Minta Kampus Jangan Diam, Seniman Yogyakarta Gelar Aksi Teatrikal di Bundaran UGM

Reporter

Eiben Heizar

Editor

Nurhadi

Sabtu, 2 Maret 2024 10:32 WIB

Kelompok Dewe Yoben dan seniman Yuliono Singsot menggelar aksi teatrikal di Bundaran UGM, Jumat, 1 Maret 2024. TEMPO/Eiben Heizar

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok masyarakat Yogyakarta yang menamakan diri Dewe Yoben menggelar aksi di Bundaran Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Jumat, 1 Maret 2024. Mereka mencari enam rektor dan enam ketua BEM di Yogyakarta yang berani untuk menegakkan demokrasi di tengah kondisi proses Pilpres yang diwarnai dengan pelanggaran konstitusi.

Aksi yang diikuti sejumlah seniman tersebut diawali dengan aksi teatrikal bertajuk "Surat Cinta buat Penguasa (dari si Bisu buat si Dungu)". Selain itu, mereka juga membentangkan spanduk bertuliskan "Kampus Jangan Diam, Rektor UGM Mana?" dan "6 Jam di Jogja Mencari Rektor Pemberani".

"Aksi ini dilakukan bertepatan dengan Serangan Umum 1 Maret dan aksi ini dilakukan sebagai bentuk keprihatinan. Banyak kampus yang masih diam. Di sini kami mencari enam rektor yang berani sesuai dengan enam jam di Yogyakarta," kata koordinator aksi Henri Gundul kepada Tempo saat ditemui di sela-sela aksi.

Menurut dia, kampus merupakan mercusuar kaum intelektual yang memiliki tradisi untuk menyuarakan kebenaran, tetapi hal tersebut belum terasa sampai sekarang di tengah demokrasi yang carut-marut. "Jogja ini terdiri dari kampung, keraton, dan kampus. Kampung sudah bergerak, keraton sudah memberikan sinyal, tetapi kampus masih diam. Karenanya, kami mengajak seluruh sivitas akademik untuk memulai gerakan ini," ujar Henri.

Disinggung mengenai pemilihan lokasi aksi, dia menjelaskan Bundaran UGM dahulu menjadi titik awal pergerakan reformasi di Yogyakarta yang bermula dari kampus UGM. "Sayangnya hari ini pula negara ini rusak yang kita tahu orang-orang tersebut asalnya dari mana dan di sini, kampus ini sekarang bisu. Tidak bersuara sama sekali. Mulai dari porses di MK dan proses yang lain mereka bisu," katanya.

Advertising
Advertising

Isi Surat Cinta buat Penguasa (dari si Bisu buat si Dungu)

Dibacakan oleh seniman Yuliono Singsot yang memainkan gitar tanpa syair dan nada yang jelas, kemudian mulai berdiri dan membacakan surat tersebut tanpa suara, surat tersebut diterjemahkan dalam suara oleh Agus Becak. Berikut isi surat tersebut:

Kutulis surat ini, ketika kata-kata sudah kehilangan makna, kepada kalian para penguasa yang berdasi tapi tak bernurani, yang perlente tapi berburu rente.

Dengarlah suara kami, kalian yang menyebut diri sebagai pemimpin rakyat, nyatanya kau diam saat kami desah, kalian yang menyebut diri sebagai pejuang demokeasi, nyatanya kau sedang sibuk mencari keuntungan diri.

Masihkah kalian tertawa di tengah nyanyian sumbang kami? Masihkah kalian berdansa di atas panggung penderitaan kami?

Wahai RAKYAT YANG TERTINDAS, BURUH DAN TUKANG BECAK, SENIMAN DAN KAUM CERDIK PANDAI, JIKA KALIAN DIAM PADA SIAPA KAMI MENGADU.

