PSPK Soroti Pendidikan Vokasi di Indonesia, Minim Kolaborasi dan Kemitraan

Reporter

Yuni Rohmawati

Editor

Devy Ernis

Minggu, 4 Februari 2024 18:22 WIB

Siswa SMKN 2 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah sedang membuat perhiasan. Dok: Vokasi Kemendikbud.

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK), Nisa Felicia Faridz, menyoroti soal pendidikan vokasi yang dikaim akan melahirkan lulusan siap bekerja. Nisa menilai pemerintah belum secara konkret melakukan kolaborasi dan kemitraan di industri, bahkan masih bersifat formalitas dan belum berfokus pada substansi kualitas pembelajaran.

Ada tiga hal yang mendasarinya, kata Nisa, yaitu kurangnya kapasitas SMK dalam berkolaborasi, rendahnya minat industri untuk investasI sumber daya manusia jangka panjang melalui SMK, dan tidak adanya kewajiban bagi SMK untuk menjalin kemitraan.

"Oleh karena itu, perlu ada acuan jelas mengenai aspek-aspek refleksi dan evaluasi kemitraan yang tidak hanya bersifat sukarela," kata Nisa.

Nisa mengatakan, saat ini pemerintah harus menyusun dan mengimplementasikan penguatan sistem penilaian satuan SMK dengan menonjolkan aspek kemitraan pada Rapor Pendidikan dan dijadikan sebagai dasar refleksi dan evaluasi SMK.

"Mewajibkan implementasi kemitraan SMK dan dunia kerja dalam bentuk kolaborasi konkret yang relevan dengan penyelarasan pembelajaran dan kebutuhan industri diukur dengan indikator keberhasilan kemitraan," katanya.

Advertising
Advertising

Ia juga mengatakan, pemerintah harus mendorong keterlibatan Pemerintah Daerah (Pemda) dalam ekosistem kemitraan SMK bersama entitas dunia kerja lokal. Hal itu perlu dilakukan agar arah pengembangannya sesuai potensi daerah/wilayah.

"Seperti menyediakan sarana (platform) yang memudahkan kemitraan SMK dengan Industri seperti ‘KedaiReka’ dan menguatkan kapasitas kepala sekolah untuk keterampilan berjejaring serta bermitra dengan dunia industri," katanya.

Transformasi SMK berbasis Tren Kebutuhan

Saat ini, kata Nisa, lulusan SMK hanya dibekali dengan hardskill saja, sehingga tidak efektif mengimplementasi keterampilannya dan beradaptasi dengan dinamika pasar kerja yang menuntut penguasaan akan hal-hal baru.

"Project teaching factory pada SMK masih berorientasi pada internal sekolah saja, belum berbasis projek riil dari klien, masyarakat atau dunia kerja," katanya.

Ia mengatakan, pemerintah butuh mentransformasi SMK dari supply-driven menjadi demand-driven berbasis tren kebutuhan saat ini dan masa mendatang. Hal itu diperlukan dengan implementasi pembelajaran terdiferensiasi yang berkolaborasi dengan mitra industri sejak perencanaan, realisasi, hingga evaluasi pembelajaran dengan kurikulum yang fleksibel dan adaptif.

"Kita butuh peningkatan keterlibatan dunia kerja dalam berbagai bentuk kemitraan, demi mendorong pembelajaran yang berorientasi keterpaparan budaya kerja dengan analisis kompetensi keahlian jenuh, sektor keunggulan daerah, dan visi jenis pekerjaan di masa depan," katanya.

Tak hanya itu, pemerintah juga mestinya mendorong implementasi teaching factory berorientasi produ atau jasa berstandar industri dengan project based learning berbasis kemitraan dengan dunia kerja sesuai analisis situasi mengenai potensi, kebutuhan, tantangan, atau persoalan riil yang dihadapi SMK.

"Pemerintah juga harus menghadirkan lingkungan pendukung melalui magang kompetitif melalui platform yang mempertemukan siswa SMK dengan di industri bereputasi global/tinggi yang membutuhkan talenta baru," kata Nisa.

Pendidikan Profesi Guru Prajabatan (PPG) masih berorientasi pada pendidikan umum

Menurut Nisa, belum ada kebijakan dan mekanisme yang komprehensif mendorong guru kejuruan untuk memperbaharui kompetensinya agar relevan dengan perkembangan industri. Selain itu, program PPG Prajabatan guru SMK masih belum dapat mengembangkan keterampilan vokasional guru sesuai bidang keahlian.

"Kita harus menyusun kebijakan yang mewajibkan guru kejuruan untuk mengembangkan kompetensi dengan adanya alokasi waktu khusus untuk pengembangan kompetensi serta dihitung sebagai beban kerja sebagai fasilitasi pengembangan di luar sekolah tanpa kehilangan hak-haknya," kata Nisa.

