal di masa mendatang. "Tapi kami juga menyadari pada akhirnya ingin menghadirkan para pemimpin dan wakil rakyat yang memiliki kapasitas baik," ujarnya.

Pilihan Editor:

Kemenag Persilakan Pansus Buktikan soal Dugaan Korupsi dalam Pengalokasian Kuota Tambahan Haji

Berita terkait

Top 3 Dunia: Jurnalis Gaza Tewas hingga Israel Culik Warga Lebanon

1 hari lalu

Top 3 Dunia: Jurnalis Gaza Tewas hingga Israel Culik Warga Lebanon

Berita Top 3 Dunia pada Ahad 3 November 2024 diawali oleh jumlah jurnalis Palestina yang terbunuh dalam serangan Israel di Jalur Gaza

Baca Selengkapnya

Jelang Pilpres, Banyak Warga Amerika Serikat Ingin Pindah Keluar Negeri

2 hari lalu

Jelang Pilpres, Banyak Warga Amerika Serikat Ingin Pindah Keluar Negeri

Sejak debat Biden-Trump pada Juni, terdapat lonjakan 900 persen warga Amerika Serikat yang ingin pindah ke luar negeri

Baca Selengkapnya

AS Tuduh Rusia Sebarkan Video Hoaks Soal Pemilu AS

3 hari lalu

AS Tuduh Rusia Sebarkan Video Hoaks Soal Pemilu AS

Rusia dituduh menyebarkan video hoaks tentang imigran Haiti yang ikut memilih di pemilu AS.

Baca Selengkapnya

Sebut KPU Habiskan Uang Negara, Anggota Baleg DPR Usul Komisi Pemilihan Jadi Lembaga Adhoc 2 Tahun

4 hari lalu

Sebut KPU Habiskan Uang Negara, Anggota Baleg DPR Usul Komisi Pemilihan Jadi Lembaga Adhoc 2 Tahun

Saleh menilai, adanya KPU ini hanya menghabiskan uang negara. Padahal, menurut dia KPU hanya bekerja selama dua tahun saja.

Baca Selengkapnya

Mau Evaluasi Pemilu, Komisi II DPR Pertimbangkan Revisi 3 UU Politik

5 hari lalu

Mau Evaluasi Pemilu, Komisi II DPR Pertimbangkan Revisi 3 UU Politik

Komisi II DPR akan mengevaluasi pelaksanaan Pemilu melalui revisi terhadap paket UU terkait politik.

Baca Selengkapnya

Catatan Ekonomi KADIN Indonesia

6 hari lalu

Catatan Ekonomi KADIN Indonesia

Para ekonom mengingatkan kemungkinan terbentuknya fenomena decoupling of economic activity atau keterpisahan antara dua tata aktifitas ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Jelaskan Kepemimpinan Strategis dan Gaya Komunikasi Antara Prabowo dan Jokowi

6 hari lalu

Bamsoet Jelaskan Kepemimpinan Strategis dan Gaya Komunikasi Antara Prabowo dan Jokowi

Seorang pemimpin harus menguasai seni komunikasi yang efektif sehingga mampu menyampaikan ide dengan jelas dan tegas, serta mendengarkan masukan dari anggota tim dan mitra kerja.

Baca Selengkapnya

Film Anak Kolong, Bamsoet Dorong Perbanyak Film Bertema Nasionalisme dan Patriotisme

6 hari lalu

Film Anak Kolong, Bamsoet Dorong Perbanyak Film Bertema Nasionalisme dan Patriotisme

Konsistensi dalam membuat film nasional dengan pesan semangat nasionalisme yang kuat akan berkontribusi besar terhadap pembangunan karakter bangsa.

Baca Selengkapnya

Hampir 45 Juta Warga AS Sudah Memberikan Suara Awal Jelang Pilpres

7 hari lalu

Hampir 45 Juta Warga AS Sudah Memberikan Suara Awal Jelang Pilpres

Hampir 45 juta warga Amerika Serikat (AS) telah memberikan suara awal menjelang pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) pada 5 November

Baca Selengkapnya

Jepang Diselimuti Ketidakpastian Usai Pemilu

7 hari lalu

Jepang Diselimuti Ketidakpastian Usai Pemilu

Ketidakpastian kondisi pemerintahan di Jepang telah membuat mata uang yen berada dilevel terendah dalam tiga bulan.

Baca Selengkapnya