JANGAN BIARKAN KAMI MENJADI SUARA SI BISU YANG MEMBEKU KETIKA DEMOKRASI DIHANCURKAN, MAKA DIAM BUKANLAH PILIHAN.

Pilihan Editor: Aksi Gejayan Memanggil, Ketua BEM UGM: Kemarahan Rakyat karena Demokrasi untuk Oligarki

Berita terkait

Pengukuhan Prof Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

3 jam lalu

Pengukuhan Prof Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

UGM mengukuhkan Edi Suharyadi sebagai guru besar aktif FMIPA UGM ke-42.Ini profil dan pidato pengukuhannya soal perkembangan riset bidang nanomaterial

Baca Selengkapnya

Calon Jemaah Haji dari Jateng & DIY Mulai Masuk Asrama Haji Donohudan, Dilayani dengan Sistem One Stop Service

5 jam lalu

Calon Jemaah Haji dari Jateng & DIY Mulai Masuk Asrama Haji Donohudan, Dilayani dengan Sistem One Stop Service

Calon jemaah haji dari berbagai kota/kabupaten Jateng dan DIY mulai masuk ke Asrama Haji Donohudan Boyolali, Sabtu, 11 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Saat Menteri Basuki Terisak Kenang Jadi Mahasiswa 50 Tahun Silam

5 jam lalu

Saat Menteri Basuki Terisak Kenang Jadi Mahasiswa 50 Tahun Silam

Menteri Basuki beberapa kali mencoba ingin memulai pidato namun ia tak sanggup sampai asistennya menyerahkan beberapa lembar tisu.

Baca Selengkapnya

Menteri PUPR Resmikan Stasiun Lapangan Geologi UGM

8 jam lalu

Menteri PUPR Resmikan Stasiun Lapangan Geologi UGM

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meresmikan Stasiun Lapangan Geologi Prof R Soeroso Notohadiprawiro Universitas Gadjah Mada (UGM.

Baca Selengkapnya

Profil Teguh Karya, Maestro Perfilman Indonesia dan Pendiri Teater Populer Pernah Kerja di Hotel Indonesia

15 jam lalu

Profil Teguh Karya, Maestro Perfilman Indonesia dan Pendiri Teater Populer Pernah Kerja di Hotel Indonesia

Dunia film dan teater Indonesia akan selalu mengenang jasa pendiri Teater Populer, Teguh Karya. Berikut profilnya.

Baca Selengkapnya

Elektabilitas Anak Muda Ini Tinggi untuk Pilkada 2024 Kota Yogyakarta

1 hari lalu

Elektabilitas Anak Muda Ini Tinggi untuk Pilkada 2024 Kota Yogyakarta

Sejumlah nama anak muda mendulang suara yang cukup besar dalam survei untuk Pilkada 2024 Kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Jurus Yogyakarta Jaga Kawasan Sumbu Filosofi dari Potensi Bencana

1 hari lalu

Jurus Yogyakarta Jaga Kawasan Sumbu Filosofi dari Potensi Bencana

Kawasan Sumbu Filosofi secara khusus memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologi dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana

Baca Selengkapnya

Pendaftaran Seleksi Mandiri UGM 2024 Diperpanjang, Sediakan Kuota 40 Persen

2 hari lalu

Pendaftaran Seleksi Mandiri UGM 2024 Diperpanjang, Sediakan Kuota 40 Persen

UGM mengubah waktu pendaftaran untuk semua lokasi tes seleksi mandiri (UM UGM CBT) kecuali di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

2 hari lalu

Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

UNESCO akui Sumbu Filosofi Yogyakarta, garis imajiner dari Gunung Merapi, Tugu, Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak, dan bermuara di Laut Selatan.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

2 hari lalu

Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

Puncak aksi mahasiswa di Gejayan terjadi pada 8 Mei 1998 setelah salat Jumat. Moses Gatutkaca menjadi korban dengan luka parah. Siapa tanggung jawab?

Baca Selengkapnya