"Pembaruan kurikulum PPG Prajabatan dan dalam jabatan untuk guru kejuruan berbasis pada analisis kebutuhan agar selaras dengan kebutuhan kompetensi guru vokasi di masing-masing program keahlian."

Kualitas kelembagaan, standar pembinaan, dan kriteria izin pendirian SMK juga dinilai belum relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan potensi kewilayahan. Hal itu, kata Nisa, disebabkan karena minimnya kesempatan peningkatan kualitas manajemen SMK.

"Tata kelola masih berorientasi pada aspek administratif, sinergi antarpemangku kepetingan masih kurang, sehingga minim kemitraan dan keterbatasan SMK dalam memenuhi standar sarpras," jelasnya.

Makanya, Nisa mengatakan, mewajibkan adanya pengimbasan oleh SMK yang memiliki praktik baik kemitraan agar menjadi SMK rujukan. Hal ini, kata dia, merupakan upaya memberikan contoh dan berbagi jejaring untuk menginisiasi kemitraan.

"Kita juga bisa menghadirkan upaya kolaborasi bersama perguruan tinggi maupun Balai Besar Vokasi sebagai mentor kemitraan maupun pembelajaran bagi SMK," katanya.

Selain itu, Nisa mengatakan, pemerintah juga dapat menghadirkan NSPK atau Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria yang akomodatif terhadap variasi kondisi sekolah seperti pada daerah 3T, daerah ekonomi berkembang, daerah minim industri, daerah hasil pemekaran, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Pilihan Editor: Manuver Pujian Rektor PTN PTS di Tengah Hujan Kritik Kampus ke Jokowi

Berita terkait

Politikus PKS Soroti Komitmen Konstitusi dalam Mengatasi Masalah Pendidikan

18 jam lalu

Politikus PKS Soroti Komitmen Konstitusi dalam Mengatasi Masalah Pendidikan

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Mardani Ali menyoroti peran penting komitmen dan investasi negara dalam mengatasi masalah di sektor pendidikan.

Baca Selengkapnya

BCA Menggelar Program BCA Berbagi Ilmu di UNDIP

18 jam lalu

BCA Menggelar Program BCA Berbagi Ilmu di UNDIP

BCA Menggelar Program BCA Berbagi Ilmu di Universitas Diponegoro (UNDIP) dengan tema 'Survival Leadership, Facing Uncertainties'.

Baca Selengkapnya

Airlangga Hartarto Dorong Peningkatan Pendidikan Mikroelektronik

2 hari lalu

Airlangga Hartarto Dorong Peningkatan Pendidikan Mikroelektronik

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong peningkatan pendidikan mikroelektronik untuk kuasai pasar semikonduktor.

Baca Selengkapnya

Pendidikan Vokasi Bantu Perempuan tetap Berkarya Sambil Urus Keluarga

3 hari lalu

Pendidikan Vokasi Bantu Perempuan tetap Berkarya Sambil Urus Keluarga

Aktris Dian Sastro menyoroti sedikitnya siswa perempuan di pendidikan vokasi. Ia mengingatkan bahwa ada

Baca Selengkapnya

Faktor yang Mempercepat Penuaan Otak, Kesepian sampai Kurang Pendidikan

3 hari lalu

Faktor yang Mempercepat Penuaan Otak, Kesepian sampai Kurang Pendidikan

Para ilmuwan menemukan beberapa faktor dan kebiasaan yang tampak tak berbahaya bisa mempercepat penuaan otak.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Investasi Bidang Pendidikan Membuka Peluang Indonesia Maju

5 hari lalu

Sri Mulyani: Investasi Bidang Pendidikan Membuka Peluang Indonesia Maju

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan investasi di bidang pendidikan akan membuka peluang Indonesia menjadi lebih maju.

Baca Selengkapnya

Mbak Cicha Peduli pada Keseimbangan Pendidikan

5 hari lalu

Mbak Cicha Peduli pada Keseimbangan Pendidikan

Keseimbangan antara kemampuan akademis, karakter, entrepreneur harus diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sebagai kunci utama kemajuan bangsa.

Baca Selengkapnya

Tiga Aspek Membangun Pendidikan Ala Marten Taha

7 hari lalu

Tiga Aspek Membangun Pendidikan Ala Marten Taha

Pembangunan sumber daya manusia menjadi prioritas Wali Kota Gorontalo Marten Taha. Program serba gratis sejak lahir hingga meninggal, dari sekolah sampai kesehatan.

Baca Selengkapnya

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

11 hari lalu

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

Psikolog menyebut pendidikan karakter perlu contoh nyata dari orang tua dan guru kepada anak karena beguna dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

11 hari lalu

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

Hasil riset Serikat Pekerja Kampus: sebagian besar dosen terpaksa kerja sampingan karena gaji dosen masih banyak yang di bawah Rp 3 juta.

Baca Selengkapnya