Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin
Reporter
Sultan Abdurrahman
Editor
Andry Triyanto Tjitra
Kamis, 2 Mei 2024 08:38 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo alias Jokowi mendapat sorotan dari kelompok petani dari berbagai daerah yang mengikuti aksi Hari Buruh Internasional atau May Day di kawasan patung kuda Arjuna Wijaya, Jakarta Pusat, Rabu kemarin, 1 Mei 2024.
Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika, perwakilan kelompok petani, menyinggung janji reforma agraria Jokowi yang tak tuntas selama sepuluh tahun menjabat.
Dalam orasi di peringatan hari pekerja sedunia itu, Dewi mempertanyakan jumlah tanah yang sudah dikembalikan kepada rakyat dalam agenda reforma agraria Jokowi. Diketahui, Jokowi menargetkan reforma agraria 9 juta hektare dalam visi Nawacitanya.
Dewi mengatakan, jumlah tanah objek reforma agraria yang akhirnya dipenuhi pemerintahan mantan wali Kota Solo itu sangat jauh dari target.
“Tidak sampai dua persen dari janji sembilan juta hektare reforma agraria bagi kaum tani dan buruh tani di Indonesia,” kata Dewi dalam aksi Hari Buruh, seperti dikutip dari Tempo.
Menurut Dewi, jutaan hektare tanah justru diambil dari tangan masyarakat untuk kepentingan Proyek Strategis Nasional atau PSN.
Selain itu, kata dia, ada juga tanah yang diambil alih untuk proyek Food Estate yang akan dilanjutkan dalam pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nanti.
Dia pun menyoroti ketimpangan penguasaan tanah yang semakin tajam selama Jokowi menjabat. Menurut Dewi, tanah lebih banyak dikuasai segelintir orang elite di Indonesia.
“Selama satu dekade pemerintahan Jokowi, lebih banyak tanah-tanah yang dirampas ketimbang dikembalikan kepada rakyat,” ucap Dewi.
Dewi juga mengungkit banyaknya masyarakat yang harus menjadi petani gurem atau mengalami guremisasi akibat ketimpangan penguasaan lahan itu.
Selain itu, dia juga membicarakan banyaknya penangkapan terhadap petani, masyarakat adat, hingga nelayan yang dia sebut merajalela selama sepuluh tahun pemerintahan Jokowi. Maka dari itu, Dewi menyatakan persatuan antara kaum buruh dan kaum petani menjadi penting.
“Itulah sistem ketidakadilan yang harus kita lawan bersama-sama, tidak ada lagi perjuangan sektoral. Itulah mengapa pentingnya organisasi-organisasi tani bergabung bersama gerakan buruh di seluruh wilayah Indonesia,” ujar dia.
Selama orasi tersebut, sejumlah orang dari gabungan serikat-serikat petani turut memberikan sorak persetujuan. Mereka berasal dari organisasi petani berbagai kota dan kabupaten, di antaranya Pangandaran, Majalengka, Ciamis, Tasikmalaya, Sukabumi, Indramayu, Cianjur, dan lain sebagainya.
<!--more-->
Massa bakar baliho Jokowi
Peserta aksi Hari Buruh Internasional juga membakar baliho bergambar Presiden Jokowi, hakim Mahkamah Konstitusi, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di kawasan Patung Arjuna Wijaya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat pada Rabu, 1 Mei 2024.
Aksi pembakaran gambar kepala negara itu terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Dua baliho yang mereka musnahkan itu dibawa ke lokasi oleh massa Aliansi Aksi Sejuta Buruh Indonesia (AASBI) dan Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak) sejak tiba pada sekitar jam 14.00 WIB.
Selain Jokowi, sejumlah wajah pejabat negara lainnya juga terpampang di baliho berukuran kira-kira 5x5 meter itu. Di antaranya Ketua KPU Hasyim Asyari dan Ketua Bawaslu Rahmat Bagja.
Baliho tersebut juga memajang wajah lima hakim Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak gugatan sengketa Pilpres 2024. Bersama mereka, disandingkan pula muka hakim konstitusi yang juga ipar Presiden Jokowi, yaitu Anwar Usman. Sementara di bagian bawah baliho itu terpampang kata-kata "Penjahat Demokrasi".
Sebelum massa membakar baliho tersebut, orator yang berada di salah satu mobil komando mengatakan massa akan mengakhiri aksi Hari Buruh. Namun, sebelum bubar, pria itu menyampaikan bahwa baliho bergambar Jokowi akan mereka bakar terlebih dahulu.
Orator itu mengatakan pembakaran wajah para pejabat itu merupakan wujud dari kemarahan dan kekecewaan terhadap pemerintah hari ini.
"Yang semena-mena dan nyata-nyata sudah merusak demokrasi di negara ini," ujar dia.
"Kita sama-sama bakar dua ogoh-ogoh sebagai wujud kemarahan dan kekecewaan kepada pemerintahan, dari buruh, pekerja Indonesia, dan seluruh rakyat Indonesia," kata sang orator. Dia pun menutup orasinya dengan seruan, "hidup buruh!"
Massa aksi kemudian bergerak menyalakan api di bawah kedua baliho. Beberapa orang juga sempat menusuk gambar wajah para pejabat itu dengan galah bambu.
Saat aksi pembakaran berlangsung, lagu "Darah Juang" mengalun dari alat pengeras suara yang ada di lokasi. Sejumlah peserta aksi turut mengalunkan irama yang identik dengan aksi-aksi demonstrasi di Tanah Air itu.
Personel kepolisian yang ada di lokasi tampak memantau dari kejauhan. Mereka bersiaga di depan pagar area Monumen Nasional atau Monas, sekitar 50 meter dari baliho yang dibakar. Namun, para petugas tidak memberikan respons khusus terhadap aksi bakar-bakar itu.
Kembang api ikut meletus di atas patung kuda Arjuna Wijaya selagi api melahap baliho. Beberapa orang menyalakan suar berwarna hijau, merah, dan oranye. Asap suar berbagai warna membumbung di tengah massa aksi.
Sultan Abdurrahman
Pilihan Editor: Kelompok Petani Singgung Janji Reforma Agraria Jokowi yang Tak Tuntas di Demo Hari Buruh