STPDN Menyimpang dari Konsep Awal

Reporter

Editor

Sabtu, 27 September 2003 16:21 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Praktek pengkaderan di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) telah menyimpang dari konsep awal. Hal itu diungkapkan mantan Menteri Dalam Negeri Rudini, pendiri STPDN usai bicara pada sebuah diskusi di Mario's Place Menteng Plaza, Jakarta Pusat, Sabtu (27/9) siang. “Saya sangat kecewa melihat realita seperti ini, dan saya tahu persis ini adalah kesalahan operasionalisasi” katanya. Padahal, pada awalnya STPDN diciptakan untuk menciptakan calon aparat pemerintahan yang berwibawa dan mengayomi semua masyarakat dalam melaksanakan Undang-Undang. "Misalnya dulu ada bimbingan bercocok tanam, tapi akhir-akhir ini saya dapat kabar, lahan untuk itu dijadikan arena track-trackan motor balap,” katanya dengan nada kecewa. Dia mengakui, pembentukan STPDN --yang semula dari Akademi Pemerintahan dalam Negeri (APDN)-- adalah idenya. Rudini ingin meningkatkan pangkat kepegawaian lulusannya. "Lulusan APDN itu pangkatnya II B, padahal jika dibandingkan dengan lulusan Akademi Militer Nasional yang sama-sama lulusan Sekolah Menengah Umum ditambah 3-4 tahun kuliah, pangkatnya Letnan Dua yang sederajat dengan III A. Ya, ndak adil dong," katanya. Saat itu selaku Mendagri meminta agar APDN dijadikan STPDN yang lulusannya berpangkat III A, dengan penambahan kurikulum. Tapi, Rudini mengaku tidak terlibat dalam penambahan kurikulum. Masih menurut Rudini, dahulu, awal tahun pertama setiap 25 praja dibimbing oleh satu pengawas yang berasal dari alumni yang terbaik. Tapi sekarang setiap 100 praja dibimbing satu pengawas, sehingga timbul celah terjadinya penyimpangan. Hal tersebut dibenarkan Inu Kencana Safe'i, dosen senior STPDN yang beani membuka yang sebenarnya terjadi di STPDN. Inu yang dihubungi via telepon dalam diskusi tersebut menyebutkan, penyimpangan tersebut disebabkan karena kebijakan pimpinan STPDN yang merekrut calon praja berdasarkan kuantitas. “Ini ekses dari Otonomi Daerah,” katanya. Sekarang, tiap daerah mengirimkan putera-putera terbaiknya untuk disekolahkan pada lembaga ini. Hingga sekarang, jumlah praja yang ditampung di sekolah ini sekitar 4.212 orang. Padahal, daya tampung sekolah tersebut sangat terbatas. Hal ini mengakibatkan pengawasan terhadap praja-praja tidak efektif. “Bayangkan, seorang pengawas harus mengawasi 100 praja, itupun efektif dari jam 07.00 sampai 21.00,” katanya. "Apalagi pengawas sekarang bukan lulusan terbaik," tambahnya. Inu menyesalkan praktek-praktek penyimpangan yang terjadi di lembaga ini. “Saya kaget, sewaktu datang ke Laboratorium Komputer, saat membuka komputer isinya gambar orang telanjang,” kata pria yang sekarang berada dalam lindungan kepolisian karena diteror orang tidak dikenal. Danto - Tempo News Room

Berita terkait

KA Lodaya Kini Gunakan Kereta Stainless Steel New Generation

4 menit lalu

KA Lodaya Kini Gunakan Kereta Stainless Steel New Generation

PT KAI Daop 2 Bandung mengoperasikan KA Lodaya relasi Bandung-Solo Balapan dengan Kereta Eksekutif dan Kereta Ekonomi Stainless Steel New Generation.

Baca Selengkapnya

Buat Jemaah Calon Haji 2024, Ini Aturan Terbaru dari Arab Saudi

4 menit lalu

Buat Jemaah Calon Haji 2024, Ini Aturan Terbaru dari Arab Saudi

Arab Saudi mewajibkan jemaah calon haji memenuhi kriteria vaksinasi dan mendapatkan izin resmi.

Baca Selengkapnya

Mau Menginap di Rumah Terbang Film Up atau Museum di Paris? Airbnb Rilis 11 Rumah Icon

7 menit lalu

Mau Menginap di Rumah Terbang Film Up atau Museum di Paris? Airbnb Rilis 11 Rumah Icon

Airbnb mengumumkan 11 ikon yang dibuat ulang dari beberapa adegan paling populer dalam budaya pop.

Baca Selengkapnya

Sidang Sengketa Pileg, PPP Sebut Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Tiga Dapil Sumut

10 menit lalu

Sidang Sengketa Pileg, PPP Sebut Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Tiga Dapil Sumut

PPP mengklaim adanya ribuan perpindahan suara ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III.

Baca Selengkapnya

Gunakan Baju Warna Berikut untuk Mengatasi Cuaca Panas

15 menit lalu

Gunakan Baju Warna Berikut untuk Mengatasi Cuaca Panas

Warna putih adalah warna pakaian yang cocok digunakan di cuaca panas. Sebab, warna putih membuat tubuh tetap sejuk dan dapat mencegah suhu udara panas tinggi masuk di tubuh dengan lebih banyak.

Baca Selengkapnya

Tim Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Bubar, Kilas Balik Gunakan Istilah Timnas AMIN

15 menit lalu

Tim Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Bubar, Kilas Balik Gunakan Istilah Timnas AMIN

Timnas Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) dibubarkan pada 30 April 2024. Kilas balik pembentukan dan siapa tokoh-tokohnya?

Baca Selengkapnya

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

22 menit lalu

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.

Baca Selengkapnya

Urban Forest Cipete: Jam Buka, Lokasi, dan Daya Tariknya

26 menit lalu

Urban Forest Cipete: Jam Buka, Lokasi, dan Daya Tariknya

Bagi Anda yang ingin healing atau sekadar duduk menikmati ruang terbuka di area Jakarta bisa datang ke Urban Forest Cipete. Ini rute dan jam bukanya.

Baca Selengkapnya

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Plat Kendaraan hingga Konflik Antaranggota

28 menit lalu

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Plat Kendaraan hingga Konflik Antaranggota

Yusri juga berharap, TNI dan Polri memiliki frekuensi yang sama dalam mengatasi berbagai permasalahan itu.

Baca Selengkapnya

6 Alasan Bayi Tidak Boleh Menggunakan Produk Mengandung Parfum

29 menit lalu

6 Alasan Bayi Tidak Boleh Menggunakan Produk Mengandung Parfum

Paparan parfum pada kulit bayi bisa menyebabkan iritasi bahkan infeksi pernapasan.

Baca Selengkapnya